Corona Tak Kunjung Usai Bikin Harga Minyak Fluktuatif

Harga minyak mentah West Texas Intermediate turun tipis 8 sen ke USD 36,26 per barel.

oleh Pipit Ika Ramadhani diperbarui 13 Jun 2020, 09:00 WIB
Diterbitkan 13 Jun 2020, 09:00 WIB
Ilustrasi tambang migas
Ilustrasi tambang migas (iStockPhoto)

Liputan6.com, Jakarta - Harga minyak sedikit berubah pada perdagangan Jumat dan menuju penurunan mingguan pertama sejak April. Hal ini didorong oleh kasus-kasus baru virus corona di AS yang memicu kekhawatiran gelombang kedua dan mengenai permintaan bahan bakar.

Dikutip dari CNBC, Sabtu (13/6/2020), harga minyak mentah West Texas Intermediate turun tipis 8 sen ke USD 36,26 per barel. Sementara minyak mentah Brent naik 18 sen menjadi menetap di USD 38,73.

Patokan harga minyak menuju penurunan mingguan sekitar 8 persen usai kenaikan pertama setelah enam minggu berturut-turut mengangkat harga minyak dari posisi terendah pada April lalu.

Kekhawatiran bahwa pandemi virus corona yang mungkin masih jauh dari selesai telah menghentikan reli, dengan sejumlah negara bagian di AS melaporkan melonjaknya infeksi baru.

"Kami jelas memiliki ledakan kasus di daerah yang tidak terlalu terpengaruh sebelumnya," kata Bob Yawger, Direktur Energi Masa Depan di Mizuho.

"Itu pada akhirnya menyebabkan semakin sedikit orang yang mengemudi, dan semakin sedikit permintaan untuk bensin," tambah dia.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Stok Minyak AS

Ilustrasi tambang migas
Ilustrasi tambang migas (iStockPhoto)

Pada saat yang sama, persediaan minyak mentah AS telah naik ke rekor 538,1 juta barel, karena impor murah dari Arab Saudi mengalir ke negara itu.

Jumlah rig pengeboran minyak mentah di Amerika Serikat sebagai indikator pasokan minyak ke depan turun menjadi 199 pada pekan ini, data dari perusahaan jasa minyak Baker Hughes menunjukkan.

OPEC+ memangkas pasokan sebesar 9,7 juta barel per hari (bph) atau sekitar 10 persen dari permintaan pra-pandemi dan sepakat pada akhir pekan lalu untuk memperpanjang pengurangan.

"Sementara argumen bullish masih dapat dibuat karena produksi terus menurun dengan permintaan masih menunjukkan perbaikan," kata Jim Ritterbusch dari Ritterbusch and Associates.

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya