Harga Daging dan Telur Ayam Diprediksi Turun Juli Ini

Kenaikan harga daging ayam dan telur menjadi penyumbang terbesar angka inflasi pada Juni 2020

oleh Maulandy Rizky Bayu Kencana diperbarui 03 Jul 2020, 17:20 WIB
Diterbitkan 03 Jul 2020, 17:20 WIB
FOTO: Kembali Buka, Pasar Kebayoran Lama Terapkan Protokol Kesehatan COVID-19
Pedagang daging ayam mengenakan masker saat berjualan di Pasar Kebayoran Lama, Jakarta Selatan, Senin (22/6/2020). Pasar Kebayoran Lama menerapkan protokol kesehatan bagi pengunjung dan pedagang untuk mengantisipasi penularan COVID-19. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Jakarta - Ketua Umum Ikatan Pedagang Pasar Indonesia (Ikappi) Abdullah Mansuri memprediksi harga daging ayam ras dan telur ayam ras yang sempat meninggi pada Juni 2020 kemarin akan kembali turun pada Juli ini.

Abdullah Mansuri memperkirakan, ayam peternak akan kembali panen produksi di bulan ini, sehingga harga daging ayam ras dan telur ayam ras akan terpangkas.

"Kami prediksi bulan Juli ini sudah ada panennya. Semoga enggak naik lagi," ujar Abdullah Mansuri kepada Liputan6.com, Jumat (3/7/2020).

Menurut dia, harga kedua komoditas tersebut khususnya daging ayam melambung tinggi lantaran adanya penurunan produksi pada ayam peternak.

"Ayam yang memang masih tinggi karena ayam ini kan ritmenya. Jadi kemarin-kemarin produksi banyak, harganya turun. Pasca itu produksi ternaknya turun, sehingga enggak sekuat biasanya produksinya. Jadi harga di pasaran tinggi," tuturnya.

Mengatasi kenaikan ini, Ikappi terus menjalin kontak dengan peternak dan pemerintah agar harga daging ayam ras dan telur ayam ras bisa segera turun pada bulan ini.

"Tapi kami memprediksi bulan Juli sih seharusnya sudah mulai normal. Kita terus berkoordinasi dengan peternak ayam, kita terus dorong agar tata niaga yang digawangi kementerian perdagangan ini bisa lebih baik lah," tukas dia.

Saksikan video pilihan berikut ini:

Ayam dan Telur Penyumbang Inflasi Tertinggi di Juni 2020

Peredaran Telur Ayam Infertil Dilarang
Aktivitas jual beli telur di pasar Kebayoran Lama, Jakarta, Kamis (5/7/2020). Sebenarnya telur ayam infertil atau telur HE layak konsumsi, namun lebih cepat membusuk karena berasal dari ayam betina yang sudah dibuahi pejantan sehingga seharusnya tak diizinkan dijual bebas (Liputan6.com/Johan Tallo)

Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan angka inflasi bulan Juni 2020 sebesar 0,18 persen. Angka ini lebih tinggi dari inflasi bulan Mei 2020 yang sebesar 0,07 persen.

"Kalau kita lihat hampir separuh, 6 dari kelompok pengeluaran yang ada itu mengalami inflasi,"ujar Kepala Badan Pusat Statistik (BPS), Kecuk Suhariyanto dalam video konferensi, Rabu (1/7/2020).

Inflasi tertinggi terjadi pada kelompok makanan, minuman dan tembakau. Sebaliknya, ada 4 komponen yang mengalami deflasi, dan sisanya harganya stagnan.

Adapun kelompok pengeluaran makanan, minuman dan tembakau mencatatkan inflasi sebesar 0,47 persen, dan memberikan andil kepada inflasi sebesar 0,12 persen.

Beberapa komoditas yang dominan memberikan andil kepada inflasi ini disebabkan terjadinya kenaikan harga yang cukup tinggi.

Yang pertama, terjadi kenaikan daging ayam ras, itu memberikan andil kepada inflasi sebesar 0,14 persen.

"Jadi kalau kita lihat pergerakan harga daging ayam ras selama bulan Juni memang mengalami kenaikan dan kenaikan itu terjadi di 86 kota. Kenaikan tertingginya terjadi di Gunung Sitoli yaitu sebesar 41 persen, dan Lhokseumawe misalnya terjaidi kenaikan harga daging ayam ras sebesar 37 persen," urainya.

Dengan demikian, pada bulan ini, daging ayam ras menjadi penyumbang inflasi pada bulan Juni 2020.

Komoditas lainnya yang cukup memberikan andil kepada inflasi adalah telur ayam ras, di mana andilnya sebesar 0,04 persen.

Sebaliknya ada beberapa komoditas yang mengalami penurunan harga sehingga andil dalam deflasi, termasuk harga bawang putih, cabai merah dan beberapa bumbu dapur lainnya.

Penurunan harga bawang putih yang memberikan andil kepada deflasi sebesar 0,04 persen. Kemudian penurunan harga cabai merah memberikan andil kepada deflasi sebesar 0,03 persen.

"Dan juga beberapa bumbu-bumbuan seperti cabe rawit kemudian juga minyak goreng, gula pasir yang masing-masing memberikan andil kepada deflasi sebesar 0,01 persen," jelas Kecuk.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya