Restorasi Terumbu Karang di Bali Gunakan Dana PEN Rp 115 Miliar

Dalam rangka pemulihan ekonomi nasional, Pemerintah Indonesia menyusun program padat karya restorasi terumbu karang

oleh Liputan6.com diperbarui 24 Sep 2020, 19:45 WIB
Diterbitkan 24 Sep 2020, 19:45 WIB
Ilustrasi Ikan-ikan dan Terumbu Karang
Ilustrasi Ikan-ikan dan Terumbu Karang (Pixabay)

Liputan6.com, Jakarta - Dalam rangka pemulihan ekonomi nasional, Pemerintah Indonesia menyusun program padat karya restorasi terumbu karang. Bertempat di Bali, restorasi terumbu karang ini memiliki luas 50 hektar dengan biaya Rp 115 miliar dan melibatkan 11 ribu orang.

"Kegiatan ini akan melibatkan sampai 11.000 orang dengan restorasi terumbu karang seluas 50 hektar dan membutuhkan biaya sekitar Rp 115 miliar" kata Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan dalam siaran persnya, Jakarta, Kamis (24/9/2020).

Restorasi terumbu karang itu akan berlokasi di Nusa Dua, Sanur, Serangan, Pantai Pandawa dan Buleleng. Luhut menyebut kegiatan restorasi ini menjadi yang terbesar di tanah air.

Pemerintah berharap kegiatan padat karya restorasi ini dapat mengatasi kerusakan terumbu karang. Sekaligus memperbaiki wisata bahari di Bali yang menurun akibat Covid-19.

Dengan kondisi kerusakan terumbu karang yang telah terjadi di Indonesia, Menko Luhut meminta agar semua metode atau cara restorasi terumbu karang yang ada, harus diterapkan dan dicoba di perairan Nusa Dua-Bali sehingga Nusa Dua menjadi pusat restorasi terumbu karang di Indonesia.

"Secara khusus, saya mengundang pemerintah Amerika dan NOAA untuk bekerja sama mewujudkan ICRG Nusa Dua, menjadi pusat restorasi terumbu karang dunia," sebutnya.

 

Kaya Akan Terumbu Karang

ilustrasi terumbu karang.
ilustrasi terumbu karang. (iStockphoto)

Berada di jantung segitiga terumbu karang ‘Coral Triangle Region’, Indonesia kaya akan keanekaragaman hayati laut dunia termasuk 569 jenis terumbu karang. LIPI mencatat Indonesia memiliki 18 persen dari total terumbu karang di dunia.

Namun, lebih dari 36 persen mengalami kerusakan. Kerusakan itu disebabkan oleh pencemaran laut, aktifitas perikanan yang tidak bersahabat hingga pemanasan global yang mengakibatkan Coral Bleaching.

Lebih jauh, memang rusaknya terumbu karang tidak selalu disebabkan oleh aktivitas manusia. Tetapi menurut Luhut pengelolaan sumber daya alam secara lestari yang melibatkan seluruh pihak, baik pemerintah maupun nonpemerintah akan menjadikannya lebih baik.

"Apalagi dengan perawatan terumbu karang, Indonesia dapat menghasikan 16 juta ton ikan per tahun mengingat terumbu karang merupakan tempat tinggal bagi ikan dan biota laut lainnya," kata dia.

Merdeka.com

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya