Tak Hanya Kesehatan, Ekonomi Syariah Juga jadi Perhatian di Masa Pandemi

Pemerintah tidak hanya berfokus kepada masalah kesehatan dan perekonomian saja di tengah pandemi Covid-19.

oleh Liputan6.com diperbarui 21 Okt 2020, 14:10 WIB
Diterbitkan 21 Okt 2020, 14:10 WIB
Gaya Menteri Keuangan Sri Mulyani tampil berjilbab di Aceh (Foto: Kementerian Keuangan Republik Indonesia)
Gaya Menteri Keuangan Sri Mulyani tampil berjilbab di Aceh (Foto: Kementerian Keuangan Republik Indonesia)

Liputan6.com, Jakarta Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati menegaskan pemerintah tidak hanya berfokus kepada masalah kesehatan dan perekonomian saja di tengah pandemi Covid-19. Keberpihakan, pemerintah terhadap sektor keuangan ekonomi syariah dan pendidikan islam juga tak luput dari kacamata pemerintah.

"Kebijakan pemerintah untuk bantu penguatan ekonomi Islam dan pendidikan islam juga sangat nyata. Pada masa pandemi covid ini, untuk bisa mempertahankan aktivitas ekonomi bahkan di pesantren, pemerintah melakukan berbagai kebijakan pemihakan," ujarnya melalui video conference, Rabu (21/10).

Keberpihakan tersebut terlihat jelas dari alokasi anggaran pemulihan ekonomi nasional (PEN) yang disiapkan pemerintah Jokowi-Ma'ruf. Anggaran tidak hanya untuk sektor kesehatan seta jaring pengaman sosial, tetapi juga ada untuk pendidikan islam.

"Dalam program PEN, dialokasikan bantuan operasi pendidikan untuk lembaga pesantren dan madrasah serta MTA sebesar Rp2,38 triliun," kata dia.

Dia merinci, anggaran ini diberikan untuk mebantu lebih dari 21.173 lembaga pesantren dan 62.153 lembaga madrasah diniyah takmiliyah dan 112.008 lembaga pendidikan Al-Qur'an LPA.

Selain itu, bantuan pendidikan juga ditujukan ke seluruh pelajar untuk bisa tetap mengikuti pembelajaran online atau daring dalam kondisi covid yang mengharuskan adanya Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).

"Untuk murid-murid pesantren selama 3 bulan diberikan Rp211,7 miliar untuk bantuan pembelajaran daring dan juga diberikan Rp5 juta rupiah per bulan untuk 14.115 lembaga," jelasnya.

Bendaha Negara ini melanjutkan, bantuan tidak hanya diberikan bagi para pelajar pesantren tersebut tapi juga bagi tenaga pengajaranya. D imana, pemerintah memberikan berbagai kebijakan insentif bagi para guru dan ustad serta para pengasuh pondok pesantren dengan skema bantuan sosial dan bantuan langsung tunai.

"Dukungan pemerintah dari sisi kesehatan juga dalam bentuk pengadaan dan pemberian rapid test swab test yang dilakukan pemerintah bagi santri yang tunjukkan gejala indikasi covid di lingkungan pondok pesantren. Ini ditujukan agar kegiatan belajar mengajar tetap bisa berjalan meskipun dalam kondisi covid yang memang berikan dampak luar biasa bagi masyarakat," tuturnya.

Dukungan tidak hanya bagi individunya saja tapi juga untuk sarana dan prasarana pendukung agar kegiatan bisa berjalan dengan baik. Pemerintah memberikan bantuan untuk perbaikan atau pembangunan tempat wudhu, wastafel, toilet di 100 pesantren yang tersebar di 10 provinsi.

"Selain bantuan operasional pendidikan tersebut yang bertujuan untuk berikan akses pembelajaran daring, pemerintah juga alokasikan tambahan anggaran Rp991,8 miliar di berbagai kementeiran lembaga, tidak hanya Kemenag dengan penerima manfaat adalah kalangan pesantren," tegasnya.

 

Reporter: Dwi Aditya Putra

Sumber: Merdeka.com

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Ekonomi Syariah Mampu Bertahan di Tengah Krisis Global

Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI), Dody Budi Waluyo, dalam acara pembukaan Festival Ekonomi Syariah (FESyar) Indonesia di Surabaya. (Foto: BI)
Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI), Dody Budi Waluyo, dalam acara pembukaan Festival Ekonomi Syariah (FESyar) Indonesia di Surabaya. (Foto: BI)

Deputi Gubernur Bank Indonesia, Dody Budi Waluyo mengatakan ekonomi syariah di Indonesia mampu bertahan di tengah krisis global akibat pandemi Covid-19.

Nilai-nilai ekonomi syariah yang mengedepankan keseimbangan, keadilan dan transformasi menjadi penopang dalam menghadapi krisis yang sedang terjadi.

"Meski inklusi keuangan tumbang di global dan nasional, tetapi ekonomi syariah malah positif," kata Budi dalam Opening Ceremony FESyar 2020: Mendorong Ekonomi Syariah Sebagai Salah Satu Pertumbuhan Baru Ekonomi Nasional, Jakarta, Senin (5/10/2020).

Daya tahan inilah kata Budi yang membuat ekonomi dan keuangan syariah bisa menjadi jalan keluar dari kondisi ekonomi yang serba sulit hari ini. Sebagaimana diketahui, pada kuartal kedua tahun ini, pertumbuhan ekonomi mengalami kontraksi hingga minus 5,23 persen.

Kontraksi ini juga akan berlanjut pada kuartal ketiga di tahun yang sama. Meskipun kontraksi yang terjadi jauh lebih baik dari kuartal kedua.

"Ini sebagaimana prediksi pemerintah, pertumbuhan ekonomi akan kontraksi di triwulan ketiga ini, namun dengan kontraksi yang lebih baik dari sebelumnya," kata Dody.

Kondisi ini kata Dody tidak terlepas dari perbaikan perekonomian global yang mulai kembali membuka aktivitas ekonomi. Tentunya dengan menerapkan sejumlah protokol kesehatan untuk mencegah terjadinya kembali penyebaran virus corona.

Dody menilai pada paruh kedua tahun ini, perekonomian domestik juga mulai membaik. Seiring dengan berbagai program pemerintah dalam rangka pemulihan ekonomi nasional. Baik itu dari stimulus fiskal, moneter dan program restrukturisasi bagi dunia usaha. termasuk juga penggunaan digitalisasi dan telekomunikasi.

Merdeka.com 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya