Liputan6.com, Jakarta - Bank Indonesia (BI) melaporkan hasil survei Indeks Harga Konsumen (IHK) pekan keempat Oktober 2020 mencatat potensi kenaikan inflasi sebesar 0,08 persen secara bulanan (month to month/mtm). Ini terjadi lantaran kenaikan harga di komoditas pangan.
Kepala Departemen Komunikasi BI Onny Widjanarko menyampaikan, penyumbang utama inflasi pada periode laporan berasal dari komoditas cabai merah sebesar 0,09 persen (mtm)
"Bawang merah sebesar 0,03 persen (mtm), minyak goreng dan daging ayam ras masing-masing sebesar 0,01 persen (mtm)," jelasnya, Jumat (23/10/2020).
Advertisement
Sementara itu, ia menambahkan, komoditas yang menyumbang deflasi pada periode laporan berasal dari komoditas telur ayam ras sebesar -0,04 persen (mtm), serta beras dan emas perhiasan masing-masing sebesar -0,01 persen (mtm).
"Dengan perkembangan tersebut, diperkirakan inflasi Oktober 2020 secara tahun kalender sebesar 0,97 persen (year to date/ytd), dan secara tahunan sebesar 1,46 persen (year on year/yoy)," jelasnya.
Saksikan video pilihan berikut ini:
Aliran Modal Asing
Lebih lanjut, Onny memaparkan aliran modal asing per pekan keempat bulan ini. Dalam hal ini, premi Credit Default Swaps (CDS) Indonesia 5 tahun relatif stabil pada 93,91 bps per 22 Oktober 2020, dari 93,22 bps per 16 Oktober 2020.
Menurut laporan data transaksi 19-22 Oktober 2020, non-residen di pasar keuangan domestik beli neto Rp 4,04 triliun, dengan beli neto di pasar surat berharga negara (SBN) sebesar Rp 4,98 triliun dan jual neto di pasar saham sebesar Rp 0,94 triliun.
"Berdasarkan data setelmen selama 2020 (ytd), non-residen di pasar keuangan domestik jual neto sebesar Rp 160,56 triliun," ujar Onny.
Advertisement