Dirut Garuda Indonesia Ungkap Kunci Utama Pulihkan Industri Penerbangan Pasca Pandemi

Jumlah penumpang angkutan udara domestik yang diberangkatkan pada September 2020 sebanyak 1,9 juta orang. Angka ini turun 4,6 persen dibanding Agustus 2020.

oleh Pipit Ika Ramadhani diperbarui 04 Nov 2020, 13:25 WIB
Diterbitkan 04 Nov 2020, 13:25 WIB
Komut dan Dirut Paparkan Semangat Baru Garuda Indonesia
Direktur Utama (Dirut) PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk (GIAA) Irfan Setiaputra saat berkenalan kepada media di Jakarta, Jumat (24/1/2020). Dalam perkenalan tersebut Triawan dan Irfan memaparkan program program baru untuk pembenahan Garuda Indonesia. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Pandemi Covid-19 berimbas ke berbagai lini kehidupan masyarakat, termasuk menurunnya volume penerbangan. Hal ini karena mobilitas masyarakat yang cenderung berkurang selama pandemi.

“Krisis terhadap industri penerbangan terjadi akibat apa yang disebut dengan berhentinya mobilitas,” kata Direktur Utama PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk Irfan Setiaputra dalam gelaran WOW Brand Festive Day, Rabu (4/11/2020).

Data BPS mencatat, jumlah penumpang angkutan udara domestik yang diberangkatkan pada September 2020 sebanyak 1,9 juta orang. Angka ini turun 4,6 persen dibanding Agustus 2020. Sementara jumlah penumpang tujuan luar negeri (internasional) naik 9,32 persen menjadi 34,0 ribu orang.

Irfan menjelaskan, sejatinya tak ada masalah apapun dengan industri penerbangan itu sendiri. Sebab, menurutnya, industri penerbangan ini merupakan industri kebahagiaan. Dimana orang-orang melakukan perjalanan untuk menemui orang atau tempat yang didambakan.

“Industri penerbangan itu adalah industri yang berinteraksi langsung dengan manusia. Hari ini sebenarnya tidak ada masalah apapun dengan industri penerbangan ini,”

“Tapi yang jadi masalah adalah anxiety to travel. Keengganan orang untuk terbang. Padahal berapa bulan sebelumnya orang punya begitu banyak rencana untuk pergi dari satu tempat ke tempat lain,” kata Irfan.

Oleh karena itu, Irfan sempat tak menyetujui awak Garuda Indonesia untuk mengenakan hazmat. Alasannya, tak lain karena interaksi manusia. Yang sekali lagi ia tegaskan, bahwa orang-orang pergi dan memilih untuk naik pesawat dengan hati yang senang.

“Bayangkan orang tersebut masuk ke pesawat udara, kemudian dihadapkan sama pramugara atau pramugari yang berpakaian hazmat. Tentu saja pertanyaan yang muncul di kepalanya dia adalah saya ini lagi di pesawat atau sedang di ruang bedah. Ini yang kita hindari,” jelas Irfan.

 

Saksikan video pilihan berikut ini:

Kunci

Komut dan Dirut Paparkan Semangat Baru Garuda Indonesia
Direktur Utama (Dirut) PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk (GIAA) Irfan Setiaputra saat berkenalan kepada media di Jakarta, Jumat (24/1/2020). Dalam perkenalan tersebut Triawan dan Irfan memaparkan program program baru untuk pembenahan Garuda Indonesia. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Dalam hematnya, Irfan mencermati apa yang menjadi kunci pulihnya industri penerbangan, yakni keinginan orang untuk terbang. Menurutnya, selama orang-orang masih ada yang ingin terbang, maka industri ini akan baik-baik saja.

Recovery atau selamatnya perusahaan maskapai seperti Garuda ini hanyalah berbasis terhadap suatu hal, yaitu keinginan orang terbang,” kata dia.

Untuk mendompleng itu semua, Irfan membeberkan pihaknya akan fokus untuk melakukan intensi penumpang dan bagaimana memenuhinya. Selain itu, Garuda Indonesia tetap menjalankan protokol kesehatan, namun tanpa mengurangi interaksi kemanuasiaan.

“Oleh sebab itu, beberapa bulan yang lalu dan ke depan, kita akan sangat fokus ke apa yang kita sebut intensi dari orang terbang, dan bagaimana kita penuhi intensi tersebut,” kata dia.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya