Ekonom Beberkan Penyebab Turunnya Produktivitas Sektor Pertanian

Terjadi penurunan produktivitas pertanian salah satunya karena kurangnya penggunaan teknologi terkini.

oleh Pipit Ika Ramadhani diperbarui 30 Nov 2020, 13:32 WIB
Diterbitkan 30 Nov 2020, 13:32 WIB
Pronosutan View
Pronosutan View, wisata dengan panorama hamparan sawah di Kulon Progo, Yogyakarta. (Screenshot Instagram @pronosutanview/https://www.instagram.com/p/CHlmVT6AGqZ/)

Liputan6.com, Jakarta - Meski mencatatkan pertumbuhan positif selama pandemi covid-19, total factor productivity (TFP) sektor pertanian cenderung lebih rendah dibandingkan TFP ekonomi secara keseluruhan.

Berdasarkan catatan Badan Pusat statistik (BPS), pertumbuhan sektor pertanian pada kuartal II-2020 mencapai 16,24 persen, dan tumbuh 2,15 persen pada kuartal III-2002.

Ekonom Senior Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Bustanul Arifin memaparkan, pertumbuhan TFP pertanian bernilai negatif sejak 2011. Artinya, terjadi penurunan produktivitas pertanian, salah satunya karena kurangnya penggunaan teknologi terkini.

"Kita punya problem dalam mendorong produktivitas pertanian karena penggunaan teknologi kita lamban, kalaupun ada inovasinya belum banyak terserap dan teraktualisasi dalam konteks pertumbuhan ekonomi," kata Bustanul dalam webinar INDEF - Proyeksi Ekonomi Indonesia 2021, Senin (30/11/2020).

Oleh karena itu, Bustanil mengharapkan agar Kementerian Pertanian melalui Badan Litbang Pertanian dapat melakukan terobosan untuk perkembangan teknologi, guna mewujudkan kedaulatan pangan.

Dalam kesempatan yang sama, Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo menuturkan hal serupa. Mentan menilai perlunya pengembangan pertanian modern, seperti smart farming. Juga pemanfaatan green house untuk meningkatkan produksi komoditas hortikultura di luar musim tanam.

Selain itu, Mentan berencana mendirikan sekolah pertanian berbasis pendekatan riset dan teknologi (ristek) pada tahun depan. “Saya akan terapkan itu tahun depan, saya coba intervensi dengan kerja sama perguruan tinggi," kata Mentan.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Perluas Pasar Pangan Lokal, Kementan Dorong UMKM Go Digital

Memanfaatkan Lahan Pertanian dengan Berinovasi di Masa Pandemi
Petani membajak lahan persawahan sebelum ditanami bibit padi di Tangerang Selatan, Jumat (15/10/2020). Lahan pertanian yang terbatas bisa menjadi sektor strategis baru bagi masyarakat Tangsel dalam menghadapi situasi pandemi Covid-19. (Liputan6.com/Fery Pradolo)

Kementerian Pertanian (Kementan) terus berupaya menjaga ketersediaan dan aksesibilatas pangan. Salah satunya dengan terus mendorong para pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) pangan lokal, agar mampu bertransformasi ke pola usaha digital.

Menteri Pertanian (Mentan), Syahrul Yasin Limpo mengatakan transformasi UMKM ke arah digital dapat memberi dampak signifikan dalam memperluas dan mendekatkan akses pangan lokal kepada masyarakat.

“Saya merasa dimasa pandemi seperti ini, ada pendekatan pasar baru yang bisa kita dorong. Orang bisa memesan makan dari rumah dengan sistem digital, tinggal klik, pilih makanan lokal yang kita suka, dari Jakarta bisa kita kirim kemana saja, dan cara - cara digital seperti ini akan terus kita dukung dan tingkatkan” ungkap Syahrul saat melakukan Launching Marketplace dan Ekspose UMKM Pangan Lokal di Summarecon Mall - Bekasi.

Lebih lanjut, Syahrul mengatakan Indonesia memiliki sumber kekayaan pangan lokal yang melimpah, dan setidaknya ada 3 konsep yang menjadi fokus pemerintah dalam memperkuat pangan lokal yaitu mulai dari budidaya, pengolahan hingga aspek pemasaran.

“Yang pertama dan yang terpenting itu budidaya, sesuai dengan konsep yang dikatakan Presiden untuk sektor pertanian, salah satunya adalah memperkuat budidaya, budidaya yang dimaksud bisa kita lakukan dimana saja, bahkan memanfaatkan lahan - lahan diperkarangan rumah kita,” ungkap dia.

Yang kedua, lanjut Syahrul, adalah fokus pada sisi pengolahan, termasuk industrinya. Dia ia percaya bahwa Indonesia memiliki kemampuan yang cukup besar dalam mengolah komoditas - komoditas pangan lokal tersebut.

“Kenyang itu tidak harus nasi, melalui kegiatan ini saya bisa melihat, bagaimana kita mampu mengolah komoditas pangan lokal menjadi makanan yang sangat menarik, tadi saya lihat ada mie dari talas, sorgum dan sumber pangan lainnya” ungkapnya.

Konsep terakhir yang juga tidak kalah penting, ungkap Syahrul, adalah dari sisi pemasaran, bersama dengan pihak terkait lainnya, tidak hanya berusaha untuk membuka ruang - ruang pemasaran secara langsung. Namun juga secara digital lewat berbagai marketplace.

Bahkan dia berharap pandemi ini dapat membuka peluang bagi UMKM untuk berkreasi dalam menciptakan pasar baru.

“Pemasaran adalah konsep terakhir yang juga perlu untuk didorong. Hari ini kita buktikan bahwa pasar terbuka untuk pangan lokal, termasuk mall - mall seperti ini. Bahkan ke depan saya akan bersurat ke para kepala daerah untuk memberi ruang pada pengusaha UMKM pangan lokal agar dapat memasarkan produknya di tempat - tempat yang strategis diwilayahnya” ungkap dia.

Infografis Keamanan Pangan

Infografis Keamanan Pangan
Infografis Keamanan Pangan (Liputan6.com/Ari Wicaksono)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya