Wamendag: Indonesia Melihat Peluang dari Perang Dagang AS-China yang Masih Berlanjut

Indonesia memposisikan diri untuk menangkap peluang dari adanya perang dagang ini dan menilai konflik dagang merupakan hal wajar dan dapat terjadi di antara dua negara.

oleh Athika Rahma diperbarui 10 Des 2020, 19:25 WIB
Diterbitkan 10 Des 2020, 19:25 WIB
Kunjungan Wakil Menteri Perdagangan Jerry Sambuaga ke Norwegia bertujuan untuk menghadiri peringatan 70 tahun hubungan diplomatik Indonesia-Norwegia. (Dok Kemendag)
Kunjungan Wakil Menteri Perdagangan Jerry Sambuaga ke Norwegia bertujuan untuk menghadiri peringatan 70 tahun hubungan diplomatik Indonesia-Norwegia. (Dok Kemendag)

Liputan6.com, Jakarta - Perang dagang Amerika Serikat (AS) dengan China masih berlanjut kendati banyak yang yakin bahwa kemenangan calon presiden Partai Demokrat Joe Biden, bakal segera mengakhiri konflik sengit ini.

Wakil Menteri Perdagangan (Wamendag) Jerry Sambuaga mengatakan, Indonesia memposisikan diri untuk menangkap peluang dari adanya perang dagang ini dan menilai konflik dagang merupakan hal wajar dan dapat terjadi di antara dua negara.

"Kami lihat dalam sebuah konstelasi politik global pasti ada negara besar yang mempengaruhi, kami lihat ada peluang. Kalau ada dua negara sedikit berdinamika, itu menurut saya biasa-biasa saja," jelas Jerry dalam Live Streaming Liputan6 "Wamen Jerry Sambuaga dan Pertemuan WTO" Live from Jenewa, Swiss, Kamis (10/12/2020).

Jerry menegaskan, Indonesia merupakan negara yang menjunjung tinggi kerja sama karena Indonesia berkawan dengan semua negara. Indonesia juga terbuka dalam menjalin persahabatan dengan negara-negara lain, baik secara regional, bilateral maupun multilateral.

Dalam konteks perang dagang saat ini, Indonesia dapat menangkap peluang di sektor yang 'kosong' gegara konflik, baik di rantai pasok maupun distribusi.

"Yang lebih penting peluang, seperti Regional Comprehensive Economic Partnership (RCEP) itu luar biasa, terbesar kedua setelah WTO dan memiliki nilai signifikan," ujarnya.

Di tengah pandemi Covid-19 pun, Indonesia fokus kepada kerja sama dengan negara lain untuk saling meningkatkan ekspor.

"Kita lihat di dunia kan butuh APD misalnya, nggak mungkin negara nggak butuh, ada yang kekurangan juga hal seperti itu butuh pengertian dan pemahaman. Dependence itu keniscayaan, kita tidak bisa hidup sendiri," tandasnya.

Perang Dagang AS-China Bawa Neraca Dagang Indonesia Surplus di Oktober 2020

Dorong Pertumbuhan Ekonomi Pelindo III Permudah Proses Ekspor Impor
(Foto:@Pelindo III)

Sebelumnya, Neraca perdagangan Indonesia mencatatkan surplus sebesar USD3,61 miliar pada Oktober 2020. Dengan demikian, ini adalah keenam kalinya ekspor-impor Indonesia surplus.

Peneliti Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat (LPEM) Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (FEB UI) Mohammad Dian Revindo menilai, hal ini menandakan kinerja tim ekonomi Presiden Joko Widodo solid.

 

"Memang ekspornya solid di masa pandemi ini. Kalau diakumulasi sejak Januari sudah surplus 17,7 miliar dolar AS. Itu sebenarnya ekspor kita lebih baik. Bahkan dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2019 hanya minus 5,6 persen. Artinya hampir sama dengan ekspor tahun lalu yang situasinya bukan pandemi, berarti ekspor solid sekali," kata Revindo di Jakarta, Kamis (19/11/2020).

Membaiknya kinerja ekspor ini, kata dia, karena Indonesia diuntungkan dengan adanya perang dagang Amerika Serikat dan China. Dimana dengan adanya perang dagang itu, Indonesai menjadi negara pemasok kebutuhan AS yang tadinya dipasok dari China.

"Jadi Indonesia sudah masuk ke amerika menggantikan produk China. Makanan minuman, alat kelisistrikan, beberapa tekstil masuk ke AS meggantikan prduk China. Jadi nilai tambah ekspor kita naik," kata dia.

Menurut dia, hal ini tentu tidak terlepas dari kinerja dan koordinasi menteri-menteri ekonomi Jokowi yang membaik. Dengan koorninasi yang baik ini, tentu menghasilkan kebijakan dan keputusan yang menguntungkan Indonesia.

"Misalnya mau buat acara dengan negara mana sudah banyak ngobrol. Memang yang paling tahu dan punya peta adalah Kemendag pasti," kata dia.

Selain itu, Kementerian Perdagangan dibawah kepemimpinan Agus Suparmanto juga jeli melihat peluang dengan membuat kebijakan yang tidak menghambat.

"Menurut saya bagusnya Kemendag ini adalah tahu mengerjakan apa yang prioritas, mengerjakan produk apa untuk negara mana. itu hebatnya kemendag itu," ujar dia.

Namun demikian, kata dia, pemerintah tidak boleh puas begitu saja. Kedepan, pemerintah harus memastikan kualitas barang-barang alam negeri meningkat. Dengan kualitas yang baik tentu akan memiliki daya saiang yang tinggi.

Dalam kesempatan ini, dia juga mengapresiasi langkah pemerintah dan Kementerian Perdagangan di bawah kepemimpinan Agus Suparmanto yang melakukan perjanjian perdagangan Regional Comprehensive Economic Partnership (RCEP), yang lahir atas gagasan Indonesia.

Melaui RCEP ini tentunya mendorong Indonesia lebih jauh ke dalam rantai pasok global dengan memanfaatkan backward linkage. Yakni memenuhi kebutuhan bahan baku atau bahan penolong yang lebih kompetitif dari negara RCEP lainnya, dan forward linkage, yakni dengan memasok bahan baku atau bahan penolong ke negara RCEP lainnya.

"Akhirnya gol RCEP ini, ketika Biden menang Trump kalah kan ketidakpastian. Karena ada RCEP kita tidak ditekan karena kita yang inisiasi. Silahkan AS mau kemana karena kita punya rcep. kalau as menawarkan mau menarkan kerja sama yang menguntungkan ok," kata dia.

Saksikan video pilihan berikut ini:

Infografis Perang Dagang AS-China Segera Berakhir
Infografis Perang Dagang AS-China Segera Berakhir. (Liputan6.com/Trieyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya