Investasi Manufaktur Dipatok Tembus Rp 323 Triliun di 2021

Kemenperin menargetkan realisasi investasi di sektor industri manufaktur pada 2021 bisa mencapai Rp 323,56 triliun.

oleh Maulandy Rizki Bayu Kencana diperbarui 28 Des 2020, 15:45 WIB
Diterbitkan 28 Des 2020, 15:45 WIB
Implementasi TKDN akan memperkuat struktur manufaktur sehingga bisa mendongkrak daya saing industri sekaligus perekonomian nasional. (Dok Kemenperin)
Implementasi TKDN akan memperkuat struktur manufaktur sehingga bisa mendongkrak daya saing industri sekaligus perekonomian nasional. (Dok Kemenperin)

Liputan6.com, Jakarta - Kementerian Perindustrian (Kemenperin) menargetkan realisasi investasi di sektor industri manufaktur pada 2021 bisa mencapai Rp 323,56 triliun.

Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita mengatakan, proyeksi ini didukung upaya pemerintah dalam mempercepat proses pemulihan ekonomi nasional (PEN) akibat dampak pandemi Covid-19.

"Investasi diperkirakan menjadi faktor penggerak pertumbuhan industri di tahun 2021," kata Agus Gumiwang dalam Konferensi Pers Akhir Tahun 2020 secara virtual, Senin (28/12/2020).

Menurutnya, beberapa sektor dan subsektor industri masih akan jadi primadona bagi para investor di tahun depan. Seperti industri makanan dan minuman yang masih jadi idola, serta sektor logam dasar, otomotif dan elektronik.

"Ada beberapa subsektor yang kami percaya bahwa dia akan tumbuh, bahkan ada sektor tumbuh menyamping, lebih tinggi dari sektor lain. Dan ini sektor-sektor yang pasti kami proyeksikan akan dapat perhatian lebih besar dari calon investor," ujarnya.

Dia juga memberikan perhatian khusus bagi sektor industri otomotif yang diperkirakan akan semakin kuat berkat program kendaraan listrik yang dicanangkan pemerintah.

"Otomotif pasti jadi kekuatan kita, apalagi kita dorong kendaraan bermotor berbasis baterai dan listrik di mana kita ada bahan baku nikel besar," sambungnya.

Begitu juga dengan sektor industri alat kesehatan dan farmasi, yang kini kebutuhannya selama pandemi Covid-19 sangat besar. Agus Gumiwang pun mencium potensi pendapatan lebih di sektor tersebut.

"Barangkali, in term of size-nya, pertumbuhannya tidak sebesar dari sektor-sektor lain. Tapi kami harapkan pertumbuhan investasinya, dilihat dari presentasi dibandingkan periode-periode sebelumnya akan kami dorong agar bisa tumbuh jauh lebih cepat," tuturnya.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Jumlah Pekerja Manufaktur Turun 1,45 Juta Orang Dampak Pandemi Covid-19

Implementasi TKDN akan memperkuat struktur manufaktur sehingga bisa mendongkrak daya saing industri sekaligus perekonomian nasional. (Dok Kemenperin)
Implementasi TKDN akan memperkuat struktur manufaktur sehingga bisa mendongkrak daya saing industri sekaligus perekonomian nasional. (Dok Kemenperin)

Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita melaporkan, pandemi Covid-19 berkepanjangan telah memukul sektor industri manufaktur. Menurut catatannya, jumlah tenaga kerja di sektor ini turun hingga 1,45 juta orang secara tahunan.

Agus Gumiwang memaparkan, hingga Agustus 2020, jumlah tenaga kerja di sektor manufaktur tercatat sebanyak 17,48 juta orang, atau sekitar 13,6 persen dari total tenaga kerja di Indonesia.

Angka tersebut turun hingga 1,45 juta orang jika dibandingkan dengan Agustus 2019. Dimana jumlah tenaga kerja manufaktur pada saat itu sebanyak 18,93 juta orang, atau menyerap sekitar 14,96 persen dari total tenaga kerja nasional.

"Jadi turun kira-kira 1 juta penyerapan tenaga kerja industri manufaktur dibandingkan tahun lalu. Tentu ini akibat Covid-19," kata Agus Gumiwang dalam konferensi pers akhir tahun 2020, Senin (28/12/2020).

Menurut dia, raport buruk sektor industri manufaktur selama Covid-19 juga tercermin dari Purchasing Managers Index (PMI) manufaktur di Indonesia pasca masuknya wabah pandemi.

Dipaparkannya, pada Januari-Februari 2020, PMI manufaktur Indonesia mencatat rekor di level 51,9. Setelah Covid-19 masuk pada Maret 2020, angka PMI manufaktur anjlok menjadi 45,3, dan semakin parah di April 2020 pada level 27,5.

PMI manufaktur perlahan mulai menunjukan perbaikan pada Agustus 2020, saat berada di titik ekspansif 50,8. Tetapi kembali turun pada September 2020 akibat penerapan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) jilid II di DKI Jakarta.

"Tapi kita lihat resilience teman-teman industri luar biasa. Hanya sebulan saja, di Oktober bisa naik kembali, dan di November bisa naik di atas 50 poin. Ini menggembirakan," ujar Agus Gumiwang. 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya