Tekan Emisi Karbon, Chandra Asri Bangun Instalasi Panel Surya Kedua di Cilegon

Chandra Asri lanjutkan kemitraan dengan Total Solar DG untuk membangun instalasi panel surya kedua di kompleks petrokimia milik Chandra Asri di Cilegon.

oleh Liputan6.com diperbarui 02 Feb 2021, 16:16 WIB
Diterbitkan 02 Feb 2021, 14:18 WIB
Pemanfaatan Tenaga Surya Sebagai Sumber Energi Listrik Alternatif
Teknisi melakukan perawatan panel pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) di atap Gedung Pusat Dakwah Muhammadiyah, Jakarta, Selasa (6/8/2019). PLTS atap yang dibangun sejak 8 bulan lalu ini mampu menampung daya hingga 20.000 watt. (merdeka.com/Iqbal S. Nugroho)

Liputan6.com, Jakarta - PT Chandra Asri Petrochemical Tbk kembali melanjutkan kemitraannya dengan Total Solar DG untuk membangun instalasi panel surya atau photovoltaic (PV) kedua di kompleks petrokimia milik Chandra Asri di Cilegon, Banten.

Instalasi panel surya pada atap ini akan mengalirkan listrik untuk area gudang Chandra Asri, gedung laboratorium dan stasiun pengisian untuk forklift listrik yang mampu mengurangi emisi CO2 hingga 438 ton.

Panel tenaga surya ini menghasilkan tambahan daya listrik tenaga surya sebesar 554 megawatt-jam yang setara dengan konsumsi 40 rumah tangga dan mampu mereduksi CO2, jumlah yang sama dengan menanam hampir 7.000 pohon.

“Kami berkomitmen untuk terus mengurangi emisi karbon yang dihasilkan di setiap area operasional kami serta meminimalisir dampaknya terhadap lingkungan. Sebagai salah satu produsen energi surya terkemuka di Asia Tenggara, Total Solar DG dapat membantu memenuhi tujuan kami dalam mengutamakan prinsip keberlanjutan di semua area operasional kami," ungkap Presiden Direktur Chandra Asri Erwin Ciputra dalam keterangan tertulis di Jakarta, Selasa (2/2/2021).

Proyek ini menyusul keberhasilan kerjasama instalasi panel surya pertama Chandra Asri, yang dibangun oleh Total Solar DG pada tahun 2019 dan telah mampu menghasilkan energi 935 megawatt-jam untuk mengaliri listrik gedung perkantoran Chandra Asri di Cilegon.

“Dengan kehadiran yang kuat dan terus berkembang di Asia, serta dipercaya oleh perusahaan seperti Chandra Asri sebagai mitra pilihan energi surya, Total Solar DG memberikan solusi yang memenuhi dua aspek kelestarian lingkungan dan tujuan penghematan biaya. Kami berharap dapat mendukung Chandra Asri dalam upayanya untuk mengurangi emisi karbon selama beberapa dekade mendatang," tutur  CEO of Total Solar Distributed Generation Southeast Asia, Gavin Adda.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

PLTS Terapung Cirata Mampu Produksi Listrik 250 GWh per Tahun

PLTS Cirata, Purwakarta, Jawa Barat.
PLTS Cirata, Purwakarta, Jawa Barat. (Foto: Pebrianto Eko/Liputan6.com)

Proyek pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Terapung pertama di Indonesia dan Terbesar di Asia Tenggara secara resmi dibangun. PLTS yang terpasang di Waduk Cirata, Purwakarta, Provinsi Jawa Barat ini merupakan proyek Independent Power Producer (IPP), kerja sama PT PJBI dan MASDAR (UAE), dengan nilai investasi sebesar USD 129 juta.

"PLTS terapung ini diproyeksikan memproduksi listrik sebesar 250 GWh per tahun," kata Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan Dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM, Dadan Kusdiana di Jakarta, Jumat (17/12/2020).

Kementerian ESDM terus berupaya mendorong badan usaha agar tetap menyediakan pasokan listrik yang cukup melalui pembangunan infrastruktur ketenagalistrikan dan memperhatikan rantai pasok energi primer. Ketersediaan listrik dan kemudahan akses bagi masyarakat serta harga yang terjangkau, menjadi kewajiban yang harus diwujudkan oleh Pemerintah.

"Dibuktikan dengan capaian rasio elektrifikasi pada akhir 2019 sebesar 98,89 persen dan ditargetkan menjadi 99,9 persen pada 2020," ungkap Dadan.

Selain memanfaatkan sumber-sumber energi berbasis fosil sebagai sumber energi listrik, Pemerintah juga memanfaatkan sumber-sumber energi baru terbarukan yang lebih ramah lingkungan, seperti energi surya dan air sebagai wujud komitmen Pemerintah untuk menurunkan emisi gas rumah kaca di sektor pembangkit.

"Indonesia telah berkomitmen di dalam Paris Agreement pada COP-21, dengan target penurunan GRK sebesar 29 persen dari Business as Usual (BAU) pada tahun 2030 tanpa bantuan internasional dan target sebesar 41 persen dengan bantuan international," sambung Dadan.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya