Liputan6.com, Jakarta - Ketua Persatuan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Deddy Pranowo Eryono mencatat sebanyak 50 hotel dan resto di Yogyakarta gulung tikar akibat pandemi Covid-19. Bahkan, hotel-hotel tersebut sudah banyak merumahkan karyawan hingga melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK).
Dia mengatakan, secara cash flow atau uang yang masuk ke hotel dan resto tersebut sudah tidak ada sama sekali. Belum lagi, mereka harus dibebankan untuk bayar karyawan yang dirumahkan, mulai dari gaji, pesangon, hingga BPJS Ketenagakerjaanya.
Baca Juga
"Lalu dia punya alternatif, pilihan yang terkahir yang pahit itu adalah menjual," kata dia saat dihubungi merdeka.com, Jumat (5/2/2021).
Advertisement
Dia mengakui, memang sebagian besar daripada hotel-hotel yang tutup tersebut memilih untuk menjual melalui platform online. Menurutnya, itu sah-sah saja dilakukan oleh pemilik hotel, karena memang kondisinya sangat tidak memungkinkan.
Meski begitu dirinya belum mengetahui dan mendapatkan laporan hotel-hotel mana saja yang sudah ditawarkan melalui online. "Nah itu belum ada laporan resmi ke kita, tapi itu dari mereka menawarkan melalui online. Tapi emmang kondisinya seperti itu, real-nya seperti itu," jelas dia.
Di samping itu, PHRI juga mencatat masih terdapat sekitar 170-an hotel yang masih beroperasi di daerah Yogyakarta. Akan tetapi kondisi mereka juga sudah memprihatinkan.
"Bahkan dari 400-an anggota PHRI sisanya sekitat 100-an imemilih tutup, karena melihat situasi dan kondisi. Kalau membaik dibuka lagi," ujarnya.
Dwi Aditya Putra
Merdeka.com
Tengok Strategi Industri Pariwisata untuk Bangkit di Tengah Pandemi Covid-19
Pelaku industri pariwisata telah mengeluarkan berbagai inisiatif untuk mendorong masyarakat kelas menengah membelanjakan uang. Hal ini dilakukan karena saat ini masyarakat kelas menengah masih menahan diri untuk melakukan aktivitas konsumsi seperti perjalanan wisata.
"Sudah ada program yang dilakukan secara inisiatif oleh pelaku usaha penerbangan dan hotel," kata Staf Ahli Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Bidang Manajemen Krisis, Hengky Hotma Parlindungan Manurung, dalam talk show virtual BNPB Indonesia bertajuk: Strategi Kebangkitan Pariwisata di Tengah Pandemi, Jakarta, Jumat (29/1).
Salah satunya dilakukan maskapai penerbangan Air Asia yang bekerja sama dengan Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI). Dua sektor bisnis ini bekerja sama menyediakan paket penerbangan dan penginapan untuk satu kali perjalanan.
"Air Asia dengan PHRI itu blend antara harga tiket dan harga hotel," kata dia.
Dalam program ini para hotel berbintang sudah menurunkan harga kamar agar masyarakat tertarik untuk melakukan perjalanan wisata. Bahkan kata Hengky, ada hotel yang biasanya bertarif jutaan memberikan potongan harga.
"Itu hotel-hotel yang baik semua, yang dulu sekian juta, dengan program ini dirangsang dengan harga yang murah," kata dia.
Selain Air Asia, Hengki menyebut, maskapai plat merah seperti Garuda Indonesia juga akan membuat program yang sama. Garuda Indonesia akan berkolaborasi dengan PHRI sebagai langkah nyata meningkatkan permintaan di masyarakat kelas menengah.
"Garuda juga mungkin akan melakukan hal yang sama dengan PHRI," kata dia.
Meski begitu, Hengky menekankan dalam kolaborasi program tersebut tetap mengedepankan penerapan protokol kesehatan. Mereka yang akan melakukan perjalanan tetap harus menaati ketentuan yang telah berlaku.
Semisal memiliki bukti swab PCR negatif Covid-19 untuk perjalanan ke Bali atau keterangan negatif Covid-19 dengan rapid tes antigen untuk memasuki wilayah DKI Jakarta.
Advertisement