Liputan6.com, Jakarta - Menteri Perdagangan (Mendag), Muhammad Lutfi blak-blakan mengungkap penyebab utama sulitnya pelaku UMKM Indonesia untuk menembus pasar internasional.
Menurutnya, sederet biang kerok itu diketahui langsung dari salah satu pelaku UMKM exotic leather yang gagal menembus pasar Korea Selatan.
Baca Juga
"Jadi, malam waktu selesai dilantik (Menteri Perdagangan) saya ngobrol sama pelayan. Cerita tentang bagaimana susahnya mengekspor, dia pake CV Pak Menteri (Teten Masduki), dia pake CV tapi bangkrut karena tidak dibayar oleh pembelinya di luar negeri orang Korea. Jadi, dia jualan exsotic leather, saya dengerin ini dia ngoceh terus panjang gitu kan ya," ungkapnya dalam webinar bertajuk 500K Eksportir Baru di 2030, Rabu (17/2/2021).
Advertisement
Mendag Lutfi bilang, tantangan pertama yang dihadapi oleh pelaku UMKM domestik untuk ekspor ialah terkait proses pengurusan perizinan yang berbelit-belit. "Jadi, urusannya itu bagaimana sulitnya mengerjakan izin-izin untuk menjadi pengusaha," terangnya.
Kedua, adalah sulitnya mencari market. "Setelah izin jadi pengusaha, mereka dihadapkan lagi dengan sesuatu yang mereka tidak pernah lihat sebelumnya, yaitu bagaimana sulitnya mencari market," ungkapnya.
Terakhir tantangan yang dihadapi oleh pelaku UMKM ialah menciptakan produk yang berkualitas ekspor. Padahal, kata Lutfi, jika pelaku UMKM nasional mampu menghasilkan produk yang berkualitas ekspor tentunya dapat meningkatkan daya saing di pasar internasional.
"Jadi, saya begitu dengar ga dibayar sama orang Korea Rp100 juta, menurut hemat saya ada terjadi perbedaan dari kualitas. Karena kualitasnya tidak sesuai dengan yang diperjanjikan, sehingga orang Korea nya menolak membayar. Begitu tidak di bayar Rp100 juta selesai ceritanya," tegas Mendag.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Curhat Menteri Teten: UMKM Mau Ekspor Dipersulit, Tapi Negara Lain Impor ke Indonesia Dipermudah
Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki mengatakan, Pemerintah harus mempermudah izin bagi UMKM yang akan melakukan ekspor. Langkah ini untuk meningkatkan nilai ekspor Indonesia.
“Memang izin-izin harus kita permudah termasuk juga dukungan logistik, kebanyakan UMKM ekspornya ritel dan kalau dari segi logistik tidak masuk, oleh karena itu perlu agregator dalam hal ini untuk memecahkan logistik termasuk dukungan pembiayaan,” kata Teten Masduki dalam peresmian Program Kolaborasi Akselerasi Mencetak 500 ribu Eksportir Baru di 2030, Rabu (17/2/2021).
Teten mengungkapkan, ketika Indonesia ekspor ke negara lain selalu dipersulit dengan sertifikat atau dokumen-dokumen. Sebaliknya, ketika negara lain impor ke Indonesia dipermudah.
Oleh karena itu, perlunya peran pemerintah untuk mempermudah para eksportir Indonesia dalam mengurus kepentingan ekspor ke luar negeri.
“Kalau impor juga harus kita tambah sertifikatnya. Sedangkan kalau kita ekspor dipersulit sedangkan untuk impor dipermudah, nah saya kira harus atur juga,” ujarnya.
Kementerian Koperasi dan UKM pun akan fokus melakukan pendampingan berkelanjutan untuk UMKM. Selain itu juga akan membimbing para UMKM yang potensial untuk ekspor agar mereka siap.
“Saya kira, Kami ingin support dengan sekolah ekspor. Kita sudah minta kepada Deputi kami untuk menginventarisir terhadap produk -produk dan pelaku usaha UMKM yang potensial untuk ekspor kita dampingi sampai mereka siap ekspor,” katanya.
Sebab dari UMKM sendiri banyak produk yang potensial untuk diekspor, diantaranya produk-produk yang berbasis berbasis pertanian, perikanan, furniture, home décor, kosmetik, herbal produk, serta muslim fashion juga potensial untuk dikembangkan.
Advertisement