Liputan6.com, Jakarta - Kepala Badan Pusat Statistik (BPS), Suhariyanto, mengatakan sektor pertanian mengalami pertumbuhan dan kinerja ekspor yang menggembirakan di tengah pandemi pada 2020. Sektor pertanian menjadi salah satu sandaran untuk pertumbuhan perekonomian.
Berdasarkan data BPS, tujuh sektor pada tahun lalu mengalami pertumbuhan dengan salah satunya adalah pertanian. Sektor pertanian selama pandemi tumbuh 1,75 persen, meskipun sedikit melambat dibandingkan 2019.
Baca Juga
Secara umum struktur Produk Domestik Bruto (PDB) 2020 tidak berubah, dimana 5 sektornya berasal dari industri, perdagangan, konstruksi, dan pertambangan dengan catatan kontribusi dari pertanian cukup besar yakni 13,7 persen.
Advertisement
"Ini menggembirakan meskipun dengan catatan agak melambat dibandingkan 2019. Kalau sektor pertanian mengalami kontraksi maka pertumbuhan ekonomi Indonesia akan mengalami kontraksi sangat dalam, karena besarnya kontribusi sektor pertanian terhadap ekonomi," kata Suhariyanto dalam diskusi INDEF "Daya Tahan Sektor Pertanian: Realita Atau Fatamorgana?" pada Rabu (17/2/2021).
Dari sub-sektor, dua dari tujuh pertanian mengalami kontraksi yaitu peternakan minus 0,33 persen serta kehutanan dan penebangan kayu minus 0,03 persen. Sisanya tumbuh positif yaitu tanaman pangan, tanaman hortikultura, perkebunan, jasa pertanian dan perburuan, serta perikanan.
Total ekspor Indonesia pada 2020 mengalami kontraksi minus 2,61 persen dibandingkan 2019. Sementara ekspor sektor pertanian justru tumbuh 14,03 persen, lebih besar daripada industri dengan pertumbuhan 2,94 persen dan pertambangan minus 20,7 persen.
Â
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Kontribusi Sektor Pertanian
Kontribusi sektor pertanian terhadap total ekspor naik dari 2,15 persen pada 2019 menjadi 2,52 persen pada 2020.
"Performa pertanian sangat bagus sekali, dan kedepan kita harus terus memacunya," tutur Suhariyanto.
Ia mengatakan, negara harus memberikan perhatian lebih kepada sektor pertanian. Pasalnya, sektor ini disebut selalu menjadi penyelamat bukan hanya ketika pandemi Covid-19, tapi juga saat krisi moneter 1998. Kebijakan pemerintah ke depan sebaiknya tidak hanya terkonsentrasi pada output atau produksi.
"Kebijakan ke depan jangan hanya konsentrasi ke output atau produksi, tapi juga mampu mengangkat kesejahteraan para pelakunya yaitu para petani," jelasnya.
Advertisement