PLN Banting Tulang Ratakan Listrik di Wilayah Terpencil NTT

Listrik menjadi kebutuhan yang sangat penting saat ini. Sebab, listrik mendukung segala aktivitas manusia

oleh Pebrianto Eko Wicaksono diperbarui 27 Feb 2021, 20:45 WIB
Diterbitkan 27 Feb 2021, 20:45 WIB
Saat Pasukan Elit PLN Bekerja Diantara Ketinggian dan Tegangan Tinggi
Pekerja menyelesaikan pekerjaan jaringan SUTET di Tangerang, Banten, Senin (2/1/2021). PT PLN (Persero) memiliki pasukan khusus yang terlatih melakukan pemeliharaan, perbaikan, dan penggantian perangkat isolator, konduktor maupun komponen lainnya pada jaringan listrik. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Listrik menjadi kebutuhan yang sangat penting saat ini. Sebab, listrik mendukung segala aktivitas manusia. Namun, masih ada wilayah di Indonesia yang belum tersentuh energi tersebut.

Salah satu wilayah yang penyaluran listriknya belum merata adalah Nusa Tenggara Timur (NTT). Berdasarkan data PLN, hingga Desember 2020 tingkat pemerataan listrik atau Rasio Elektrifikasi (RE) di NTT sebesar 87,31 persen. Sementara untuk Rasio Desa Berlistrik (RDB) di NTT per Januari 2021 sudah mencapai 95,47 persen.

PLN sebagai perusahaan negara yang bertugas memenuhi kebutuhan listrik di negara ini pun telah banting tulang untuk menghadirkan pemerataan listrik di NTT.

Vice President Public Relations PLN Arsyadany G. Akmalaputri mengatakan, PLN menghadapi sejumlah tantangan untuk melistriki wilayah NNT yang masuk wilayah Terdepan, Terluar dan Terpencil (3T).

Dia menyebutkan, tantantangan tersebut adalah askes infrastruktur jalan yang terbatas dan medan yang sulit. Akhirnya, PLN harus berupaya lebih keras untuk membangun infrastruktur kelistrikan.

Pandemi Covid-19 juga menjadi kendala dalam meratakan kelistrikan. Adapun pengaruh pandemi tersebut mengakibatkan keterlambatan survei, pengiriman material dan tenaga dikarenakan PSBB serta kondisi finansial mitra kerja.

"Pandemi jelas berpengaruh pada tiap sektor, termasuk kepada upaya peningkatan rasio desa berlistrik," kata Arsyadany, saat berbincang dengan Liputan6.com di Jakarta, Sabtu (27/2/2021).

Guna melistriki desa yang berada di akses yang sangat sulit, PLN mengoptimalkan Tabung Listrik (Talis) atau Alat Penyimpanan Daya Listrik (APDAL) yang disediakan oleh Kementerian ESDM.

Sementara itu, PLN akan menyediakan Stasiun Pengisian Energi Listrik (SPEL) bagi 285 desa. Selain itu, PLN juga membangun jaringan kelistrikan dan memanfaatkan Energi Baru Terbarukan (EBT).

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Listriki 39 Desa Terpencil

(Foto: PLN UP 3 Pasuruan)
Petugas perbaiki tiang listrik di Bundaran Apolo, Pasuruan, Jawa Timur (Foto: PLN UP 3 Pasuruan)

PLN pun telah berhasil menyediakan layanan listrik di 39 Desa terpencil yang tersebar di NTT pada Februari 2021, dengan sebanyak 8.234 calon pelanggan.

Untuk melistriki 39 desa, PLN membangun Jaringan Tegangan Rendah (JTR) sepanjang 189,80 kilometer sirkuit (kms), Jaringan Tegangan Menengah (JTM) sepanjang 132,69 kms, dan Gardu sebanyak 44 buah dengan kapasitas daya 2200 kiloVolt Ampere (kVA).

General Manager PLN Unit Induk Wilayah Nusa Tenggara Timur Agustinus Jatmiko mengatakan, kehadiran listrik pada 39 desa tersebut diharapkan dapat memutar roda perekonomian sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan.

"Semoga dengan hadirnya listrik dapat meningkatkan roda perekonomian seperti UMKM, hasil laut, kerajinan, kios, pendidikan, kesehatan, dan kesejahteraan masyarakat," tutur Jatmiko, dalam keterangan tertulis.

Salah satu warga Desa Nanga Bere, Kabupaten Manggarai Barat Blasius Juma, Blasius mengungkapkan, setelah mendapat sentuhan listrik PLN, ekonomi desanya lebih maju. Selain itu, warga desa bisa lebih produktif menjalankan usaha.

Masyarakat di desa tersebut juga lebih hemat. Pasalnya, sebelum dilistriki PLN, masyarakat hanya menikmati penerangan melalui generator set (genset) yang biaya pengoperasiannya terbilang mahal. Dengan hadirnya listrik PLN, kini warga bisa menikmati terang aliran listrik dengan harga yang murah dan aman.

"Sekarang sudah ada listrik dari PLN. Kami dapat menggunakan listrik di siang hari untuk usaha kami, seperti meubel dan membuat es batu sendiri, sehingga hasil laut yang di dapat bisa bertahan lebih lama. Ini sungguh bermanfaat bagi kami dan menunjang perekonomian masyarakat," tutupnya.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya