Harga Minyak Tumbang Imbas Lockdown Eropa Diperpanjang

Harga minyak turun lebih dari 4 persen pada hari Selasa.

oleh Athika Rahma diperbarui 25 Mar 2021, 13:39 WIB
Diterbitkan 24 Mar 2021, 08:30 WIB
Ilustrasi Harga Minyak
Ilustrasi Harga Minyak

Liputan6.com, Jakarta Harga minyak turun lebih dari 4 persen pada hari Selasa. Terpukul oleh kekhawatiran pembatasan pandemi baru dan peluncuran vaksin yang lambat di Eropa serta dolar yang lebih kuat.

Dikutip dari CNBC, harga minyak mentah berjangka Brent turun USD 2,61, atau 4 persen menjadi USD 62,01 per barel, setelah mencapai level terendah USD 61,41.

Harga minyak mentah berjangka AS West Texas Intermediate (WTI) turun USD 2,71, atau 4,4 persen menjadi USD 58,85, setelah jatuh ke level USD 58,47.

Kedua kontrak diperdagangkan mendekati posisi terendah yang tidak terlihat sejak 12 Februari.

Spread Brent bulan depan berubah menjadi contango kecil untuk pertama kalinya sejak Januari.

Contango adalah tempat kontrak bulan depan lebih murah daripada bulan mendatang, dan dapat mendorong pedagang untuk menyimpan minyak.

"Benua Eropa memperketat langkah-langkah virus corona dan dengan demikian semakin membatasi mobilitas," kata analis Commerzbank. "Ini kemungkinan akan berdampak negatif pada permintaan minyak," tambahnya.

Penguncian yang diperpanjang didorong oleh ancaman gelombang ketiga infeksi, dengan varian baru virus corona di benua itu.

Jerman, konsumen minyak terbesar Eropa, memperpanjang pengunciannya hingga 18 April dan meminta warganya untuk tinggal di rumah untuk mencoba menghentikan gelombang ketiga pandemi COVID-19.

Hampir sepertiga dari Prancis memasuki penguncian selama sebulan pada hari Sabtu setelah lonjakan kasus COVID-19 di Paris dan beberapa bagian Prancis utara. Hal ini menjadi sentimen harga emas.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Penguatan Dolar

Ilustrasi Harga Minyak Naik
Ilustrasi Harga Minyak Naik (Liputan6.com/Sangaji)

Dolar AS yang lebih kuat juga membebani harga. Karena harga minyak dalam dolar AS, greenback yang lebih kuat membuat minyak lebih mahal bagi pemegang mata uang lainnya.

Pasar minyak mentah fisik menunjukkan bahwa permintaan lebih rendah, lebih banyak daripada pasar berjangka.

"Harga fisik telah lebih lemah daripada yang diperkirakan berjangka selama beberapa minggu sekarang," kata Lachlan Shaw, kepala penelitian komoditas dan National Australia Bank.

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya