Liputan6.com, Jakarta Bank Indonesia (BI) mencatat pertumbuhan kredit terkontraksi atau minus 2,3 persen secara tahunan (year on year/yoy) pada Februari 2021.
"Sedikit lebih dalam dari kontraksi 2,1 persen (yoy) pada Januari 2021," kata Kepala Departemen Komunikasi BI Erwin Haryono dalam keterangan tertulis, Kamis, (25/3/2021).
Baca Juga
Erwin menjelaskan, kredit yang diberikan terbatas hanya dalam bentuk pinjaman (Loans), dan tidak termasuk instrumen keuangan yang dipersamakan dengan pinjaman. Seperti surat berharga (Debt Securities), tagihan akseptasi (Banker’s Acceptances), dan Tagihan Repo.
Advertisement
Selain itu, kredit yang diberikan tidak termasuk kredit yang diberikan oleh kantor bank umum yang berkedudukan di luar negeri, dan kredit yang disalurkan kepada pemerintah pusat dan bukan penduduk.
Adapun jika dibandingkan Desember 2020, pertumbuhan kredit saat ini masih lebih baik, dimana pada bulan terakhir tahun lalu pertumbuhan kredit terkontraksi 2,41 persen.
Direktur Departemen Kebijakan Makroprudensial Yanti Setiawan menilai, perbaikan pertumbuhan kredit utamanya ditopang kredit pada bank BUMN yang masih tumbuh positif sebesar 1,74 persen (yoy) dengan pangsa 44,7 persen.
"Juga pertumbuhan kredit bank perkreditan daerah juga masih dalam pertumbuhan positif sebesar 5,67 persen year on year," kata Yanti dalam pelatihan wartawan BI, Kamis (25/3/2021) hari ini.
Kendati begitu, ia menyoroti, bank umum swasta nasional (BUSN) sebagai pangsa pasar kedua terbesar setelah bank BUMN, masih memiliki pertumbuhan kredit yang minus 5 persen.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Ketua OJK Sebut Pertumbuhan Kredit Mulai Positif
Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Wimboh Santoso mengungkapkan adanya perbaikan pertumbuhan kredit perbankan seiring dengan langkah pemulihan ekonomi nasional yang dilakukan pemerintah.
Meski masih dalam zona kontraksi, namun angka pertumbuhan kredit semakin menuju ke arah positif. Per Januari 2021, kredit tumbuh -1,92 persen, meningkat dibandingkan bulan Desember 2020 yang sebesar -2,41 persen.
"Mulai pulihnya ekonomi akan berdampak ke pertumbuhan kredit, meski masih termasuk zona kontraksi terutama disebabkan pengusaha manufaktur, hotel, restoran fine dining, dan transportasi yang masih minus," ujar Wimboh dalam tayangan virtual, Rabu (24/3/2021).
Lanjut Wimboh, untuk kredit UMKM, pertumbuhannya juga mengalami peningkatan. Hanya saja, untuk kredit besar masih menunggu adanya permintaan yang diyakini segera muncul karena saat ini, aktivitas sosial mulai kembali seperti di saat sebelum pandemi.
"Mulai bebas social activity dan business activity, sehingga hunian hotel membaik, transportasi membaik, kita sudah bisa melakukan aktivitas sosial dan ekonomi lebih leluasa," jelas Wimboh.
Kemudian, sinyal pemulihan juga ditandai dengan adanya permintaan eksternal yang mendorong pertumbuhan kredit ekspor mencapai 11,39 persen year on year.
Lanjutnya, di tengah kinerja sektor riil yang masih berusaha menuju perbaikan, sebagian masyarakat menempatkan ekses dana di perbankan. Hal ini juga dilakukan karena masyarakat belum memiliki kesempatan membelanjakan uangnya.
Untuk korporasi besar, pertumbuhan kreditnya masih dalam tahap pemulihan. Penurunan kredit menjadi strategi perusahaan untuk menurunkan beban biaya bunga.
"Kredit korporasi masih -32 persen, dimana UMKM lebih kecil yaitu -1,7 persen dan konsumsi -1 persen. Meskipun secara year on year turun, namun sudah mulai membaik positif, untuk UMKM, sejak bulan September kemarin," tandas Ketua OJK.
Advertisement