Cerita Syanaz Nadya Bangun Merek Rorokenes hingga Mendunia, Adopsi Bhinneka Tunggal Ika

Nama Rorokenes mungkin terdengar familiar di kalangan pecinta fesyen lokal. merek tas kulit dan anyaman asal Semarang ini menawarkan produk lokal berkualitas internasional.

oleh Athika Rahma diperbarui 29 Mar 2021, 12:00 WIB
Diterbitkan 29 Mar 2021, 12:00 WIB
Tas
Tas produksi Rorokenes, brand asal Semarang, Jawa Tengah. (dok. Instagram @rorokenesindonesia/https://www.instagram.com/p/BzzrVCFn7a2/)

Liputan6.com, Jakarta - Nama Rorokenes mungkin terdengar familiar di kalangan pecinta fesyen lokal. merek tas kulit dan anyaman asal Semarang ini menawarkan produk lokal berkualitas internasional.

Bagaimana tidak, produknya sering dikira buatan merek fesyen terkenal dunia. Bahkan, pendiri Rorokenes, Syanaz Nadya Winanto Putri, pernah ditahan imigrasi Rusia karena dituduh membawa tas mahal tanpa membayar pajak. Padahal, tas yang dia bawa ciptaannya sendiri.

Kepada Liputan6.com, Syanaz mengaku memiliki kecintaan terhadap tas. Bisnis yang dia dirikan didasari rasa 'gerah' terhadap menjamurnya tas mewah KW.

"Ada satu tas yang saya suka, merk Italia, Bottega. Ini KW-nya paling murah Rp 2 jutaan, buatan China," katanya, Jumat (26/3/2021).

Tak tinggal diam, Syanaz putar otak mencari cara agar barang KW tersebut tidak menjadi primadona di pasar. Terciptalah Rorokenes, yang memanfaatkan 90 persen bahan baku lokal, demikian pula produksinya.

Dijual dengan harga yang sama seperti harga tas mewah KW, produk Rorokenes jelas laris di pasaran. Desainnya elegan dan timeless, dapat digunakan siapa saja dalam tren fashion apa saja. Rorokenes juga punya butik di Singapura, selain di Semarang.

Di tengah pandemi, Syanaz mengaku tidak merumahkan karyawannya yang berjumlah 13 orang dan selalu membayarkan gaji hingga tunjangan secara full.

Rupanya, resep rahasia dibalik keberlanjutan bisnis tersebut ialah filosofi produk lokal yang akan diangkat. Nilai dan filosofi penciptaan produk tersebut yang membuat bisnis Syanaz bertahan dari 2014 hingga sekarang.

"Kalau bicara anyaman saja, filosofinya ini bagus sekali untuk bangsa Indonesia. Bhinneka Tunggal Ika, menyatukan yang kalau sendiri-sendiri tidak kuat," ujarnya.

 

Ramah Lingkungan

Tas
Tas produksi Rorokenes, brand asal Semarang, Jawa Tengah. (dok. Instagram @rorokenesindonesiahttps://www.instagram.com/p/BzzrrVOHWaj/)

Tak hanya itu, produk Syanaz juga ramah lingkungan. Limbah produksi yang dihasilkan hanya mencapai 3 persen. Pembuangan dan pemanfaatan limbah produksi juga dipikirkan matang-matang alurnya.

Dan yang paling penting, Rorokenes berkonsentrasi pada penciptaan lingkungan kerja yang baik, dimulai dari attitude hingga pemenuhan hak dan kewajiban karyawan seperti cuti haid dan cuti melahirkan baik bagi perempuan maupun laki-laki.

"Di sini kita larang cat calling. Body shaming saja kami tidak suka. Kita beri pemahaman, bahwa antara laki-laki dengan perempuan, ini bisa, lho, tetap akrab meskipun tanpa cat calling. Dan hingga sekarang berhasil," ujarnya.

Rorokenes juga berkolaborasi dengan Pundi Perempuan untuk mendukung perlindungan terhadap perempuan khususnya yang menjadi korban kekerasan.

Menurutnya, poin-poin inilah yang menjadi nilai tambah produk Roro Kenes.

"Produk bagus itu wajib. Harus. Tapi nilai dan filosofi produk, itu yang harus menjadi konsentrasi. Kalau ditanya saya ingin besar, pasti, tapi perlahan saja, tidak buru-buru. Saya menikmati prosesnya," tandasnya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya