Liputan6.com, Jakarta Presiden Prabowo Subianto menerima usulan dari Presiden Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI), Said Iqbal, terkait pembentukan Satuan Tugas (Satgas) Khusus yang menangani persoalan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK).
Prabowo menilai gagasan tersebut penting untuk segera direalisasikan sebagai respons terhadap meningkatnya ancaman PHK di sejumlah sektor industri.
Baca Juga
Prabowo menyampaikan bahwa pembentukan Satgas PHK harus melibatkan berbagai pemangku kepentingan, seperti perwakilan pemerintah, serikat pekerja, kalangan akademisi, hingga lembaga-lembaga seperti BPJS.
Advertisement
"Idenya Pak Said Iqbal aku akui ini sangat penting. Saya kira, bentuk Satgas PHK, segera! Libatkan pemerintah, serikat buruh, akademisi, libatkan BPJS dan sebagainya," kata Prabowo dalam acara Silaturahmi Ekonomi Bersama Presiden RI: Memperkuat Daya Tahan Ekonomi Nasional, di Menara Mandiri Sudirman, Jakarta Selatan, ditulis Rabu (9/4/2025).
Ia menekankan bahwa tugas utama Satgas tersebut bukan hanya merespons gelombang PHK yang sedang berlangsung, namun juga memetakan peluang kerja yang masih tersedia. Dengan demikian, para pekerja yang terdampak PHK dapat segera diarahkan untuk mendapatkan pekerjaan baru atau peningkatan keterampilan.
"Dipetakan semua peluang lapangan kerja oleh Satgas PHK. Kita akan link and match dan pemerintah akan bantu. Misalnya, Mentan juga akan rencanakan kita akan lakukan investasi besar di sektor pertanian yang serap 8 juta pekerja," ujarnya.
Ia juga secara khusus meminta para menteri terkait, termasuk Menteri Koordinator dan Menteri Ketenagakerjaan, untuk segera menindaklanjuti inisiatif ini.
"Tolong Menko dan Menteri Ketenagakerjaan tolong ya," imbuh Presiden.
Badai PHK Bayangi Puluhan Ribu Buruh di RI
Sementara itu, dalam kesempatan yang sama, Presiden KSPI Said Iqbal mengungkapkan bahwa ancaman PHK masih membayangi puluhan ribu buruh di sektor-sektor padat karya seperti tekstil, alas kaki, elektronik, dan komponen otomotif.
"Ancaman PHK ini kami kalkulasi, sekali lagi ini baru kalkulasi, Pak Presiden, bisa jadi salah. Dalam tiga bulan ke depan, di industri-industri yang menjadi anggota serikat buruh itu, 50.000 lebih buruh terancam PHK," ujar Said.
Untuk itu, Said mengusulkan pembentukan Satgas Khusus PHK guna memastikan pemerintah memiliki kesiapan jika krisis ketenagakerjaan semakin memburuk.
"Izinkan, kami ada usulan dan saran di forum ini, yaitu segera dibentuk Satgas PHK. Jadi, nggak grabak-grubuk kalau nanti terjadi PHK, kita sudah siap, ada unsur APINDO, KADIN, serikat buruh, Kemnaker, Kementerian Perekonomian dan DPR," tegas Said.
Said juga menambahkan bahwa Satgas tersebut nantinya akan turut berperan dalam menjaga stabilitas hubungan industrial, termasuk mencegah potensi pemogokan akibat hak-hak pekerja yang tidak dipenuhi oleh perusahaan.
"Satgas ini juga akan mengeliminir mendeklinasi potensi pemogokan bilamana terjadi PHK, yang mengakibatkan hak-hak buruh tidak dibayar sesuai perundang-undangan," jelas Said.
Advertisement
Jawab Isu Defisit Dagang, Prabowo Siap Tingkatkan Impor dari AS
Sebelumnya, Presiden Prabowo Subianto menyatakan Indonesia akan meningkatkan pembelian produk dari Amerika Serikat sebagai langkah untuk menyeimbangkan neraca perdagangan kedua negara.
Upaya ini sebagai respons atas keluhan AS mengenai defisit perdagangan yang mereka alami dengan Indonesia.
Untuk menindaklanjuti hal ini, Prabowo telah memberikan instruksi kepada Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, agar segera melakukan negosiasi dengan pihak AS.
“Jadi dalam kita negosiasi, kita juga bukan tidak punya kiat-kiat yang cukup meyakinkan. Sebagai contoh, surplus kita USD 17 miliar sama Amerika. Itu yang jadi masalah bagi mereka kan. Saya sangat confident, saya sudah menugaskan Menko Perekonomian, negosiasi, kita sudah sampaikan,” kata Prabowo dalam acara Silaturahmi Ekonomi Bersama Presiden RI: Memperkuat Daya Tahan Ekonomi Nasional, di Menara Mandiri Sudirman, Jakarta Selatan, Selasa (8/4/2025).
Menurut Prabowo, ada sejumlah komoditas asal Amerika yang dibutuhkan Indonesia dan bisa menjadi pilihan untuk meningkatkan impor, seperti gandum, kapas, hingga energi.
“Apa yang kita butuh dari Amerika? Kita butuh LPG USD 9 miliar, kita butuh BBM, kita bisa impor lagi. Kita butuh alat teknologi. Kedelai kita butuh dari mereka, gandum apalagi, kapas, pesawat terbang,” ujarnya.
Langkah ini diharapkan bisa meredakan ketegangan dagang dan memperkuat hubungan ekonomi antara Indonesia dan Amerika Serikat ke depannya.
