Liputan6.com, Jakarta Lonjakan harga cabai hingga Rp 100 ribu per kilogram (kg) membuat petani mendadak kaya. Meski di sisi lain, kenaikan harga cabai ini memberatkan konsumen.
Seperti diakui anggota Kelompok Tani Sumber Rejeki, Supeno dari Mojokerto. Dia mengakui bisa mengantongi Rp 170 juta dari hasil panen cabai rawit seluas 1 hektare.
Uang pendapatan ini pun dipergunakan untuk memenuhi berbagai kebutuhannya. Mulai dari membayar utang hingga membeli kendaraan dan emas.
Advertisement
"Iya, sekarang banyak yang bisa nabung. Ada yang beli motor, sapi, emas, bahkan mobil dari hasil panen musim ini. Alhamdulillah utang teman-teman petani bisa terbayar. Kalau saya sendiri memperoleh Rp 170 juta dan bisa beli mobil," ujar dia, seperti dikutip Minggu (4/4/2021).
Petani lain, Saimin membeberkan lonjakan harga cabai hasil buminya bahkan naik setiap pekan. Dari awal panen Januari sebesar Rp 50 ribu/kg lalu naik Rp 10 ribu/kg setiap minggunya.
Puncaknya harga cabai menembus Rp 100 ribu/kg lalu turun lagi sampai Rp 30 ribu per kg. "Prediksi saya harga akan turun lagi karena daerah-daerah lain mulai panen," jelas dia.
Pertanaman cabai di Kabupaten Mojokerto terpusat di Kecamatan Dawar Blandong dan Jetis. Lahannya merupakan lahan tadah hujan yang hanya bisa ditanami cabai setahun sekali. Pertanaman yang sedang dipanen saat ini merupakan pertanaman bulan Oktober-Desember seluas 2.961 hektare.
Kabid Hortikultura Dinas Pertanian Kabupaten Mojokerto, Wastuti Muryati saat diwawancarai mengakui jika tahun ini petani cabai di Mojokerto mendapatkan pendapatan yang luar biasa dibanding tahun-tahun sebelumnya.
Meskipun harga cabai saat ini sudah turun, namun petani sudah menikmati harga tinggi pada waktu puncak panen.
"Persiapan Ramadhan - Idul Fitri nanti masih ada 823 hektare yang akan dipanen. Insya Allah sampai Lebaran harga stabil. Kediri, Gresik, Malang dan wilayah Jawa Tengah juga memasuki panen raya," pungkasnya.
Saksikan Video Ini
Harga Cabai Petani Akhirnya Normal Lagi, Turun dari Rp 100 Ribu Jadi Rp 30 Ribu per Kg
Kementerian Pertanian (Kementan) mengungkapkan jika harga cabai di tingal petani sudah stabil. Kenaikan harga pada beberapa waktu lalu disebut seiring belum masuknya masa panen di beberapa daerah.
Harga cabai rawit yang tadinya menyentuh harga Rp 100 ribu per kilogram (kg) di tingkat petani, kini kembali di angka Rp 30 ribu per kg.
Ini diungkapkan Dirjen Hortikultura Kementan Prihasto Setyanto. "Alhamdulillah, sekarang cabai sudah normal kembali. Di tingkat petani itu Rp 30 ribu/kg. Saya tegaskan bahwa naiknya harga cabai tempo hari karena belum memasuki masa panen di daerah sentra," ujar Dirjen Hortikultura Kementan Prihasto Setyanto, Minggu (4/4/2021).
Dia mengklaim jika kestabilan harga cabai tidak terlepas dari pendampingan dan bimbingan pengembangan kawasan cabai dari Kementan. Ini mengacu perintah Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo yang meminta jajarannya untuk menjaga stabilitas pasokan agar harga yang diterima tidak merugikan petani dan tidak memberatkan konsumen.
Dikatakan jika saat ini, bantuan pengembangan kawasan serta bantuan benih cabai dari Kementan yang sebagian besar tertanam pada akhir 2020 kini panen. Sehingga volume pasokan ke pasar kembali stabil dan harga cabai kembali normal.
Dia merasa bahwa hikmah di balik meningkatnya harga si pedas ini, petani bisa melunasi utang yang ditanggung pada panen sebelumnya. Termasuk mampu membeli barang atau sesuatu yang diinginkan selama ini.
"Saya yakin tingginya harga cabai sangat disyukuri petani. Mereka bisa melunasi hutangnya atas kerugian pada musim panen tahun lalu. Kita tahu bahwa cabai sempat jatuh harganya akibat cuaca ekstrem dan sekaligus efek kebijakan PSBB," tambah dia.
Dengan laba yang diperoleh, lanjutnya, secara tidak langsung menyemangati petani untuk terus bertanam.
Termasuk menabung untuk jaga-jaga jika di musim panen yang akan datang harga tidak bersahabat karena hasil panen melimpah.
Meski turun, petani cukup berbahagia karena keuntungan selama meroketnya harga mampu menutupi kerugian pada musim panen sebelumnya. Bahkan viral, petani mampu memborong motor dan mobil ketika pedasnya harga sejak akhir Januari lalu.
Reporter: Sulaeman
Sumber: Merdeka.com
Advertisement