Sistem Ini Dinilai Bisa Cegah Wabah Penyakit di Tambak Udang

Serangan wabah penyakit termasuk Acute Hepatopancreatic Necrosis Disease (AHPND) dan Early Mortality Syndrome (EMS) masih membayangi para petambak udang.

oleh Tira Santia diperbarui 16 Apr 2021, 21:36 WIB
Diterbitkan 16 Apr 2021, 21:36 WIB
Wisata Edukasi Tambak Udang Vannamei hingga Mitos Pantai Pulau Kodok Tegal
Wisata Edukasi Tambak Udang Vannamei hingga Mitos Pantai Pulau Kodok Tegal. (Liputan6.com/ Fajar Eko Nugroho)

Liputan6.com, Jakarta Udang menjadi panganan yang banyak dicari masyarakat Indonesia. Tak heran, budidaya udang menjadi salah satu peluang bisnis yang dijalani banyak orang.

Namun, serangan wabah penyakit termasuk Acute Hepatopancreatic Necrosis Disease (AHPND) dan Early Mortality Syndrome (EMS) masih membayangi para petambak udang.

Adalah eFishery melalui salah satu unit bisnisnya, eFisheryFarm menawarkan satu sistem yang bisa membantu petambak udang menghadapi masalah wabah penyakit. Disease Prevention System (DPS) namanya.

Ini layanan yang memberikan protokol pencegahan wabah penyakit pada tambak udang dan memberikan solusi pengaturan kualitas air yang efektif dan ramah lingkungan dengan berbasis teknologi.

“Pemerintah menargetkan Indonesia menjadi pengekspor udang terbesar nomor satu di dunia dan memastikan ekspor udang naik hingga 250 persen pada 2024 mendatang," ujar CEO dan Co-founder eFishery Gibran Huzaifah.

Dia mengatakan, untuk mencapai target tersebut, kapasitas produksi perlu ditingkatkan. Salah satunya dengan mengatasi satu hambatan terbesar dalam budidaya udang, yaitu wabah penyakit.

”EMS yang menyebabkan kematian pada benih udang dapat disebabkan oleh bakteri dari marga Vibrio, sehingga dikenal dengan istilah Vibriosis. Keluarga bakteri Vibrio sendiri dapat ditemukan di hatchery seperti pada post larva benur, air bak benur dan induk, serta pakan alami. Sedangkan pada tambak, bakteri tersebut dapat ditemukan pada air tambak yang tercemar dan pada sedimen (lumpur).

Menurut Gibran, DPS yang dihadirkan oleh eFishery bisa menjadi cara mencegah terjadinya berbagai wabah penyakit.

Salah satu komponen dalam DPS adalah disinfektan ramah lingkungan yang telah terbukti dengan cepat membunuh bakteri dan menghilangkan berbagai patogen yang dapat menyebabkan penyakit pada udang seperti yellow head virus, white spot syndrome virus (WSSV), dan Vibrio parahaemolyticus penyebab AHPND.

Gibran menambahkan, sebagai bagian dari layanan DPS, teknisi eFishery akan melakukan pengecekan atau assessment tahap awal dengan output berupa biosecurity scoring untuk menentukan tingkat kerentanan tambak terhadap serangan penyakit.

Kemudian tim eFishery juga akan melakukan pengecekan dan analisis kualitas air tambak secara rutin serta memberikan laporan dan rekomendasi penanganan air.

Selain itu, teknisi juga akan memberikan rekomendasi pemberian dosis disinfektan serta protokol dan konsultasi secara gratis apabila tambak terserang wabah, sehingga para petambak dapat berbudidaya dengan aman tanpa khawatir tambaknya terserang penyakit.

 

Kata Petambak

ilustrasi udang
ilustrasi udang (sumber: Pixabay)

Bobby, Petambak Udang dari Kelompok Tani Blue Vaname menjadi salah satu yang mencoba sistem ini. Dia mengaku sempat terjadi pandemi kematian dini di tempat tambaknya beroperasi di Subang.

"Selain kematian dini, di tambak saya selalu terjadi blooming plankton ketika memasuki DOC di atas 50 dan terjadi kematian ngapas yang diduga disebabkan oleh Infectious Myonecrosis Virus (IMNV) di DOC 70 sampai panen," ujarnya.

Bobby dan petambak lainnya dari Kelompok Tani Blue Vaname kemudian memutuskan untuk mencoba produk DPS dari eFishery.

"Hasilnya, budidaya udang saya terhindar dari kematian dini, tidak terjadi blooming plankton, dan ketika terjadi kematian di DOC 70 dapat langsung dihentikan dengan melakukan outbreak protocol dari program DPS," jelas Bobby.

Selain terhindar dari wabah penyakit, dia mengaku merasakan langsung berbagai keuntungan. Diantaranya peningkatan rata-rata pendapatan hingga 111,27 persen per meter persegi, penurunan rata-rata FCR sebesar 0,23 persen, serta peningkatan rata-rata produktivitas sebesar 0,12 kg/m2.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya