Perang Dagang Makin Panas: Trump Naikkan Tarif 104%, China Balas Dendam 84%

Kenaikan tarif yang saling berbalas ini mengancam akan menghancurkan perdagangan antara dua ekonomi terbesar di dunia yaitu Amerika Serikat (AS) dan China.

oleh Arthur Gideon Diperbarui 09 Apr 2025, 20:15 WIB
Diterbitkan 09 Apr 2025, 20:15 WIB
FOTO: Kemeriahan Peringatan 100 Tahun Partai Komunis China
Penampil berpakaian seperti petugas penyelamat berkumpul di sekitar bendera Partai Komunis selama pertunjukan gala menjelang peringatan 100 tahun berdirinya Partai Komunis China di Beijing, China, 28 Juni 2021. Partai Komunis China akan merayakan HUT ke-100 pada 1 Juli 2021. (AP Photo/Ng Han Guan)... Selengkapnya

Liputan6.com, Jakarta - China kembali membalas kebijakan tarif impor yang dilancarkan Presiden AS Donald Trump. China menaikkan tarif impor barang AS hingga lebih dari 80%.

Menurut keterangan Kantor Komisi Tarif Dewan Negara yang dikutip dari CNBC, Rabu (9/12/2025), tarif atas barang-barang AS yang masuk ke China akan naik menjadi 84% dari 34% mulai 10 April 2025.

Kenaikan ini dilakukan sebagai respons terhadap kenaikan tarif AS terbaru atas barang-barang China hingga lebih dari 100% yang dimulai pada tengah malam ini.

Kenaikan tarif yang saling berbalas ini mengancam akan menghancurkan perdagangan antara dua ekonomi terbesar di dunia. Menurut Kantor Perwakilan Dagang AS, AS mengekspor barang senilai USD 143,5 miliar ke China pada 2024, sementara mengimpor produk senilai USD 438,9 miliar.

Pemerintahan Trump mengumumkan kebijakan tarif baru yang menyeluruh minggu lalu, dan memperingatkan negara-negara lain agar tidak membalas. Beberapa negara, termasuk Jepang, tampaknya bersedia bernegosiasi mengenai tarif, tetapi Tiongkok tampaknya mengambil sikap yang lebih keras dan dengan cepat mengumumkan tarif balasan.

Trump Naikkan 50%

Setelah tanggapan awal China terhadap penerapan tarif pada tanggal 2 April, Trump mengumumkan kenaikan tambahan sebesar 50%, sehingga total pajak impor untuk barang-barang Tiongkok menjadi 104%.

“Saya pikir sangat disayangkan bahwa Tiongkok sebenarnya tidak ingin datang dan bernegosiasi, karena mereka adalah pelanggar terburuk dalam sistem perdagangan internasional,” kata Menteri Keuangan AS Scott Bessent kepada Fox Business pada hari Rabu setelah pengumuman terbaru tarif China.

“Mereka memiliki ekonomi yang paling tidak seimbang dalam sejarah dunia modern, dan saya dapat memberi tahu Anda bahwa eskalasi ini merugikan mereka.” tambah dia.

Investor Ketakutan

AS telah memberlakukan tarif baru pada China sebelum meluncurkan kebijakan perdagangan penuhnya pada bulan April. China, bersama dengan Kanada dan Meksiko, dikenai pungutan baru di awal masa jabatan Trump sebagai bagian dari apa yang disebut pemerintah sebagai upaya untuk menghentikan fentanil memasuki AS.

Perang dagang tampaknya telah membuat investor di seluruh dunia ketakutan, karena pasar ekuitas global telah merosot tajam pada bulan April. S&P 500 ditutup pada hari Selasa dengan penurunan hampir 20% dari puncaknya, menjadikan indeks AS terkemuka sebagai pasar yang sedang lesu. Indeks Kospi Korea Selatan juga merosot tajam pada hari Rabu. Saham di Shanghai dan Hong Kong juga turun tajam sejak pengumuman tarif AS pada tanggal 2 April.

Donald Trump Naikkan Tarif Impor dari China jadi 104%

Presiden ke-47 AS Donald Trump menandatangani sejumlah perintah eksekutif setelah dilantik. (AFP)
Presiden ke-47 AS Donald Trump menandatangani sejumlah perintah eksekutif setelah dilantik. (AFP)... Selengkapnya

Presiden Amerika Serikat Donald Trump kembali menaikkan tarif impor terhadap China menjadi 104%.

Sekretaris Pers Gedung Putih, Karoline Leavitt mengungkapkan bahwa kebijakan baru tersebut akan mulai berlaku pada Rabu, 9 April 2025.

Melansir CNN, Rabu (9/4/2025) Trump mengenakan tarif tambahan sebesar 50% setelah China tidak menarik kembali keputusannya untuk mengenakan tarif balasan sebesar 34% pada barang-barang impor dari AS, dengan menambahkan bea masuk tambahan sebesar 84%.

"Tiongkok ingin membuat kesepakatan, mereka hanya tidak tahu bagaimana melakukannya," ujar  Karoline Leavitt.

Trump awalnya mengenakan tarif 10% pada semua barang impor dari China pada bulan Februari 2025, tanpa pengecualian, yang dikaitkan dengan dugaan peran negara tersebut dalam membantu imigrasi ilegal dan memasukkan obat fentanil ke AS.

Bulan lalu, ia menggandakan tarif tersebut.

Sebagai informasi, China merupakan sumber impor terbesar kedua AS tahun lalu, dengan total pengiriman barang senilai USD 439 miliar ke AS, sementara AS mengekspor barang senilai USD 144 miliar ke China.

Puluhan negara juga segera melihat tarif yang lebih tinggi

Leavitt menyebut, puluhan negara lain serta Uni Eropa juga akan menghadapi tarif baru. Tarif tersebut, yang ditetapkan Trump pekan lalu, berkisar antara 11% hingga 50%.

Dia mengatakan, meskipun telah beberapa kali berdiskusi dengan para pemimpin dunia untuk menegosiasikan tarif impor yang lebih rendah, Trump tidak berniat menunda rencananya.

Pada saat yang sama, ia mengatakan Donald Trump menginstruksikan tim perdagangannya untuk membuat kesepakatan yang dibuat khusus"dengan negara-negara yang ingin bernegosiasi.

Infografis Tarif Impor Ala Donald Trump.
Infografis Tarif Impor Ala Donald Trump. (Liputan6.com/Abdillah)... Selengkapnya
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

EnamPlus

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya