Liputan6.com, Jakarta Direktur Eksekutif Energy Watch, Mamit Setiawan, memandang pasar bisnis stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU) ritel di Indonesia masih jadi lahan basah bagi perusahaan minyak dan gas (migas) asing, meski telah ditinggal PT Total Oil Indonesia.
Mamit menilai, bisnis SPBU di Tanah Air saat ini tetap jadi incaran bagi perusahaan migas asing besar seperti British Petroleum dan PT AKR Corporindo Tbk.
Baca Juga
"Bisnis SPBU ritel kita saya kira masih sangat menarik. Terbukti BP bersama AKR mencoba mencari ceruk pasar dari SPBU swasta dan pertamina, dan sepertinya mereka berhasil mengambilnya," ungkapnya kepada Liputan6.com, Jumat (7/5/2021).
Advertisement
Menurut dia, korporasi raksasa dari luar negeri melihat potensi pasar kendaraan bermotor di Indonesia masih sangat besar. Itu terbukti dari kepemilikan kendaraan individu, baik roda empat maupun roda dua yang terus meningkat.
"Jumlah kendaraan bermotor setiap tahun mengalami peningkatan, dan pastinya ini menjadi peluang dalam bisnis ritel SPBU," sebut Mamit.
Persaingan bisnis SPBU di dalam negeri disebutnya semakin hari semakin ketat. Selain BP dan AKR, Shell selaku perusahaan migas multinasional asal Belanda kini semakin menancapkan kukunya di Indonesia.
"Saya kira memang persaingan bisnis SPBU ini semakin hari semakin ketat. Apalagi dengan hadirnya BP dan juga Vivo selain Shell, maka Total semakin tertekan," ujar Mamit.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Total Cuma Tutup SPBU, Bisnis Pelumas dan Produk Lain Tetap Jalan
PT Total Oil Indonesia resmi menutup bisnis untuk 18 Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) di wilayah Jabotabek dan Bandung. Proses penutupan tersebut sudah dilakukan sejak akhir 2020 lalu.
Meski telah undur diri dari bisnis pengoperasian SPBU, Total belum pergi sepenuhnya dari Indonesia, dan tetap memperdagangkan pelumas dan produk khusus lain.
"Kami tetap berkomitmen untuk terus menyediakan produk dan layanan unggulan di Indonesia, termasuk pelumas dan produk specialty lainnya," kata Marketing Manager Total Oil Indonesia, Magda Naibaho kepada Liputan6.com, dikutip Jumat (7/5/2021).
Adapun perusahaan asal Perancis ini mulai beroperasi di Indonesia sejak 2003 dengan mengelola bisnis hilir minyak dan gas bumi (migas). Bisnis hilir tersebut diawali melalui penjualan pelumas dengan merek Total dan ELF. Sementara untuk bisnis SPBU, Total memulai proyeknya sejak 2009.
Terkait nasib SPBU yang ditinggalkan, Magda menjelaskan, Total selama di Indonesia mengoperasikan sistem pengisian tersebut melalui skema Company Owners Dealer Operated (CODO).
CODO merupakan jenis SPBU yang pengelolaannya dikerjasamakan antara perusahaan. Bentuk kerja sama CODO ini sendiri dapat berupa kerjasama operasional, bahkan pemanfaatan lahan milik perusahaan ataupun individu untuk dibangun SPBU.
"Sebagai informasi, SPBU Total dioperasikan dengan sistem CODO," ujar Magda.
Advertisement