Peredaran Uang selama Ramadan Capai Rp 154,5 Triliun

Khusus untuk Jabodetabek, penarikan dana tunai naik 61 persen selama Ramadan 2021.

oleh Liputan6.com diperbarui 17 Mei 2021, 14:20 WIB
Diterbitkan 17 Mei 2021, 14:20 WIB
Jasa Penukar Uang Baru di Tangerang Mulai Ramai
Penjual jasa penukaran uang pecahan menunggu konsumen di Jalan Otista Raya di Karawaci, Kota Tangerang, Senin (10/5/2021). Penjual jasa penukaran uang baru musiman tersebut mulai bermunculan menjelang lebaran yang dikenakan tarif jasa sebesar 10 persen. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Peredaran uang selama Ramadan dan libur Lebaran 2021 mencapai Rp 154,5 triliun. Jumlah ini naik 41,5 persen jika dibandingkan periode Lebaran 2020.

"Dilaporkan oleh BI bahwa peredaran uang BI sebesar Rp 154,5 triliun atau meningkat dibandingkan tahun lalu sebesar 41,5 persen," kata Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto, di Istana Negara, Jakarta, Senin (17/5/2021).

Airlangga melanjutkan, khusus untuk Jabodetabek BI juga mencatat bahwa penarikan dana tunai naik 61 persen atau sekitar Rp 34,8 triliun. Angka ini lebih tinggi dari angka nasional.

"Dan tentunya pelarangan mudik melalui PPKM telah mendorong adanya belanja di wilayah aglomerasi," jelasnya.

Airlangga Hartarto sempat mengatakan, pembayaran Tunjangan Hari Raya (THR) mampu mengungkit ekonomi 1 persen Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia. Sebab, dana THR diperkirakan mencapai Rp 150 triliun yang akan beredar di publik.

"Terkait dengan kegiatan jelang Lebaran ada yang didorong pemerintah gerakan perekonomian dengan pembayaran THR," ujar Airlangga dalam konferensi pers secara online, Jakarta, Jumat (23/4).

"THR bisa mengungkit 1 persen PDB, sebab pembayaran THR totalnya baik dari sektor tenaga kerja, maupun ASN, TNI, POLRI jumlahnya mendekati Rp 150 triliun atau 1 persen dari pada dana yang akan beredar di publik," sambungnya.

Reporter: Dwi Aditya Putra

Sumber: Merdeka.com

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

BI Siapkan Rp 152,14 Triliun Uang Tunai untuk Ramadan dan Lebaran 2021

Jasa Penukar Uang Baru di Tangerang Mulai Ramai
Penjual jasa penukaran uang pecahan menunggu konsumen di Jalan Otista Raya di Karawaci, Kota Tangerang, Senin (10/5/2021). Penjual jasa penukaran uang baru musiman tersebut mulai bermunculan menjelang lebaran yang dikenakan tarif jasa sebesar 10 persen. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Bank Indonesia (BI) memperkirakan kebutuhan uang tunai atau uang kartal periode Idul Fitri 2021 sebesar Rp 152,14 triliun. Jumlahnya meningkat 39,33 persen dibandingkan realisasi penarikan perbankan pada 2020 sebesar Rp 109,20 triliun.

Direktur Eksekutif Kepala Departemen Pengelolaan Bank Indonesia (BI), Marlison Hakim, mengungkapkan kebutuhan terbesar uang tunai di Pulau Jawa Rp 59,40 triliun. Sementara di Pulau Sumatera Rp 25,95 triliun, Kalimantan Rp 10,39 triliun, Sulampua Rp 10.85 triliun, Bali Nusra Rp 5,58 triliun, dan Kantor Pusat Rp 39,99 triliun.

Total kebutuhan uang tunai ini selama periode 12 April 2021 hingga 11 Mei 2021. Seluruh uang tunai tersebut akan didistribusikan ke seluruh wilayah Indonesia.

Dari total Rp 152, 14 triliun, sebanyak 90,07 persen terdiri dari uang tunai pecahan besar yaitu 100 ribu dan Rp 50 ribu. Sisanya, uang pecahan kecil yaitu Rp 20 ribu ke bawah. Hal ini sesuai dengan karakteristik pengeluaran uang masyarakat selama periode Ramadan dan Lebaran.

"Penarikan perbankan periode Ramadan dan Idul Fitri 2021 didominasi Satker Kas Jabodetabek (kantor pusat) sebesar Rp 39,99 triliun, sedangkan penarikan terendah sebesar R 0,32 triliun di Satker Kas KPwBI Provinsi Papua Barat," jelas Marlison dalam konferensi pers pada Rabu (14/4/2021).

Higienis

Ia pun menjamin uang kartal yang diterbitkan selama Ramadan dan Lebaran ini higienis. Baik untuk uang kertas dan logam.

BI bersama perbankan menegaskan siap memenuhi kebutuhan uang kartal untuk masyarakat.

"Berdasarkan informasi dari perbankan sudah mulai terlihat animo masyarakat. Permintaan untuk uang baru sudah mulai terlihat," tuturnya. 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya