Liputan6.com, Jakarta Pada awal Mei, Pomai Uyehara memposting iklan online untuk mencari pekerja baru atau staf dan juru masak baru untuk restoran Hawaii yang dikelola keluarganya di Hurst, Texas.
Pelanggan yang baru divaksinasi kemudian datang membanjiri restoran tersebut. Meski, layanan yang baru dibuka untuk dibawa pulang sampai saat ini hanyalah ayam panggang dan poke bowls.
Tetapi, rupanya kondisi ini tak seimbang dengan jumlah bekerja. Saat ini lebih sulit untuk meyakinkan staf untuk kembali bekerja.
Advertisement
Hanya ada sedikit pelamar untuk empat lowongan kerja baru. Jadi, Pomai memutuskan sudah waktunya untuk berkreasi dan menciptakan strategi baru.
Dia menawarkan bonus masuk sebesar USD 300 setara Rp 4,3 juta untuk juru masak dan USD 150 setara Rp 2,2 juta untuk staf pelayan. "Responsnya luar biasa," kata Pomai mengutip BBC, Selasa (25/05/2021).
Dia menambahkan bahwa restoran miliknya menemukan lowongan pekerjaan mereka sudah terisi dalam waktu dua minggu setelah menawarkan insentif tunai serta bonus kuartalan baru berdasarkan kinerja.
Langkah itu akan mengurangi keuntungan, tetapi Pomai mengatakan itu sepadan untuk bisnis kecil mereka.
Dia membiarkan dua anggota staf pergi pada puncak pandemi, tetapi kemudian mengatakan itu "sangat sulit" untuk menjaga restoran tetap berjalan.
"Hal itu menimbulkan beban fisik dan mental bagi keluarga karena kami bekerja 65 jam seminggu,” jelasnya.
Saksikan Video Ini
Kekurangan tenaga kerja
Ternyata, banyak perusahaan di AS yang bergerak di bidang hospitality seperti Pomai terpaksa memecat staf karena pembatasan Covid yang berarti mereka harus menutup pintu mereka tahun lalu.
Antara Maret dan April 2020, restoran dan bar kehilangan 5,5 juta pekerjaan, menurut Biro Statistik Tenaga Kerja AS.
Meskipun restoran telah dibuka kembali, mungkin perlu beberapa waktu bagi para pekerja untuk kembali.
Pomai menyarankan bahwa salah satu hambatan bagi staf untuk kembali adalah tunjangan pengangguran.
Di bawah paket penyelamatan virus corona senilai USD 1,9 triliun yang ditandatangani Presiden Biden pada bulan Maret, beberapa pekerja bisa mendapatkan tunjangan tambahan mingguan senilai USD 300 jika mereka kehilangan pekerjaan.
Itu mungkin melebihi jumlah yang akan diperoleh pekerja dengan upah minimum di beberapa negara bagian.
South Carolina dan Montana yang dipimpin oleh Partai Republik, misalnya, telah mengatakan mereka akan menghentikan tunjangan pengangguran yang ditawarkan oleh pemerintah agar tidak dibayarkan kepada warganya sehingga orang tidak dibujuk untuk tinggal di rumah.
Presiden Biden telah memberi tahu Departemen Tenaga Kerja atau Department of Labor untuk bekerja dengan negara bagian guna memulihkan persyaratan pencarian kerja bagi mereka yang mengklaim tunjangan sebagai hasilnya.
Tetapi AnnElizabeth Konkel, seorang ekonom di Indeed, mengatakan akan menjadi "pertaruhan" untuk berasumsi bahwa itulah satu-satunya alasan di balik kekurangan tenaga kerja saat ini.
Dia menunjukkan bahwa pengasuhan anak juga bisa menjadi faktor.
"Meskipun jumlah orang yang divaksinasi penuh meningkat setiap hari, kami masih berada dalam pandemi," tambahnya.
"Pencari kerja masih mengkhawatirkan pekerjaan tatap muka, terutama di ruang sempit seperti restoran atau bar," imbuhnya.
Advertisement
Memutuskan tidak kembali bekerja
Addison Bueide tidak akan kembali ke pekerjaannya sebagai bartender, membersihkan meja, dan menjadi pelayan di klub swasta di Austin.
Wanita berusia 21 tahun itu berkata: "Pandemi ini sangat parah, terutama karena [bos saya] tidak terlalu serius tentang masker dan membiarkan orang pergi tanpanya."
Alih-alih, dia akan mengambil pekerjaan baru di bidang ritel setelah tiga tahun bekerja di industri hospitality.
Alasan utamanya untuk pergi adalah upah rendah dan kurangnya konsistensi pada shift apa dia akan bekerja.
"Saya tidak akan pernah kembali ke industri jasa… ini mengerikan. Perlu ada perbaikan serius untuk setiap aspek industri, tidak peduli perusahaannya," jelas Bueide.
Meskipun dia menerima bahwa bonus tunai dapat membantu menarik pekerja baru, Addison percaya harus ada tingkat gaji pokok yang lebih tinggi dan perlakuan yang lebih baik terhadap pekerja.
Contohnya Chipotle yang mengumumkan bulan ini bahwa mereka akan menaikkan tingkat upah minimum menjadi USD 15 per jam untuk menarik staf baru, serta memperkenalkan biaya rujukan USD 200.
McDonald's JUGA mengatakan upah rata-rata karyawan di seluruh restoran milik perusahaannya akan meningkat menjadi USD 13 per jam, dengan beberapa cabang menjadi US$ 15 pada akhir tahun 2021. Ini akan mempengaruhi sekitar 5 persen restorannya di AS, mengingat sebagian besar adalah waralaba.
Berbicara kepada BBC News menjelang aksi mogok pada hari Rabu untuk menuntut McDonald's menaikkan upah minimum menjadi US$ 15 per jam, juru bicara kampanye Fight for 15 mengatakan perusahaan makanan cepat saji memahami bahwa "untuk mempekerjakan dan mempertahankan pekerja berbakat, sesuatu perlu diubah".
"Kami siap melanjutkan perjuangan kami untuk mendapatkan USD 15 untuk setiap pekerja di seluruh negeri. Kami tidak akan berhenti berjuang dan berbaris di jalan-jalan sampai kami memenangkan USD 15 dan serikat untuk semua."
Tetapi untuk restoran yang dikelola keluarga seperti Pomai, yang telah dilanda pandemi, tarif yang lebih tinggi itu mungkin sulit untuk diikuti.
"Kami memiliki Chipotle dan tiga McDonald's tepat di lokasi restoran kami, jadi dapat dimengerti bahwa [staf baru] akan pergi bersama perusahaan [seperti itu]. Ini akan membutuhkan segala upaya untuk membuatnya berhasil, tetapi kami bisa melakukannya,” pungkasnya.
Reporter: Priscilla Dewi Kirana