Hai Manajer, Lakukan 4 Cara Ini demi Atasi Kesehatan Mental Karyawan

Kesehatan mental karyawan menjadi urutan pertama yang menjadi perhatian.

oleh Liputan6.com diperbarui 09 Agu 2021, 07:00 WIB
Diterbitkan 09 Agu 2021, 07:00 WIB
Stres Bekerja. Unsplash/jetshoot.com
Stres Bekerja. Unsplash/jetshoot.com

Liputan6.com, Jakarta Menjalani kehidupan dalam keadaan ketidakpastian, kesedihan, dan kecemasan secara terus menerus dapat menguji kesehatan mental seseorang.

Seperti peristiwa yang sedang terjadi saat ini. Pandemi yang belum usai menyebabkan banyak orang terganggu kesehatan mentalnya. Beberapa di antaranya yang paling merasakan hal ini adalah para karyawan.

Kesehatan mental karyawan menjadi urutan pertama yang menjadi perhatian. Karena semenjak adanya pandemi, banyak karyawan yang berganti status menjadi pengangguran karena terkena PHK dari perusahaannya.

“Para pengusaha paham jika kesehatan mental ini akan berdampak panjang. Meskipun ada vaksinasi, masalah ini tidak akan hilang begitu saja. Bahkan jika sudah kembali ke tempat kerja, masalah ini pun tidak akan hilang,” kata Sandra Kuhn, Pemimpin dalam praktik kesehatan perilaku di perusahaan konsultan Mercer, seperti dikutip CNN, Senin (9/8/2021).

Sementara itu, Joe Grasso yang merupakan direkrut senior kesehatan mental di Lyra Health juga mengatakan, “Stigma seputar kesehatan mental berkurang dengan cepat. Sekarang menjadi bagian dari percakapan sehari-hari. Jadi, pengusaha memiliki lebih banyak visibilitas terhadap tekanan mental dalam tenaga kerja mereka.”

Melihat hal tersebut, beberapa pengusaha kemudian berupaya untuk memanfaatkan layanan mengenai kesehatan mental, seperti dari buku.

Kuhn mengatakan, beberapa upaya lainnya bisa dengan mendidik karyawan tentang kesehatan mental dan melatihnya agar mampu berkomunikasi dengan baik di dalam tim.

Sebetulnya ada banyak hal yang bisa dilakukan oleh seorang manajer di perusahaan untuk mengatasi kesehatan mental karyawan ini. Simaklah empat caranya berikut ini.

 

 

 

1. Kenali tandanya

Ilustrasi Kerja Sama, Berkumpul
Ilustrasi kerja sama, berkumpul (Photo by Ali Yahya on Unsplash)

Penting bagi seorang manajer untuk memiliki tingkat kepekaan yang tinggi. Dengan kepekaan tersebut, seorang manajer bisa mengetahui jika karyawannya sedang merasa cemas atau tertekan sehingga mereka dapat membimbing karyawan dengan baik.

Menurut Mercer, tanda-tanda yang mungkin bisa dikenal di antaranya terkait perubahan sikap, suasana hati, produktivitas, atau keterlibatan.

Seorang manajer perlu peka kenapa para karyawan lebih banyak absen, meningkatnya emosional, dan kesulitan untuk berkonsentrasi.

2. Tanyakan dengan kalimat yang tepat

Yang terbaik adalah tanya secara terbuka dan dengarkan apa keluh kesah karyawan. Seorang manajer harus bersikap objektif dalam hal ini.

Sebagai permulaan, mungkin bisa menyapa karyawan dan bertanya mengenai keadaannya jika di tempat kerja selama beberapa hari terakhir terlihat murung.

Hal yang dilakukan setelah itu adalah bersikap empati. Katakanlah bahwa segala masalah karyawan pasti akan ada jalan keluar dan jangan merasa sendiri. Sesekali tanyakan apakah dia membutuhkan bantuan.

Jika sudah mengetahui apa permasalahannya, seorang manajer pun bisa turut membantu untuk menyelesaikan. Cara yang bisa dilakukan misalnya mencarikan SDM yang lebih berpotensi untuk membuat karyawan yang sedang merasa tidak baik itu menjadi lebih baik lagi.

3. Lebih proaktif

Selain harus responsif, seorang manajer juga harus proaktif di dalam tim terlebih mengenai kesehatan mental karyawannya.

Untuk bisa lebih proaktif, seorang manajer mungkin sesekali bisa menceritakan bagaimana pengalaman bekerja kepada karyawan lain. Selain itu, bisa pula menceritakan bagaimana cara mengatasi masalah kesehatan mental tersebut tanpa harus keluar dari kerjaan.

4. Bersikap akomodatif jika memungkinkan

Pemicu stres bagi karyawan adalah ketika mereka harus bekerja di kantor di saat kondisi seperti ini. Melihat kondisi yang terjadi saat ini, ada peningkatan rutinitas yang dibangun dengan susah payah sejak pandemi.

Beberapa perusahaan ada yang tidak meliburkan karyawannya dan harus tetap masuk kerja, baik lima hari dalam seminggu atau jadwal kerja baru.

Meskipun hal ini mungkin tidak terjadi dalam setiap situasi, tetapi Grasso berkata, “ Tawarkan fleksibilitas jika Anda bisa.”

Reporter: Aprilia Wahyu Melati

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya