Stafsus BUMN Bongkar Penyebab Biaya Proyek Kereta Cepat Indonesia-China Membengkak

KCIC Tak Punya Planning Hadapi Pandemi Covid-19, Akhirnya Biaya Bengkak

oleh Arief Rahman H diperbarui 10 Okt 2021, 10:08 WIB
Diterbitkan 10 Okt 2021, 10:08 WIB
Kereta cepat Jakarta - Bandung
Proyek pembangunan kereta cepat yang sedang dalam tahap pengerjaan di kawasan Padalarang, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Sabtu (25/9/2021). Kereta cepat Jakarta-Bandung ditargetkan beroperasi pada akhir tahun 2022 dan akan dilakukan uji coba pada November 2022 mendatang. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Liputan6.com, Jakarta Staf Khusus Menteri BUMN, Arya Sinulingga menyebut jika pada proyek pengerjaan Kereta Cepat Indonesia-China (KCIC) tak punya pilihan lain untuk membuat proyek terus berjalan selain melakukan penambahan dana. Langkah penambahan anggaran disebut menjadi solusi menghadapi dampak dari pandemi Covid-19.

Kondisi pandemi yang berdampak ke pemodal proyek kereta cepat dikatakan memerlukan peran tambahan pemerintah dalam mengatasinya. Bahkan, ia menyebut hal yang sama terjadi di berbagai negara maju yang mengerjakan proyek serupa.

“Mau gak mau kita harus minta pemerintah untuk ikut dalam memberikan pendanaan jadi ini bukan soal apa-apa, ini soal itu, dimana-mana di hampir semua negara itu negara memang pemerintah ikut juga dalam pendanaan kereta api cepat, ya hampir semua negara,” jelas dia, dikutip Minggu (10/10/2021).

Presiden Joko Widodo sebelumnya telah mengizinkan penggunaan dana Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) sebagai salah satu sumber pendanaan proyek kereta cepat Jakarta-Bandung ini.

Restu diberikan di tengah membengkaknya kebutuhan anggaran proyek kerja yang mencapai sekitar USD 1,9 miliar atau setara Rp 27 triliun.

Arya mengatakan, pembengkakan biaya proyek merupakan hal yang wajar di masa sekarang. Alasannya, terhambatnya hal penunjang karena adanya pandemi Covid-19 memerlukan solusi demikian.

“Jadi hanya masalah kemarin korona ini yang membuat semua nya jadi terhambat, jadi jangan diplintir bahwa ini ada hal-hal lain ada sebagainya, dan pembengkakan itu hal yang wajar, namanya juga pembangunan awal dan sebagainya itu membuat beberapa hal yang jadi terhambat,” lanjut dia.

Dengan terhambatnya hal tersebut, artinya ada suatu progres yang stagnan atau mundur. Jadi diperlukan biaya ekstra yang harus dikeluarkan untuk bisa melanjutkan proyek tersebut.

“Jadi dimana-mana kemunduran-kemunduran yang sebelumnya itu akan menaikkan cost, itu sudah pasti itu. Jadi langkah (penambahan dana) yang harus diambil supaya pembangunan yang 80 persen dan sangat bagus ini itu bisa tetap terlaksana,” tuturnya.

 

Cashflow Pemegang Saham Terganggu

Kereta cepat Jakarta - Bandung
Proyek pembangunan kereta cepat yang sedang dalam tahap pengerjaan di kawasan Padalarang, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Sabtu (25/9/2021). Kereta cepat Jakarta-Bandung ditargetkan beroperasi pada akhir tahun 2022 dan akan dilakukan uji coba pada November 2022 mendatang. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Arya merinci kendala yang dihadapi proyek KCIC tersebut sehingga memerlukan tambahan dana. Salah satunya adalah arus keuangan pemegang saham proyek yang terganggu akibat pandemi.

Tak lain, penyebabnya Covid-19 yang menghambat sektor sehingga arus keuangan atau cash flow para pemegang saham pun terdampak. Sehingga itu juga memengaruhi proses pengerjaan proyek KCIC yang sedang berjalan.

Nah problem-nya adalah ini korona datang, dan kita ingin supaya pembangunan ini tepat waktu, jangan tertunda dan corona datang ini membuat ada beberapa hal yang menjadi agak terhambat, pertama bahwa pemegang sahamnya seperti WIKA cashflownya terganggu karena korona,” tuturnya.

“Karena kita tahu bahwa pembangunan-pembangunan dalam hal ini akhirnya terhambat juga,” imbuh Arya.

Selain itu, ia menyebut juga bahwa Kereta Api Indonesia turut terdampak karena jumlah penumpang yang menurun cukup drastis sehingga tak bisa menyetor dana-nya untuk proyek KCIC sesuai dengan yang dipersiapkan sebelum adanya pandemi.

“Ataupun jasa marga, kita tahu jasa marga juga kita tahu bahwa semua program-program mereka terhambat nih, mereka kapasitas tol kita berapa bulan itu tidak sama dengan sebelumnya. Itu membuat mereka jadi agak terhambat, untuk menyetor dana, demikian juga dengan PTPN,” paparnya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya