Liputan6.com, Jakarta - Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Nicke Widyawati masuk Daftar 100 Perempuan Paling Berpengaruh di Dunia versi Majalah Fortune. Dia berada pada peringkat 17, turun 1 level dari daftar yang sama di 2020.
Tak sendiri ternyata terdapat sejumlah CEO global juga masuk dalam daftar perempuan paling berpengaruh dunia ini.
Baca Juga
Mereka di antaranya adalah CEO Glaxo Smith Kline Emma Walmsley yang berada di peringkat pertama, diikuti CEO Ping An Group Jessica Tan di peringkat kedua.
Advertisement
Kemudian CEO Banco Santander Ana Botin di peringkat ketiga, dan CEO Macquarie Group Ltd Shemara R Wikramanayake di peringkat keempat.
Dikutip dari Fortune, Selasa (12/10/2021) dalam laman terkait Most Powerful Women International, dikatakan bahwa perseroan, di bawah kepemimpinan Nickie mampu melewati tantangan triple shock yaitu jatuhnya harga minyak, penurunan permintaan bahan bakar dan tekanan nilai tukar selama pandemi 2020.
Ketiga faktor tersebut menyebabkan penurunan tajam dalam pendapatan Pertamina (turun 24 persen) dan laba (turun 58,4 persen) tahun lalu.
Namun kondisi itu telah membaik dan Pertamina mencapai target produksi pada paruh pertama tahun 2021. Pertamina juga mengalami kebakaran di dua kilangnya awal 2021 ini.
Di tengah tantangan tersebut, Fortune menyoroti upaya Widyawati dalam mendukung transisi energi Indonesia, dengan membangun portofolio sumber energi terbarukan untuk menggerakkan Indonesia yang lebih bersih di masa depan.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Pada 2020, Nicke Widyawati Berada di Peringkat ke-16 Daftar Perempuan Paling Berpengaruh di Dunia
Ketika berada di peringkat ke-16 dalam daftar Perempuan Paling Berpengaruh di Dunia, Fortune menyoroti upaya Nicke Widyawati mengawasi sebuah perusahaan dengan pendapatan tahunan lebih dari USD 54,6 miliar dan sekitar 32.000 karyawan di seluruh dunia.
Nicke diangkat menjadi Dirut Pertamina pada 2018, setelah pendahulunya diberhentikan di tengah upaya restrukturisasi.
Selain itu, Fortune juga menyoroti penegasan pemerintah Indonesia atas kepercayaan mereka kepada Nicke untuk melakukan transformasi Pertamina menjadi perusahaan induk dengan anak perusahaan publik selama dua tahun ke depan.
COVID-19 telah menghadirkan tantangan; pada bulan April 2020, Pertamina mengurangi target produksi minyak karena permintaan yang lebih rendah dan memotong biaya dan belanja modal, demikian paparan Fortune.
Advertisement