Tarif Pengisian Baterai Mobil Listrik di RI Lebih Murah dari Eropa

Hingga September 2021, Indonesia telah memiliki 187 Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU) di 155 lokasi

oleh Arief Rahman H diperbarui 13 Okt 2021, 14:20 WIB
Diterbitkan 13 Okt 2021, 14:20 WIB
PLN Siapkan Stasiun Pengisian Listrik di 4 Kota
Pemilik mobil listrik mengetap kartu sebelum melakukan pengisian daya listrik di SPLU di Jakarta, Rabu (29/10/2019). PLN secara serentak meresmikan SPKLU yang tersebar di empat kota, yakni Tangerang, Bali Selatan, Jakarta, dan Bandung dengan tarif sekitar Rp 1640/k. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta Hingga September 2021, Indonesia telah memiliki 187 Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU) di 155 lokasi. Direktur Jenderal Ketenagalistrikan Kementerian ESDM, Rida Mulyana mengatakan tarif per KWh yang ditetapkan di Indonesia tergolong lebih murah dibanding negara-negara di Eropa.

Menurut materi paparan Rida dalam Seminar Strategi Penyiapan Sumber Daya Manusia Energi dan Sumber Daya Mineral Dalam Transisi Pengelolaan Energi Bersih Pasca Pandemi Covid-19, tarif pengisian kendaraan listrik sebesar Rp 2.466,78 per KWh.

Ia mengatakan, jika dibandingkan dengan negara di Eropa seperti Norwegia, Belanda, Denmark, Perancis, Swedia, Inggris, hingga Jerman, tarif yang ditentukan tersebut masih tergolong lebih murah.

Perlu diketahui, perbandingan ini dilakukan setelah pengkonversian nilai tarif dengan kurs Rp 14.850 per USD 1.

“Dibandingkan dengan semua ini, kita di bawah, mobil yang sama di Norway, (membutuhkan biaya Rp 7.871 per KWh) biaya charge-nya,” katanya, Rabu (13/10/2021).

Artinya, dengan penggunaan mobil yang sama di negara tersebut, biaya isi ulang daya di Indonesia cukup dengan Rp 2.466,78 per KWh.

Diketahui, ada 13 negara termasuk Indonesia yang jadi perbandingan tarif yang ditampilkan Rida.

Rinciannya, di Norwegia tarif fast charging kendaraan listrik tercatat Rp 7.871, kemudian Belanda berkisar antara Rp 7.128 – Rp 10.692.

Lalu Denmark dengan Rp 7.277, dan disusul Perancis yang berkisar antara Rp 4.307 – Rp 7.574 per KWh. Kemudian Swedia dengan tarif Rp 5.792 dan Inggris berkisar Rp 3.119 – Rp 7.277.

Selanjutnya Jerman dengan kisaran Rp 8.316 – Rp 13.662 per KWh, lalu Swiss dan Estonia kisaran Rp 2.970 – Rp 7.722.

Diikuti Austria dengan kisaran cukup tinggi sekitar Rp 5.792 – Rp 13.365, lalu China dengan kisaran Rp 1.485 – Rp 5.643, kemudian Kanada dengan kisaran Rp 3.119 – Rp 4.158, dan Amerika Serikat yang mematok tarif Rp 4.010 – Rp 10.247.

“Kalau kita lihat memang angka Rp 2.466,78 ini sangat relatif ya,” katanya.

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Dorong Transisi Energi Bersih

2025, Pemerintah Kejar Target 10 Ribu SPKLU
Mobil listrik saat mengisi daya listrik di SPKLU di Kantor PLN Pusat, Jakarta, Senin (9/11/2020). Pemerintah mendorong peningkatan ketersediaan SPKLU hingga 2025 ditargetkan terbangun 3.465 unit SPKLU dan lima tahun kemudian menjadi 7.146 unit SPKLU. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Direktur Jenderal Ketenagalistrikan Kementerian ESDM, Rida Mulyana menyebut Indonesia telah memiliki 187 unit Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU)di 155 titik lokasi per September 2021.

Sementara itu, ia juga mengatakan telah ada 153 unit Stasiun Penukaran Baterai Kendaraan Listrik Umum (SPBKLU) di 86 lokasi yang tersedia di wilayah DKI Jakarta dan Tangerang. Pada SPBKLU, Rida menyebut saat ini dikhususkan untuk kebutuhan roda dua dan roda tiga.

“ini yang biasanya membuat bingung orang-orang yang ingin membeli kendaraan listrik karena kesediaan stasiun pengisiannya,” katanya dalam Seminar Strategi Penyiapan Sumber Daya Manusia Energi dan Sumber Daya Mineral Dalam Transisi Pengelolaan Energi Bersih Pasca Pandemi Covid 19, Rabu (13/10/2021).

Ia menyebutkan keberadaan SPKLU ini jadi bagian dalam mendorong hadirnya kendaraan listrik (electric vehicle/EV) di Indonesia. Dengan hadirnya kendaraan listrik tersebut, ia menyebut, juga memiliki pengaruh terhadap proses transisi energi bersih yang sedang dijalankan.

“EV ini jadi bagian kegiatan bagaimana kita akselerasi transisi energi itu semua program yang sudah kita rancang dan kegiatan yang sudah dijalankan,” katanya.

Dengan demikian, ketergantungan terhadap energi fosil kedepannya bisa berangsur dikurangi dengan begitu juga tingkat emisinya juga bisa direduksi atau dikurangi.

“Jadi kenapa kemudian EV salah satunya adalah fasilitas penunjang itu juga penting terlebih didalamnya bahwa semuanya ini memerlukan SDM yang andal,” katanya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya