Puluhan Orang Kaya Inggris Kirim Surat Rela Dipajaki Demi Tolong Ekonomi Pulih

Isi surat yang dikirimkan sekitar 30 orang terkaya di Inggris tersebut meminta pemerinah mengenakan pajak kekayaan kepada mereka.

oleh Liputan6.com diperbarui 27 Okt 2021, 21:00 WIB
Diterbitkan 27 Okt 2021, 21:00 WIB
Ilustrasi miliarder (iStock)
Ilustrasi miliarder (iStock)

Liputan6.com, Jakarta Sekelompok jutawan atau orang terkaya di Inggris memberikan surat terbuka kepada Menteri Keuangan Rishi Sunak.

Uniknya isi surat yang dikirimkan sekitar 30 orang tersebut meminta pemerinah mengenakan pajak kekayaan untuk orang-orang terkaya di negara itu. Tujuannya membantu pemulihan ekonomi dari krisis pandemi COVID-19 dan mengatasi ketimpangan ekonomi.

Mereka memahami ada tekanan besar yang dialami Departemen Keuangan untuk menangani krisis yang terjadi, sebagai akibat adanya ketimpangan, COVID-19, dan perubahan iklim.

Oleh karena itu, para jutawan menganggap golongan yang memiliki uang seperti mereka bisa memberikan kontribusi yang lebih banyak.

“Kami bangga membayar pajak untuk mengurangi ketimpangan, mendukung kepedulian sosial yang lebih kuat, mendukung National Health Service (NHS), dan memastikan bahwa kami membangun masyarakat yang lebih adil dan menjadi bagian dari green society,” tulis para jutawan di surat tersebut, melansir dari The Guardian, Rabu (27/10/2021).

Jutawan yang berasal dari berbagai industri dan latar belakang ini menginginkan agar Sunak mengatasi keimpangan ekonomi dari sistem pajak yang saat ini menempatkan beban yang sangat tidak setara kepada pekerja.

Diketahui kontribusi yang harus diberikan masyarakat sebesar 1,25 persen dari pendapatan untuk asuransi nasional akan memukul pihak-pihak yang bekerja keras. Jadi, pajak yang dikenakan untuk orang terkaya harus ditingkatkan.

Kelompok itu meminta pemerintah melihat kembali semua kebijakan yang memprioritaskan pajak kekayaan, mulai dari pemerataan keuntungan modal dengan pajak penghasilan, peninjauan pajak properti, hingga pajak kekayaan bersih.

“Biaya untuk pemulihan ekonomi tidak bisa dibebankan pada kaum muda atau mereka yang berpenghasilan rendah. Ada banyak dari kita, orang yang memiliki kekayaan, akan mendukung sistem perpajakan yang lebih progresif,” ungkap para jutawan.

Berdasarkan penelitian dari Greenwich University, pajak yang dikenakan kepada seseorang dengan kekayaan lebih dari GBP 3,6 juta (Rp 70,3 miliar) mampu menghasilkan setidaknya GBP 70 miliar (Rp 1.367 triliun) dalam setahun.

Aturan pajak tersebut mulai diperkenalkan di Argentina, Bolivia, dan Maroko untuk membantu pemulihan ekonomi. Sekitar 500 ribu orang di Norwegia membayar 0,85 persen atas aset miliknya yang bernilai di atas GBP 125 ribu (Rp 2,4 miliar).

Namun, penerapan pajak sedemikian rupa menjadi ketakutan terbesar kedua orang kaya di UK setelah COVID-19. Diketahui Perdana Menteri UK Boris Johnson dan Sunak telah menolak saran ini.

Kekayaan Miliarder UK Bertambah

Pajak
Ilustrasi Foto Pajak (iStockphoto)

Rencana kenaikan asuransi nasional dan taktik penghindaran pajak para elit global yang terungkap dalam Pandora Papers menunjukkan orang-orang kaya sangat diuntungkan dari sistem pajak.

Krisis ekonomi dialami oleh sejumlah keluarga miskin di UK. Sebaliknya, kekayaan miliarder di UK justru meningkat sebesar 22 persen menjadi GBP 597 miliar (Rp 11.673 triliun) sejak dimulainya pandemi COVID-19.

Salah satu jutawan bernama Gary Stevenson berpendapat, “Daripada meningkatkan biaya asuransi nasional dan mengambil GBP 1 ribu (Rp 19,5 juta) selama setahun dari sebuah keluarga, seharusnya menteri yang merupakan multijutawan harus membebani dirinya sendiri dan orang-orang seperti saya.”

Ia menambahkan, “Pemulihan tidak bisa stabil apabila beban fiskal diberikan kepada pekerja yang berkaitan dengan perawatan, pembersih jalan, dan guru, sedangkan orang kaya tidak dipungut pajak.”

Lalu, pengusaha teknologi Gemma McGough menegaskan apabila orang yang bekerja dengan keras dikenakan pajak dan orang kaya terbebas dari pajak, negara akan menderita.

Reporter: Shania

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya