Ekonomi AS Mulai Pulih, The Fed Jalankan Program Tapering

Bank sentral AS atau The Fed akan mengurangi program pembelian obligasi atau tapering.

oleh Natasha Khairunisa Amani diperbarui 04 Nov 2021, 13:10 WIB
Diterbitkan 04 Nov 2021, 13:10 WIB
The Fed
The Fed (www.n-tv.de)

Liputan6.com, Jakarta - Bank Sentral AS atau The Federal Reserve (The Fed) akan mulai menarik dana miliaran dolar AS yang telah disebar atau disuntikkan ke dalam perekonomian selama pandemi Covid-19 atau tapering. Sejak awal krisis akibat Covid-19, The Fed telah membeli obligasi senilai USD 120 miliar setiap bulan untuk membantu menjaga biaya pinjaman tetap rendah.

Gubernur Bank Sentral AS Jerome Powell menjelaskan, The Fed memperkirakan pertumbuhan ekonomi AS akan menguat selama sisa tahun ini, seperti dikutip dari BBC, Kamis (4/11/2021). Namun dia mengatakan otoritas moneter di AS tersebut masih harus bersabar untuk menaikkan suku bunga.

Pembelian oleh The Fed atas treasuries (surat utang) dan sekuritas yang didukung hipotek akan dikurangi sebesar USD 15 miliar bulan ini, kata Powell setelah pertemuan dengan komite yang menetapkan kebijakan The Fed.

Ekonomi AS telah pulih kembali karena peluncuran vaksin memungkinkan pertokoan, restoran, sekolah, dan tempat kerja dibuka kembali.

Tetapi masalah rantai pasokan dan kekurangan pekerja membuat sejumlah bisnis di sana berjuang untuk memenuhi permintaan yang meningkat, dan harga telah naik pada tingkat tertinggi dalam tiga puluh tahun.

Powell mengakui ada "kenaikan harga yang cukup besar di beberapa sektor" dengan inflasi sebesar 4,4 persen pada bulan September, "jauh di atas" target 2 persen The Fed.

Namun Powell mengulangi pandangannya bahwa kenaikan harga bersifat sementara. Ia memperkirakan inflasi yang lebih tinggi akan bertahan "sampai tahun depan", dan bakal menurun pada kuartal kedua atau ketiga.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Dorongan Untuk Menjaga Inflasi Terkendali?

FOTO: Kasus Corona di Amerika Serikat Tembus 1 Juta
Patung The Fearless Girl yang dipasangi masker terlihat di depan Bursa Efek New York selama pandemi COVID-19 di New York, Amerika Serikat, Senin (27/4/2020). Menurut Center for Systems Science and Engineering di Universitas Johns Hopkins, kasus COVID-19 di AS melampaui 1 juta. (Xinhua/Michael Nagle)

Richard Flynn, Managing Director di Charles Schwab, mengatakan perubahan nada dari Federal Reserve akan meyakinkan pasar bahwa mereka akan menjaga inflasi tetap terkendali.

"The Fed akan berharap bahwa penghentian program stimulusnya akan menekan permintaan, mendorong pasokan untuk dikejar," ujar Flynn.

Namun dia mengatakan baik pengurangan stimulus atau menaikkan suku bunga kemungkinan tidak akan mengurangi hambatan rantai pasokan.

"Kemacetan rantai pasokan tidak berada dalam kendali The Fed, dan inflasi tidak sepenuhnya berada dalam kendali mereka," kata Seema Shah, kepala strategi global di Principal Global Investors.

"Namun, inflasi akan meningkat lebih lama, ekspektasi inflasi merayap lebih tinggi, dan defisit lapangan kerja turun ke pasokan tenaga kerja - bukan permintaan tenaga kerja - dan ada batasan untuk apa yang dapat dicapai The Fed secara realistis dengan mempertahankan suku bunga kebijakan tidak berubah selama itu," jelasnya,

Pasar keuangan tetap fokus pada pertanyaan kapan suku bunga akan naik, tambah Shah.

Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) yang menetapkan kebijakan moneter mengatakan pihaknya memperkirakan akan terus menyesuaikan dukungan yang diberikan ke pasar obligasi pada tingkat yang sama setiap bulan, menunjukkan akan menarik dukungan sepenuhnya pada Juni 2022.

Setiap kenaikan suku bunga tidak akan terjadi sampai setelah pengurangan dukungan selesai, kata Powell.

Namun dia mengatakan jadwal untuk mengurangi dukungan akan menyesuaikan dengan keadaan ekonomi.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya