Harga Mobil Listrik Lebih Mahal 40 Persen, Tapi Ramah Lingkungan

Pemerintah Indonesia mendorong produksi dan penggunaan mobil listrik dalam rangka mengurangi emisi karbon.

oleh Liputan6.com diperbarui 18 Nov 2021, 13:30 WIB
Diterbitkan 18 Nov 2021, 13:30 WIB
Mobil listrik
Mobil listrik MG ZS EV yang dipamerkan pada ajang pameran Gaikindo Indonesia International Auto Show (GIIAS) 2021 di ICE BSD, Tangerang, Banten, Senin (15/11/2021). Para produsen otomotif berlomba menampilkan ragam mobil listrik untuk disajikan kepada para pelanggan. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah Indonesia mendorong produksi dan penggunaan mobil listrik dalam rangka mengurangi emisi karbon. Namun, tak dapat dipungkiri, harga mobil listrik berbasi EV memiliki harga jual yang lebih tinggi 30 persen dari harga mobil konvensional.

"Memang kita ketahui segi harga mobil listrik lebih tinggi 30 persen-40 persen dibandingkan mobil combustion engine," kata Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto dalam diskusi Kompas CEO Forum 2021 di JCC, Jakarta Pusat, Kamis (18/11).

Namun, kata Airlangga, Presiden Joko Widodo baru-baru ini menyatakan terpenting saat ini kendaraan harus bisa ramah terhadap lingkungan. Artinya pemerintah masih memberikan kesempatan untuk para produsen otomotif untuk menggunakan teknologi yang ada asalkan rendah emisi.

"Kemarin Presiden sudah meninjau GIIAS, yang penting ujungnya ramah lingkungan atau emisi rendah," kata dia.

Saat ini pemerintah sudah mulai menurunkan emisi dari penggunaan diesel dengan bahan bakar B30. Penggunaan ini dinilai berdampak pada keberlanjutan lingkungan.

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Pupuk Urea untuk Turunkan Emisi Kendaraan

Ilustrasi pupuk
Ilustrasi pupuk/Image by Free-Photos from Pixabay

Dalam waktu yang bersamaan pun tengah dikembangkan teknologi penurunan yang lebih sederhana menggunakan urea surfur untuk mengubah nox menjadi air.

"Yang saat ini dikembangkan, mobil diberikan catality converter euro 4 dan teknologi lebih sederhana dilakukan di negara di korea dengan disuntik di exhouse dengan UREA surfur, jadi NOX ditangkap yang keluar air," jelas Airlangga.

Dia menambahkan penggunaan pupuk urea bisa digunakan untuk semua teknologi sektor otomotif. Bahkan pemerintah juga telah menyiapkan regulasi penggunaan pupuk sebagai penurun emisi.

"Pabrik pupuk sudah dapat dan sudah siapkan regulasi yang sama," kata dia.

Airlangga melanjutkan, dalam hal teknologi semua terus berkembang dan tidak bergerak statis. Demi transisi energi pun tidak berhenti pada rencana penggunaan kendaraan berbasis listrik EV, melainkan sudah berinovasi dengan hydro gen energi.

"Jadi hydro gen ini ada yang sifatnya blue dan green, kalau blue dihasilkan dari hydro, kalau green melalui gas," kata dia.

Reporter: Anisyah Al Faqir

Sumber: Merdeka.com

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya