Liputan6.com, Jakarta - Pertamina NRE dan RusHydro menandatangani nota kesepahaman pengembangan pembangkit listrik tenaga air (PLTA) di Indonesia. Kerja sama strategis ini berpotensi mengoptimalkan pemanfaatan potensi energi air yang cukup besar di Indonesia.
Penandatanganan dilakukan secara virtual oleh Chief Executive Officer Pertamina NRE Dannif Danusaputro dan Deputy Director General project Engineering, Sustainable Development and International Cooperation RusHydro Sergey Machekhin.
“Kerja sama ini untuk mempercepat pengembangan EBT di Indonesia, khususnya PLTA. Harapannya dapat mendukung percepatan pencapaian target Bauran Energi Nasional di mana EBT mencapai 23 persen pada tahun 2025,” ujar Dannif dalam keterangan tertulis, Jumat (31/12/2021).
Advertisement
Kerja sama strategis ini tidak saja mencakup pengembangan PLTA melainkan juga potensi energi baru dan terbarukan (EBT) lainnya.
Pada area pengembangan PLTA dan proyek infrastruktur sumber daya air, kerja sama meliputi pengembangan strategi pemanfaatan sumber daya air di Indonesia yang memiliki nilai ekonomis, termasuk mengidentifikasi lokasi serta joint study, dan penjajakan terhadap offtaker.
Sedangkan pada potensi EBT lainnya, kerja sama meliputi optimasi pembangkit listrik eksisting, transfer teknologi, pengembangan teknologi inovasi pada proyek-proyek EBT, serta percepatan peningkatan kapasitas dan kompetensi sumber daya manusia.
Baca Juga
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Target 2030
Potensi EBT di Indonesia sangat besar, termasuk potensi energi hidro (air). Dalam peta jalan pengembangan pembangkit EBT yang tercantum dalam Rencana Umum Pembangkit Listrik (RUPTL) 2021 – 2030, penambahan per tahun kapasitas terpasang PLTA terbesar ada di tahun 2025, yaitu sebesar 2.478 MW.
Pada 2030, ditargetkan total penambahan kapasitas terpasangnya mencapai 9.272 MW. Sedangkan wilayah dengan target kapasitas terpasang PLTA terbesar di dalam peta jalan tersebut adalah Jawa, Madura, dan Bali, dengan total kapasitas pada tahun 2030 mencapai sekitar 3.900 MW.
RusHydro adalah perusahaan pembangkit listrik terbesar di Rusia dengan kapasitas terpasang saat ini sebesar 38 GW. Meskipun fokus pada PLTA, RusHydro juga mengoperasikan beberapa pembangkit listrik panas bumi dan pumped storage hydropower plant di Rusia.
Perusahaan yang 61,7 persen sahamnya dipegang oleh pemerintah Rusia ini memiliki fokus pada penyediaan listrik berbasis energi bersih di mana saat ini memiliki porsi sebesar 81,5 persen dalam portofolio pembangkitnya.
Advertisement