Liputan6.com, Jakarta - Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Margo Yuwono mengungkapkan bahwa pemerintah perlu mewaspadai kenaikan angka inflasi. Alasannya, kenaikan angka inflasi ini bisa memberikan beban kepada masyarakat terutama menengah ke bawah.
Margo menjelaskan, kenaikan angka inflasi bisa disamakan dengan kenaikan harga barang-barang. Kenaikan harga ini jika tidak diikuti dengan kenaikan pendapatan maka akan memberikan beban ke masyarakat.
"Yang mengkhawatirkan itu kalau pendapatan masyarakat tetap tapi inflasi naik tinggi," ungkap Margo dalam konferensi pers di Gedung BPS, Jakarta Pusat, Senin (17/1/2022).
Advertisement
Kenaikan inflasi tidak selalu serta merta berdampak pada peningkatan angka kemiskinan. Bila kenaikan inflasi diiringi pendapatan masyarakat yang meningkat, maka pengaruhnya tidak berdampak pada angka kemiskinan.
"Kalau pendapatan masyarakat kenaikannya lebih tinggi dari harga barang umum, bisa dikatakan inflasi tidak berpengaruh ke kemiskinan," kata dia.
Namun, kondisi sebaliknya bisa menyebabkan angka kemiskinan meningkat. Jika inflasi meningkat namun pendapatan masyarakat tidak berubah.
"Ini akan berpengaruh pada angka kemiskinan," kata dia.
Baca Juga
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Tren Inflasi
Kuncinya, kata Margo, peningkatan pendapatan masyarakat dan inflasi yang tidak naik tidak akan berdampak pada kenaikan angka kemiskinan.
Sebagai informasi, sepanjang tahun 2021, tren inflasi terus mengalami peningkatan. Dalam tiga bulan terakhir misalnya, tren kenaikan inflasi terus meningkat yakni 1,66 persen pada Oktober, 1,75 persen pada November dan 1,87 persen pada Desember.
Peningkatan inflasi tersebut bisa menyebabkan daya beli masyarakat melemah. Sebab harga-harga barang mengalami peningkatan. Sementara di sisi lain bagi sebagian orang, pendapatan mereka belum mengalami peningkatan atau perbaikan.
Reporter: Anisyah Al Faqir
Sumber: Merdeka.com
Advertisement