Harga Emas Cetak Penurunan Terburuk sejak November 2021

Harga emas terus mengalami tekanan usai Bank Sentral AS menegaskan kembali rencana untuk mengakhiri pembelian obligasi.

oleh Arief Rahman H diperbarui 29 Jan 2022, 21:34 WIB
Diterbitkan 29 Jan 2022, 07:00 WIB
20151109-Ilustrasi-Logam-Mulia
Ilustrasi Logam Mulia. Harga emas berjangka AS turun 0,7 persen menjadi USD 1.783,10 per ounce. (iStockphoto)

Liputan6.com, Jakarta - Harga emas memperpanjang penurunan pada perdagangan Jumat dan mencetak penurunan mingguan terburuk sejak akhir November. Pendorong penurunan harga emas karena meningkatnya ekspektasi kenaikan suku bunga AS mendorong nilai tukar dolar AS ke level tertinggi dalam beberapa bulan.

Mengutip CNBC, Sabtu (29/1/2022), harga emas di pasar spot turun 0,7 persen menjadi USD 1.784,40 per ounce pada pukul 15.48 GMT. Ini mencapai level terendah dalam enam minggu dan menuju penurunan mingguan sekitar 2,6 persen.

Sedangkan harga emas berjangka AS turun 0,7 persen menjadi USD 1.783,10 per ounce.

Harga emas terus mengalami tekanan usai Bank Sentral AS atau the Federal Reserve (the Fed) menegaskan kembali rencana untuk mengakhiri pembelian obligasi di era pandemi dan mengisyaratkan kenaikan suku bunga pada Maret 2022.

“Lingkungan pasar saat ini sangat merugikan emas. Investor sepenuhnya menilai kembali ekspektasi the Fed," kata analis senior OANDA, Edward Moya.

"Masih terlihat ada beberapa momentum penutunan harga emas, tetapi kami semakin bahwa ini semakin depat ke titik terendah karena telah menembus USD 1.800 per ounce," tambah dia.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Ekspektasi Kenaikan Suku Bunga

20151109-Ilustrasi-Logam-Mulia
Ilustrasi Logam Mulia (iStockphoto)

Kenaikan suku bunga meningkatkan biaya saat memegang emas batangan yang tidak memberikan imbal hasil.

Selain itu, ekspektasi kenaikan suku bunga membuat dolar AS berada di jalur untuk kenaikan mingguan terbesar dalam tujuh bulan, membuat emas lebih mahal bagi pembeli yang bertransaksi menggunakan mata uang selain dolar AS.

Namun, analis Saxo Bank Ole Hansen dalam sebuah catatan menuliskan bahwa kredensial emas sebagai lindung nilai inflasi kemungkinan akan menarik perhatian baru dengan meningkatnya volatilitas pasar saham di tengah penyesuaian pasar dengan lingkungan suku bunga yang meningkat.

Juga kemungkinan membatasi penurunan harga emas batangan adalah perkiraan the World Gold Council bahwa permintaan untuk perhiasan, batangan kecil dan koin akan tetap kuat pada 2022.

Hal ini menjadi harapan bank sentral untuk terus membeli emas tetapi pada kecepatan yang lebih lambat.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya