Perajin Tahu Tempe Butuh 3 Juta Ton Kedelai Setahun

Ketua Gabungan Koperasi Produsen Tempe Tahu Indonesia (Gakoptindo) Aip Syarifuddin, menyatakan membutuhkan kepastian pasokan kedelai

oleh Tira Santia diperbarui 11 Feb 2022, 19:45 WIB
Diterbitkan 11 Feb 2022, 19:45 WIB
FOTO: Perajin Tempe di Tengah Lonjakan Harga Kedelai
Perajin memproduksi tempe di industri rumahan kawasan Sunter Jaya, Tanjung Priok, Jakarta, Kamis (13/1/2022). Sistem Pemantauan Pasar dan Kebutuhan Pokok Kementerian Perdagangan mencatat harga kedelai impor mengalami kenaikan 0,8 persen. (merdeka.com/Iqbal S. Nugroho)

Liputan6.com, Jakarta Ketua Gabungan Koperasi Produsen Tempe Tahu Indonesia (Gakoptindo) Aip Syarifuddin, menyatakan, perajin tahu tempe nasional setidaknya dalam tahun membutuhkan 3 juta ton lebih pasokan kedelai.

“Kondisi saat ini kedelai kami butuh satu tahun, lebih kurang 3 juta ton. Dari 3 juta ton itu 80 persen lebih impor, produksi lokal hanya 10 persen lebih,” kata Aip dalam konferensi pers bersama Kementerian Perdagangan tentang kedelai, Jumat (11/2/2022).

Oleh karena itu, Gakoptindo mengusulkan kepada Pemerintah, dan sudah direspon baik Menteri Pertanian. Beliau akan meningkatkan  produksi kedelai lokal itu minimal paling tidak sebesar 30 persen.

“Sebagai informasi bagi masyarakat, kami membuat tahu kita lebih cocok menggunakan kedelai lokal. Sedangkan membuat tempe lebih cocok kedelai impor,” ujarnya.

Sementara itu, untuk produksi tahu dibutuhkan sebanyak 1 juta ton kedelai dalam setahun dan tempe dibutuhkan 2 juta ton kedelai per tahun.

Dia menegaskan, kedelai lokal itu tinggi protein dan non-GMO (Genetically Modified Organism), kualitasnya bagus, gizi, serta kandungan kalorinya lebih tinggi dibanding kedelai impor.

“Itu dibuktikan dengan berbagai laboratorium sucofindo, ITB dan dan lain-lain,” imbuhnya.

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.


Pasokan Aman

Produksi Tempe Kembali Menggeliat
Perajin menunjukkan rendaman biji kedelai yang akan diolahnya menjadi tempe di kawasan Sunter, Jakarta, Senin (4/1/2021). Perajin tempe setempat berupaya mengurangi kerugian akibat melonjaknya harga kedelai impor dengan memperkecil ukuran tempe dan menaikan harga jual. (merdeka.com/Iqbal S. Nugroho)

Disisi lain, Gakoptindo berterimakasih kepada importir karena pasokan bahan baku kedelai selalu ada. Sebab, jika pasokan kedelai tidak ada. Maka mereka terpaksa berhenti berproduksi tahu dan tempe.

“Anggota kami hampir 5 juta, anggota kami pengrajin tempe tahu tidak bisa produksi lagi kalau kedelainya tidak ada, karena tidak ada bahan lain untuk membuat tahu tempe, kecuali kedelai,” ungkapnya.

Dalam kesempatan yang sama, Direktur Asosiasi Kedelai Indonesia (Akindo) Hidayatullah Suralaga,  berkomitmen untuk menjaga harga kedelai di tingkat importir sebesar Rp10.500 – 11.500/kg pada Februari 2022 dan akan ditinjau kembali setiap akhir bulan berdasarkan perkembangan harga kedelai dunia.

“Jadi kami siap memasok kedelai yang dibutuhkan perajin tempe tahu. Soal harga, memang harga kedelai dunia berfluktuasi naik turun yang barangkali tidak bisa kami prediksi, dari kami nanti akan menyesuaikan saja dengan perkembangan harga kedelai dunia," pungkas Hidayatullah.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya