Rusia Ganyang Ukraina, Indonesia Diminta Jadi Penengah lewat Presidensi G20

Ketegangan yang terjadi di Ukraina hari ini kian memanas setelah pasukan Rusia menyerang wilayah Ukraina

oleh Liputan6.com diperbarui 25 Feb 2022, 22:38 WIB
Diterbitkan 24 Feb 2022, 17:15 WIB
FOTO: Persiapan Pasukan AS Sebelum Ditempatkan ke Polandia
Anggota Divisi Lintas Udara ke-82 Angkatan Darat AS berjalan di landasan Lapangan Paus menjelang penempatan ke Polandia dari Fort Bragg, AS, 14 Februari 2022. Mereka termasuk di antara tentara AS yang dikirim untuk NATO karena khawatir Rusia akan menyerang Ukraina. (AP Photo/Nathan Posner)

Liputan6.com, Jakarta Ketegangan yang terjadi di Ukraina hari ini kian memanas setelah pasukan Rusia menyerang wilayah Ukraina. Konflik Rusia dan Amerika Serikat yang telah terjadi lama ini membuat gejolak di tingkat global.

Ekonom Bhima Yudhistira menilai Indonesia bisa menjadi penengah antar Rusia dan Ukraina. Apalagi saat ini Indonesia tengah memimpin forum global Presidensi G20.

"Pemerintah harus bisa melakukan intervensi dengan mengajak Rusia dan Amerika Serikat duduk bersama dalam forum G20," kata Bhima saat dihubungi merdeka.com, Jakarta, Kamis (24/2/2022).

Bhima menyebut, Indonesia bisa menjadi penengah karena secara tidak punya kepentingan secara langsung dengan konflik yang terjadi di Ukraina. Bila negara bisa mendudukan keduanya dan menghasilkan kesepakatan damai, Indonesia akan dianggap sukses dalam kepemimpinannya di Presidensi G20.

"Kalau itu bisa dilakukan, Indonesia akan dianggap sukses dalam Presidensi G20," kata dia.

 

Peluang Investasi

Bangunan di Berlin dan Paris Diterangi Warna Bendera Ukraina
Orang-orang melihat Gerbang Brandenburg yang diterangi dengan warna bendera Ukraina di Berlin, Jerman, Rabu (23/2/2022). Salah satu bangunan ikonik itu diterangi warna bendera nasional Ukraina, biru dan kuning untuk menunjukkan solidaritas selama ketegangan dengan Rusia. (AP Photo/Markus Schreiber)

Di sisi lain, Indonesia juga bisa memanfaatkan kondisi konflik ini dengan menarik potensi investasi. Konflik tersebut sudah pasti membuat pengusaha di Ukraina atau Rusia melakukan relokasi pabrik-pabriknya.

"Menarik potensi investasi dari negara konflik ke Indonesia seperti relokasi pabrik besi dan baja dan beberapa pabrik elektronik atau otomotif atau spare part," kata dia.

Sehingga peluang ini harus juga dimanfaatkan Indonesia agar investor pindah ke tanah air. Tak lupa, pemerintah harus menyiapkan berbagai insentif yang menarik bagi investor.

Sebelumnya, Presiden Rusia Vladimir Putin memperingatkan agar negara lain tak ikut campur atas serangan Ukraina. Serangan dilancarkan Rusia dianggap sebagai wujud perlindungan, karena banyak orang yang tersiksa bertahun-tahun di bawah rezim Kyiv. Atas dasar itu, Putin merasa Rusia perlu lancarkan serangan

"Saya memutuskan untuk melakukan operasi militer khusus. Tujuannya adalah perlindungan orang-orang yang selama delapan tahun, menderita pelecehan dan genosida dari rezim Kyiv," kata Putin.

Reporter: Anisyah Al Faqir

Sumber: Merdeka.com

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya