Bank Ini Pilih Setop Beri Pinjaman dan Berbisnis dengan Rusia, Negara yang Ikut Mendirikannya

Rusia adalah salah satu anggota pendiri AIIB dan memegang sekitar 6 persen suara di bank tersebut.

oleh Natasha Khairunisa Amani diperbarui 04 Mar 2022, 13:30 WIB
Diterbitkan 04 Mar 2022, 13:30 WIB
Perang Rusia Ukraina
Prajurit Ukraina berjalan saat api dan asap membubung di atas sebuah bangunan setelah penembakan di Kiev, Ukraina. (AP Photo/Efrem Lukatsky)

Liputan6.com, Jakarta - Bank multilateral yang didukung China, Asian Infrastructure Investment Bank ( AIIB) mengatakan akan menangguhkan bisnis dan pinjaman yang terkait dengan Rusia dan Belarusia, yang telah terkena sanksi internasional besar-besaran atas invasi di Ukraina.

"Demi kepentingan terbaik bank, manajemen telah memutuskan bahwa semua kegiatan yang berkaitan dengan Rusia dan Belarusia ditangguhkan dan sedang ditinjau," demikian pernyataan  AIIB, dikutip dari laman Channel News Asia, Jumat (4/3/2022).

"AIIB siap untuk memberikan pembiayaan secara fleksibel dan cepat dan mendukung anggota yang terkena dampak buruk perang," kata bank tersebut, tanpa memberikan rincian lebih lanjut.

AIIB menambahkan bahwa pihaknya secara aktif sedang memantau situasi di Ukraina, dan manajemen akan melakukan "yang terbaik untuk menjaga integritas keuangan AIIB".

Sebagai informasi, AIIB dibentuk dengan gagasan Presiden China Xi Jinping dan diluncurkan pada 2016 untuk mengurangi dominasi negara Barat atas Bank Dunia dan Dana Moneter Internasional.

Rusia adalah salah satu anggota pendiri AIIB dan memegang sekitar 6 persen suara dalam operasinya. Negara tersebut juga memiliki kursi di dewan direksi bank.

Sementara sebagian besar negara Barat telah bereaksi terhadap invasi Rusia di Ukraina dengan serangkaian sanksi, China, yang memiliki hubungan dekat dengan Kremlin, terlihat lebih hati-hati dalam menanggapi invasi. 

New Development Bank yang berbasis di Shanghai, yang didirikan sekitar waktu yang sama dan untuk alasan yang sama dengan AIIB, juga mengatakan telah "menangguhkan transaksi baru di Rusia".

 

 


Elit dan Miliarder Rusia Kena Sanksi Lagi dari AS

Ilustrasi Miliarder
Ilustrasi Miliarder (pixabay.com)

Amerika Serikat mengumumkan sanksi baru terhadap miliarder Rusia dan anggota keluarga mereka yang mendukung Presiden Vladimir Putin - terkait invasi di Ukraina.

Dikutip dari CNBC International, Jumat (4/3/2022), sanksi Rusia baru ini termasuk pemblokiran penuh pada delapan elit dan pembatasan visa pada 19 oligarki Rusia, 47 anggota keluarga dan rekan dekat mereka.

Salah satu elit yang dijatuhkan sanksi oleh AS adalah sekretaris pers Putin, yakni Dmitry Peskov, yang sebelumnya telah menghadapi sanksi dari Uni Eropa.

"Orang-orang ini dan anggota keluarga mereka akan terputus dari sistem keuangan AS, aset mereka di Amerika Serikat akan dibekukan dan properti mereka akan diblokir dari penggunaan," kata Gedung Putih dalam sebuah keterangan terkait sanksi tersebut.

Sekretaris pers Gedung Putih Jen Psaki mengatakan, AS yakin bahwa langkah-langkah sanksi merupakan pendekatan yang efektif dalam menekan Rusia atas invasi di Ukraina.

Tak lama setelah sanksi baru oleh AS, Inggris kemudian mengeluarkan sanksi ekonomi terhadap dua oligarki Rusia yakni Alisher Usmanov dan Igor Shuvalov, yang diketahui memiliki kekayaan gabungan sebesar USD 19 miliar.

"Dalam koordinasi dengan AS dan sekutu lainnya, tindakan ini merupakan sanksi keuangan terbesar dalam sejarah, kata Menteri Luar Negeri Inggris Liz Truss.

Lanjutkan Membaca ↓

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya