3 Kombinasi yang Bikin Investasi Bodong Marak, Termasuk Pamer Kekayaan

Investasi bodong atau ilegal tengah menjadi perhatian lagi masyarakat. Pasalnya, kasus ini menyeret nama-nama crazy rich yang kerap menampilkan kekayaan.

oleh Arief Rahman H diperbarui 08 Mar 2022, 06:00 WIB
Diterbitkan 08 Mar 2022, 06:00 WIB
(Foto: Ilustrasi investasi saham. Dok Unsplash/Austin Distel)
(Foto: Ilustrasi investasi saham. Dok Unsplash/Austin Distel)

Liputan6.com, Jakarta - Investasi bodong atau ilegal tengah menjadi perhatian lagi masyarakat. Pasalnya, kasus ini menyeret nama-nama crazy rich yang kerap menampilkan kekayaan.

Ekonom dari Institute for Development of Economic and Finance (Indef) Nailul Huda menilai, maraknya investasi bodong ini akibat beberapa hal. Diantaranya, kurang sigapnya pemerintah dalam merespons dugaan investasi bodong, mudahnya influencer mempengaruhi masyarakat, dan minimnya literasi keuangan masyarakat.

Itu disebut Huda sebagai musabab dari banyaknya kasus penipuan investasi.ilegal yang menjerat masyarakat. Ia juga menjabarkan faktor-faktor yang disebutkannya barusan.

“Jadi sangat komplit sekali, dari sisi masyarakatnya pengetahuan finansial dan digital relatif rendah, influencer dengan mudah “mempengaruhi masyarakat”, ditambah pemerintah kurang sigap. Ya maka suburlah penipuan investasi di Indonesia,” tutur Huda saat dihubungi Liputan6.com, Selasa (8/3/2022).

Huda menjelaskan dari sisi teknologi yang sudah menyebar namun tak dibarengi literasi keuangan masyarakat ini banyak mengundang korban. Alasannya, kemudahan akses yang didapati oleh masyarakat.

“Kemudian teknologi masuk yang dimanfaatkan oleh para penipu ini untuk menyebarkan lagi model2 investasi bodong ke masyarakat yang saat ini terbuai dengan kemudahan teknologi. Masyarakat saat ini dengan mudahnya bisa investasi melalui handphone atau device lainnya,” katanya.

Di sisi lain, Huda menilai tingkat literasi keuangan dan literasi digital masyarakat sangatlah buruk. Literasi keuangan di Indonesia masih jauh lebih rendah dibandingkan negara-negara tetangga.

“Pengetahuam finansial masyarakat Indonesia relatif rendah. Masyarakat tidak mengetahui apa manfaat dan risiko yang sebenarnya dari produk keuangan selain dari menabung,” katanya.

Selain itu, terkait risiko investasi, masyarakat tak banyak yang mengetahui secara detail. Kemudian literasi digital juga relatif rendah dimana masyarakat tidak bisa memilah dan memilih sumber informasi di internet.

“Akhirnya tahu bahwa influencer A bisa kaya raya karena investasi X, maka masyarakat banyak yang ikut tanpa mempertimbangkan risikonya,” katanya.

Sementara itu, faktor lainnya, dari sisi pemerintah juga ia menilai belum menemukan cara yang tepat untuk mencegah masyarakat mengakses platform ataupun situs investasi yang diduga melakukan scam atau fraud.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Sejak Lama

Ilustrasi investasi (Foto: Unsplash/Mayofi)
Ilustrasi investasi (Foto: Unsplash/Mayofi)

Lebih lanjut, Huda menyampaikan investasi bodong seperti yang sedang marak saat ini telah terjadi sejak lama. Ia pun melihat modus yang digunakan hampir sama dengan kasus-kasus sebelumnya.

“Seperti uang investor yang tidak dibelanjakan ke sektor riil ataupun skema ponzi,” katanya.

Ia menemukan satu titik tengahnya, yakni penawaran imbal hasil investasi yang relatif lebih tinggi dari keuntungan secara wajar.

“Benang merah lainnya adalah keuntungan yang dijanjikan juga relatif serupa dimana selalu tidak masuk akal. Bahkan beberapa investasi bodong menjanjikan ada keuntungan hingga 70 persen per bulan. Jadi sangat tidak masuk akal,” tuturnya.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya