Liputan6.com, Jakarta - Bank investasi multinasional Amerika Serikat, Morgan Stanley mendesak Federal Reserve untuk mengambil pendekatan yang lebih hati-hati dalam menaikkan suku bunga di tengah konflik Rusia Ukraina.Â
Hal itu disarankan mengingat inflasi global yang sudah meroket.
Baca Juga
"Kita tidak bisa mengesampingkan keberanian di atas ketidakpastian," ujar Ketua dan CEO Morgan Stanley James Gorman, dalam konferensi yang digelar surat kabar Australia AFR, dikutip dari US News, Selasa (8/3/2022).
Advertisement
"The Fed menghadapi dilema yang nyata sekarang. Dengan inflasi yang meningkat dan tidak sementara," lanjutnya.
Sebagai informasi, saham Morgan Stanley telah turun 8 persen dalam sepekan - selaras dengan saham keuangan global yang anjlok.
Bank sentral AS diperkirakan akan menaikkan suku bunga hingga seperempat poin persentase pada 16 Maret mendatang.
Ketua The Fed, Jerome Powell telah mengatakan pekan lalu bahwa pihaknya akan bertindak secara hati-hati mengingat ketidakpastian dampak perang Rusia Ukraina.
Akankah Morgan Stanley Setop Operasional di Rusia?
Namun, Morgan Stanley belum mengungkapkan apakah pihaknya berencana untuk menangguhkan operasional mereka di Rusia.Â
Sementara perusahaan keuangan lainnya, termasuk perusahaan akuntansi dan konsultan besar seperti Deloitte, EY, KPMG dan PwC, telah menangguhkan operasional mereka di Rusia.
Adapun JP Morgan, yang menjalankan indeks pasar obligasi negara berkembang, mengungkapkan akan mengecualikan Rusia dari semua indeks pendapatan tetapnya.
Advertisement