Liputan6.com, Jakarta - Perusahaan financial technology (fintech) lending menjadi salah satu alternatif bagi usaha Mikro, kecil dan menengah (UMKM) untuk terus tumbuh. Fintech lending bisa mendorong sektor produktif terutama yang ada di luar pulau Jawa.
Otoritas jasa Keuangan (OJK) mencatat, total outstanding penyaluran pinjaman fintech lending ke UMKM telah mencapai Rp 13,2 triliun hingga Maret 2022. Angka ini setara 36 persen dari total outstanding pinjaman fintech lending.
Baca Juga
"Hingga Maret 2022, total outstanding penyaluran pinjaman fintech lending ke UMKM telah mencapai Rp13,2 triliun," tulis OJK dalam keterangannya, Selasa (17/5/2022).
Advertisement
Ke depan, OJK akan terus mendorong penyaluran pinjaman fintech lending kepada sektor produktif, seperti Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM).
Sebelumnya, Ketua Dewan Komisioner OJK Wimboh Santoso menyampaikan, kehadiran pinjaman online atau pinjol menjadi berkah bagi masyarakat di daerah selama pandemi Covid-19 berlangsung . Sebab, kehadiran fintech peer to peer lending ini bisa membantu masyarakat untuk mengakses pembiayaan.
"Ini adalah berkah, terutama bagi masyarakat di daerah yang tadinya sulit mendapatkan pembiayaan. Ini sudah bisa dilakukan dengan peer to peer lending," kata Wimboh dalam acara CEO Networking, Selasa (16/11/2022).
Wimboh Santoso mengatakan, selama ini pihaknya mendorong agar pinjol bisa memberikan manfaat bagi masyarakat luas. Tentunya dengan pembiayaan lebih murah, cepat dan beban bunga yang ringan.
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Kinerja Fintech Lending 2021 Tumbuh 89 Persen, Ini 3 Faktor Penyebabnya
Industri financial technology (fintech) peer to peer (p2p) lending atau pinjaman daring (online) mencatatkan pertumbuhan kinerja sebesar 89,77 persen pada 2021 lalu, meski gelombang pandemi Covid-19 belum sepenuhnya surut.
Asosiasi Fintech Pendanaan Bersama Indonesia (AFPI) menyebutkan ada tiga faktor utama yang berperan dalam meningkatkan kinerja fintech lending pada tahun lalu.
Direktur Eksekutif AFPI, Kusersyansyah menjelaskan, fintech lending menghadapi tantangan yang luar biasa dalam dua tahun terakhir ini. Meski diterpa pandemi, fintech lending tetap melanjutkan pertumbuhan yang positif pada 2021 lalu.
“Kinerja dari fintech di 2021, ini tahun kedua pandemi, menunjukkan catatan yang sangat baik,” kata dia, saat dihubungi pada Kamis (10/3/2022).
Menurut Kus, sapaan akrab Kusersyanyah, ada tiga faktor utama yang mendorong kinerja industri fintech lending tetap apik. Pertama, fintech lending masuk ke dalam sektor yang penilaian kreditnya (credit scoring) cepat berubah dan terdeteksi dari waktu ke waktu. Kedua, pandemi telah mengubah perilaku masyarakat karena harus menjaga jarak satu sama lain (social distancing).
“Jadinya, pinjaman online ini menjadi alternatif yang semakin banyak digunakan,” ungkapnya.
Advertisement
Gap Kredit
Faktor terakhir adalah gap kredit di Indonesia yang masih tinggi. Mengacu data Bank Dunia, Kus menjelaskan, Indonesia memiliki gap kredit sebesar Rp1.500 triliun per tahun.
“Gap kredit ini bisa dikatakan sebagai segmen yang unbankable dan mengatasi gap kredit itu merupakan visi-misinya fintech lending,” ungkapnya.
Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), industri fintech lending mencatatkan akumulasi penyaluran kredit mencapai Rp 295,85 triliun hingga akhir 2021.
Jumlah tersebut meningkat 89,77 persen secara year on year (yoy) dibandingkan penyaluran pada 2020 lalu yang sebesar Rp 155,9 triliun.
Dari sisi pengguna, OJK mencatat total pinjaman sampai dengan akhir tahun lalu telah mencapai 73,2 juta entitas, sedangkan total pemberi pinjaman mencapai 809.494 entitas.