Cara Industri Farmasi Lokal Bantu Kejar Penurunan Stunting 14 Persen di 2024

Pemerintah yang dikoordinasi oleh BKKBN menargetkan penurunan prevalensi stunting hingga menjadi 14 persen di tahun 2024.

oleh Liputan6.com diperbarui 09 Jul 2022, 11:18 WIB
Diterbitkan 09 Jul 2022, 10:30 WIB
Obat
Ruang lab Dexa Laboratories of Biomolecular Sciences (DLBS) Dexa Group, Cikarang, Bekasi yang juga memproduksi Obat Modern Asli Indonesia. (Liputan6.com/Fitri Haryanti Harsono)

Liputan6.com, Jakarta Salah satu industri farmasi di Tanah Air, Dexa Group turut menjadi mitra pemerintah dalam hal ini Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) untuk mencegah stunting.

Corporate Affairs Directors Dexa Group Krestijanto Pandji mengatakan, pihaknya berkomitmen untuk membantu program penurunan angka stunting, sesuai dengan salah satu core values perusahaan yakni Deal with Care.

"Bersama-sama dengan BKKBN, kami melakukan edukasi pada 251 kabupaten/kota di 32 provinsi. Sebanyak 12 provinsi di antaranya merupakan daerah prioritas penanganan stunting pemerintah," kata dia dikutip dari Antara, Sabtu (9/7/2022).

Sebagai wujud komitmen tersebut, Dexa Group pun telah memproduksi HerbaAsimor, yang merupakan produk yang dikembangkan melalui hasil riset dari Dexa Laboratories of Biomolecular Sciences (DLBS).

Bahan alam asli Indonesia yang diolah dengan teknologi modern di antaranya yakni daun torbangun, daun katuk, dan ikan gabus.

"HerbaAsimor diproses dengan teknologi AFT, yakni teknologi untuk menemukan fraksi spesifik yang menghasilkan produk dengan kemurnian tinggi dan memiliki aktivitas biologis," kata Director of Research & Business Development Dexa Group Dr. Raymond Tjandrawinata.

Presiden Direktur PT Dexa Medica, V Hery Sutanto mengatakan HerbaAsimor dikembangkan dari biodiversitas Indonesia, "sehingga memiliki TKDN di atas 80 persen. Ini juga sejalan dengan misi pemerintah untuk mewujudkan kemandirian farmasi nasional."

Pemerintah yang dikoordinasi oleh BKKBN menargetkan penurunan prevalensi stunting hingga menjadi 14 persen di tahun 2024.

 

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Efektif Tekan Stunting, KKP Ajak Masyarakat untuk Terus Makan Ikan

KKP
KKP mengapresiasi karena ini menunjukkan bahwa Kabupaten Tulang Bawang berhasil menurunkan angka stunting.

Sebelumnya, berdasarkan data Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2020, konsumsi ikan di Kabupaten Tulang Bawang, Provinsi Lampung terbukti tinggi. Ya, masyarakat Tulang Bawang memiliki preferensi konsumsi yang tinggi pada ikan segar, ikan lele dan ikan diawetkan. Sementara data Riskesda 2021 menunjukkan angka stunting di wilayah tersebut adalah 9,5%.

"Kami mengapresiasi karena ini menunjukkan bahwa Kabupaten Tulang Bawang berhasil menurunkan angka stunting," kata Direktur Jenderal Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan (PDSPKP), Artati Widiarti di Jakarta, Jumat (22/4).

 Artati mengungkapkan bahwa kandungan zat-zat dalam ikan sangat bermanfaat untuk kelancaran peredaran darah, sistem integument (kulit, rambut, kuku), sistem reproduksi, sistem saraf dan otak, kekuatan tulang, hingga kekebalan tubuh.

"Tentu angka prevalensi stunting ini harus kita jaga agar tidak mengalami kenaikan lagi melalui pola makan, pola asuh dan pola hidup bersih," sambungnya.

Oleh karenanya, dalam rangka menjaga tren tersebut, Artati meminta jajarannya untuk terus menggalakkan Gerakan Memasyarakatkan Makan Ikan (Gemarikan). Khusus di wilayah ini, dia meminta agar edukasi produk olahan lebih ditonjolkan agar masyarakat memiliki cara lain menikmati ikan.

Senada, Direktur Usaha dan Investasi Ditjen PDSPKP, Catur Sarwanto memastikan kegiatan Safari Gemarikan di Kabupaten Tulang Bawang yang dilaksanakan selama dua hari berjalan baik. Pertama di Kecamatan Meraksa Aji, dan kedua di Kecamatan Gedung Aji.

"Dalam safari ini kita menyerap produk UMKM dan menunjukkan ke masyarakat setempat terkait adanya produk tersebut di sekitar mereka," jelas Catur.

Bersama anggota Komisi IV DPR, Hanan A Rozak, KKP membagikan 1.000 paket, antara lain berisi ikan teri rebus dan amplang ikan tenggiri. Catur berharap, melalui Gemarikan, masyarakat semakin senang makan ikan sekaligus bangga mengonsumsi produk dalam negeri.

"Dengan begitu, kita optimis masyarakat sehat dan sejahtera melalui peningkatan konsumsi ikan masyarakat bisa terwujud," tutupnya.

Sebelumnya, Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono mengingatkan pentingnya mengonsumsi ikan di masa pandemi Covid-19. Sebab di dalam ikan terkandung imonustimulan yang merupakan senyawa yang dapat menstimulus sistem imun di dalam tubuh.


KKP Targetkan Lombok Barat Bebas Stunting di 2024

FOTO: Tingkat Prevalensi Stunting di Indonesia Masih Tinggi
Orangtua mendampingi anaknya bermain di RPTRA Meruya Utara, Jakarta, Selasa (25/1/2022). Berdasarkan survei Studi Status Gizi Indonesia, prevalensi stunting atau gizi buruk di Indonesia saat ini mencapai 24,4 persen. (merdeka.com/Iqbal S. Nugroho)

Pemerintah melalui Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menargetkan Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat (NTB) bebas dari stunting pada 2024. Salah satunya dengan menggecarkan kampanye makan ikan di wilayah tersebut melalui Gerakan Memasyarakatkan Makan Ikan (Gemarikan) yang dicanangkan oleh KKP.

Direktur Pemasaran Direktorat Jenderal Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan (PDSPKP), Machmud menjelaskan, kegiatan Gemarikan bertujuan untuk memberi edukasi mengenai manfaat ikan dan kandungan gizinya khususnya kepada ibu hamil, ibu menyusui, dan wanita usia produktif yang terkait langsung dengan 1000 HPK.

Menurutnya, ikan sangat menentukan perkembangan otak dan kesehatan anak. Begitu juga bagi peserta anak-anak dari SDN 01 Desa Mambalan yang pernah terkena bencana gempa bumi tahun 2018.

“Data KKP menunjukan bahwa konsumsi ikan di Lombok Barat relatif masih kecil yaitu hanya sebesar 25,49 kg per kapita di tahun 2018, sedangkan angka konsumsi ikan Provinsi NTB di tahun yang sama sudah mencapai 46,02 kg/kapita. Lombok Barat masih harus terus memacu peningkatan konsumsi ikannya,” tutur dia dalam keterangan tertulis di Jakarta, Kamis (19/9/2019).

Upaya pemerintah mendorong peningkatan konsumsi ikan mulai menunjukkan hasil. Wakil Bupati Lombok Barat, Sumiatun menyampaikan, kasus stunting di Lombok Barat mengalami penurunan. Kasus stunting di Lombok Barat tahun 2017 yang mencapai 49,8 persen, menurun menjadi 25,2 persen pada 2019. Untuk itu menurutnya pihaknya akan memperluas upaya penanganan stunting ini.

“Penanganan stunting tahun 2018 di 10 lokasi, kami perluas menjadi 21 lokasi pada tahun 2019. Target Lombok Barat bebas stunting tahun 2024,” cetusnya.

Upaya penanganan stunting ini menurutnya dilakukan dengan menginstruksikan Kepala Desa/Lurah dan Camat untuk menyediakan menu ikan di acara keagamaan, mengadakan lomba masak serba ikan tingkat desa dan kecamatan, serta akan mewajibkan sekolah-sekolah mengadakan kegiatan makan bersama menu ikan minimal satu kali dalam seminggu.

Infografis Stunting, Ancaman Hilangnya Satu Generasi
Infografis Stunting, Ancaman Hilangnya Satu Generasi. (Liputan6.com/Triyasni)
Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya