Liputan6.com, Jakarta - Analis Wall Street dan investor logam mulia pada pekan ini melihat bahwa sentimen bearish pada harga emas masih tinggi. Tekanan ini bisa mendorong harga emas hingga jatuh ke bawah USD 1.700 per ounce.
Sentimen di pasar emas memang telah memburuk dalam beberapa pekan ini. Hal ini karena investor melihat bahwa Bank Sentral As atau the Federal Reserve (the Fed) akan menaikkan suku bunga secara agresif untuk menekan inflasi.
Baca Juga
Dengan sentimen ini ada dua tantangan yang harus dihadapi oleh harga emas. Pertama adalah kenaikan imbahl imbal hasil surat utang AS dan kedua kenaikan nilai tukar dolar AS.
Advertisement
Harga emas telah turun ke level terendah hampir satu tahun pada pekan lalu karena dolar AS menyentuh tonggak penting yaitu mencapai keseimbangan dengan euro untuk pertama kalinya dalam 20 tahun.
Analis mengatakan bahwa meskipun emas telah jatuh ke USD 1.700 per ounce, belum ada pergerakan kapitulasi besar di pasar.
Dealer logam mulia Alliance Financial Frank McGee mengatakan, dia memperkirakan harga emas turun lebih rendah karena lebih banyak pedagang dipaksa untuk melikuidasi posisi emas mereka yang hilang.
Analis teknikal senior Kitco.com Jim Wyckoff mencatat, prospek teknis menunjukkan bahwa sentimen bearish harga emas akan mengendalikan pasar dalam waktu dekat.
"Grafik sepenuhnya bearish dan jalur resistensi paling rendah untuk harga tetap sideways ke bawah," katanya.
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Survei Kitco
Pada pekan ini, sebanyak 16 analis Wall Street berpartisipasi dalam survei emas Kitco News. Dari jumlah jumlah tersebut hanya ada tiga analis atau 19 persen yang optimis harga emas bakal naik dalam waktu dekat.
Pada saat yang sama enam analis atau 50 persen menyatakan bearish pada harga emas atau emas mengalami tekana. Selain itu ada lima analis atau 31 persen menyatakan netral terhadap logam mulia minggu ini.
Sementara itu, 1.107 suara diberikan dalam jajak pendapat Main Street online. Dari jumlah tersebut 441 responden atau 40 persen melihat harga emas akan naik minggu ini.
Sedangkan 458 lainnya atau 41 persen mengatakan harga emas akan lebih rendah dan 208 pemilih atau 19 persen menyatakan netral dalam waktu dekat.
Tidak hanya sentimen bearish di investor ritel yang meningkat minggu ini, tetapi partisipasi dalam survei mencapai level tertinggi dalam satu bulan. Hal ini menunjukkan bahwa lebih banyak investor memperhatikan pasar.
Advertisement
Kata analis
Meskipun ada sentimen bearish yang kuat di pasar, beberapa analis belum menyerah. Beberapa analis mengatakan harga emas akan memantul alias menguat karena secara teknis sudah oversold.
"Jangka pendek, kontrak Agustus mengalami oversold tajam. Jika kontrak dapat menahan level terendah di USD 1.695, kontrak tersebut dapat menempatkan dirinya dalam posisi reli minggu ini," kata Presiden Perusahaan Riset Darin Newsom, Darin Newsom.
"Selain itu, dolar AS terlihat terlalu panas dalam jangka pendek dan bisa melemah sedikit minggu depan," tambah dia.
Kepala analis mata uang Forexlive.com Adam Button mengatakan, dia melihat bahwa harga ewmas akan bullish karena pasar mulai memikirkan kembali ekspektasi kenaikan 100 basis poin akhir bulan ini.
Pasar mulai mempertimbangkan langkah agresif setelah IHK AS menunjukkan inflasi naik menjadi 9,1 persen pada Juni 2022 yang merupakan angka tertinggi 40 tahun.
"Komentar dari pejabat Fed dan turunnya ekspektasi inflasi dalam survei University of Michigan memastikan kenaikan hanya 75 basis poin pada 27 Juli," kata Button.
"Itu menyisakan ruang untuk reli bantuan untuk emas." tambah dia.