Penyebab Sifilis pada Pria, Kenali Faktor Risiko dan Cara Penularannya

Pelajari penyebab utama sifilis pada pria, faktor risiko, dan cara penularannya. Kenali gejala dini dan dapatkan pengobatan tepat untuk mencegah komplikasi.

oleh Ayu Isti Prabandari Diperbarui 10 Apr 2025, 15:53 WIB
Diterbitkan 10 Apr 2025, 15:52 WIB
penyebab sifilis pada pria
penyebab sifilis pada pria ©Ilustrasi dibuat AI... Selengkapnya
Daftar Isi

Liputan6.com, Jakarta Sifilis merupakan salah satu infeksi menular seksual yang dapat menyerang pria maupun wanita. Penyakit ini disebabkan oleh bakteri Treponema pallidum dan dapat menimbulkan berbagai komplikasi serius jika tidak ditangani dengan tepat. Pada artikel ini, kita akan membahas secara mendalam mengenai penyebab sifilis pada pria, faktor risiko, gejala, diagnosis, pengobatan, serta langkah-langkah pencegahannya.

Pengertian Sifilis

Sifilis, yang juga dikenal dengan nama raja singa, adalah infeksi bakteri yang umumnya ditularkan melalui kontak seksual. Penyakit ini dapat menyerang berbagai bagian tubuh termasuk kulit, selaput lendir, sistem saraf pusat, jantung, dan pembuluh darah. Sifilis berkembang dalam beberapa tahap, mulai dari tahap primer hingga tersier, dengan gejala yang berbeda-beda pada setiap tahapnya.

Infeksi sifilis telah dikenal sejak berabad-abad lalu dan sempat menjadi epidemi di Eropa pada abad ke-15. Meskipun saat ini pengobatan sifilis sudah tersedia, jumlah kasus baru terus meningkat di berbagai negara, termasuk Indonesia. Hal ini menjadikan sifilis sebagai salah satu masalah kesehatan masyarakat yang perlu mendapat perhatian serius.

Penyebab Utama Sifilis pada Pria

Penyebab utama sifilis pada pria adalah infeksi bakteri Treponema pallidum. Bakteri ini memiliki bentuk spiral dan sangat tipis sehingga sulit terlihat dengan mikroskop biasa. Treponema pallidum dapat masuk ke dalam tubuh melalui luka kecil atau lecet pada kulit maupun selaput lendir, terutama di area genital, anus, atau mulut.

Beberapa karakteristik bakteri Treponema pallidum yang perlu diketahui:

  • Bakteri ini sangat rentan terhadap kondisi lingkungan dan tidak dapat bertahan lama di luar tubuh manusia.
  • Treponema pallidum membelah diri secara lambat, sehingga gejala sifilis baru muncul beberapa minggu setelah infeksi awal.
  • Bakteri ini dapat menyebar ke seluruh tubuh melalui aliran darah dan sistem limfatik.
  • Treponema pallidum mampu menembus sawar darah otak, sehingga dapat menyebabkan komplikasi neurologis pada tahap lanjut.

Pemahaman tentang karakteristik bakteri penyebab sifilis ini penting untuk mengetahui bagaimana infeksi dapat terjadi dan berkembang dalam tubuh.

Cara Penularan Sifilis pada Pria

Sifilis umumnya ditularkan melalui kontak langsung dengan luka sifilis (chancre) selama aktivitas seksual. Berikut ini adalah beberapa cara penularan sifilis yang perlu diwaspadai:

  • Hubungan seksual vaginal, anal, atau oral dengan penderita sifilis
  • Kontak langsung dengan luka sifilis di area kulit atau selaput lendir
  • Penggunaan jarum suntik secara bergantian dengan penderita sifilis
  • Transfusi darah yang terinfeksi (sangat jarang terjadi karena adanya skrining darah)
  • Penularan dari ibu ke janin selama kehamilan atau persalinan (sifilis kongenital)

Penting untuk diingat bahwa sifilis tidak dapat menular melalui penggunaan toilet umum, berbagi peralatan makan, atau kontak fisik biasa seperti berjabat tangan atau berpelukan. Bakteri Treponema pallidum membutuhkan kondisi khusus untuk dapat bertahan hidup dan menginfeksi tubuh manusia.

Faktor Risiko Sifilis pada Pria

Meskipun siapa pun dapat terinfeksi sifilis, terdapat beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko seseorang terkena penyakit ini. Berikut adalah faktor-faktor risiko sifilis pada pria yang perlu diperhatikan:

  • Melakukan hubungan seksual tanpa pengaman (kondom)
  • Memiliki banyak pasangan seksual atau sering berganti-ganti pasangan
  • Berhubungan seksual dengan pekerja seks komersial
  • Pria yang berhubungan seks dengan pria (MSM)
  • Riwayat infeksi menular seksual lainnya, seperti HIV atau gonore
  • Penggunaan narkoba suntik
  • Usia muda (15-24 tahun) yang aktif secara seksual
  • Tinggal di daerah dengan prevalensi sifilis yang tinggi

Memahami faktor risiko ini penting untuk mengidentifikasi individu yang mungkin memerlukan skrining sifilis secara rutin dan edukasi tentang praktik seks yang aman.

Gejala Sifilis pada Pria

Gejala sifilis pada pria dapat bervariasi tergantung pada tahap infeksi. Penting untuk mengenali gejala-gejala ini agar dapat segera mencari pengobatan. Berikut adalah gejala sifilis berdasarkan tahapannya:

1. Sifilis Primer

Gejala awal sifilis biasanya muncul 3-90 hari setelah infeksi (rata-rata 21 hari). Gejala utama pada tahap ini adalah:

  • Munculnya luka kecil (chancre) yang tidak nyeri di tempat masuknya bakteri, biasanya di penis, skrotum, atau anus
  • Chancre berbentuk bulat, keras, dan tidak gatal
  • Pembengkakan kelenjar getah bening di sekitar area yang terinfeksi

Luka ini akan sembuh sendiri dalam 3-6 minggu tanpa pengobatan, namun infeksi tetap berlanjut jika tidak diobati.

2. Sifilis Sekunder

Jika tidak diobati, infeksi akan berkembang ke tahap sekunder dengan gejala:

  • Ruam kemerahan di seluruh tubuh, terutama telapak tangan dan kaki
  • Demam ringan dan kelelahan
  • Sakit tenggorokan dan pembengkakan kelenjar getah bening
  • Nyeri otot dan sendi
  • Rambut rontok secara tidak merata
  • Lesi mukosa di mulut, penis, atau anus

Gejala ini dapat hilang timbul selama beberapa minggu hingga bulan.

3. Sifilis Laten

Pada tahap ini, tidak ada gejala yang terlihat meskipun infeksi masih ada dalam tubuh. Tahap laten dapat berlangsung bertahun-tahun.

4. Sifilis Tersier

Jika tidak diobati, sekitar 15-30% kasus sifilis dapat berkembang menjadi sifilis tersier setelah bertahun-tahun. Gejala pada tahap ini meliputi:

  • Kerusakan organ dalam seperti jantung, pembuluh darah, dan otak
  • Masalah penglihatan hingga kebutaan
  • Demensia dan gangguan neurologis lainnya
  • Pembentukan tumor lunak (gumma) di berbagai organ

Mengingat gejala sifilis dapat mirip dengan penyakit lain atau bahkan tidak menunjukkan gejala sama sekali, penting bagi pria yang aktif secara seksual untuk melakukan tes sifilis secara rutin.

Diagnosis Sifilis pada Pria

Diagnosis sifilis pada pria melibatkan beberapa metode pemeriksaan untuk memastikan adanya infeksi dan menentukan tahap penyakit. Berikut adalah langkah-langkah dalam mendiagnosis sifilis:

1. Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik

Dokter akan menanyakan riwayat medis, riwayat seksual, dan gejala yang dialami. Pemeriksaan fisik dilakukan untuk mencari tanda-tanda sifilis seperti chancre atau ruam.

2. Pemeriksaan Laboratorium

Beberapa tes laboratorium yang digunakan untuk mendiagnosis sifilis antara lain:

  • Tes non-treponemal: VDRL (Venereal Disease Research Laboratory) dan RPR (Rapid Plasma Reagin)
  • Tes treponemal: FTA-ABS (Fluorescent Treponemal Antibody Absorption) dan TPHA (Treponema Pallidum Hemagglutination Assay)
  • Pemeriksaan mikroskopis langsung dari lesi sifilis
  • Tes PCR (Polymerase Chain Reaction) untuk mendeteksi DNA bakteri Treponema pallidum

3. Pemeriksaan Penunjang

Pada kasus sifilis lanjut, mungkin diperlukan pemeriksaan tambahan seperti:

  • Pungsi lumbal untuk memeriksa cairan serebrospinal pada kasus neurosifilis
  • Pemeriksaan radiologi seperti CT scan atau MRI otak pada kasus yang dicurigai ada komplikasi neurologis
  • Pemeriksaan jantung seperti ekokardiografi pada kasus yang dicurigai ada komplikasi kardiovaskular

Diagnosis yang akurat dan tepat waktu sangat penting untuk memulai pengobatan yang sesuai dan mencegah komplikasi lebih lanjut.

Pengobatan Sifilis pada Pria

Pengobatan sifilis pada pria bertujuan untuk membunuh bakteri penyebab dan mencegah perkembangan penyakit ke tahap yang lebih parah. Berikut adalah beberapa aspek penting dalam pengobatan sifilis:

1. Antibiotik

Penisilin G adalah antibiotik pilihan utama untuk mengobati sifilis pada semua tahap. Beberapa regimen pengobatan meliputi:

  • Sifilis primer, sekunder, dan laten dini: Benzathine penicillin G 2,4 juta unit IM dosis tunggal
  • Sifilis laten lanjut atau sifilis dengan durasi tidak diketahui: Benzathine penicillin G 2,4 juta unit IM sekali seminggu selama 3 minggu
  • Neurosifilis: Aqueous crystalline penicillin G 18-24 juta unit per hari, diberikan sebagai 3-4 juta unit IV setiap 4 jam selama 10-14 hari

Untuk pasien yang alergi terhadap penisilin, alternatif pengobatan meliputi doksisiklin, tetrasiklin, atau ceftriaxone.

2. Pemantauan Pasca Pengobatan

Setelah pengobatan, pasien perlu menjalani pemeriksaan klinis dan tes serologi berkala untuk memastikan keberhasilan terapi. Pemantauan dilakukan pada:

  • 1, 3, 6, dan 12 bulan setelah pengobatan untuk sifilis primer dan sekunder
  • 6, 12, dan 24 bulan setelah pengobatan untuk sifilis laten

3. Penanganan Pasangan Seksual

Pasangan seksual pasien sifilis dalam 90 hari terakhir harus dievaluasi, diuji, dan diobati secara presumtif untuk mencegah penularan lebih lanjut.

4. Penanganan Komplikasi

Pada kasus sifilis lanjut dengan komplikasi, mungkin diperlukan penanganan tambahan seperti:

  • Terapi antikonvulsan untuk neurosifilis dengan kejang
  • Pengobatan gagal jantung pada kasus kardiosifilis
  • Terapi okupasi dan fisioterapi untuk pasien dengan defisit neurologis

Penting untuk menyelesaikan seluruh rangkaian pengobatan sesuai anjuran dokter, meskipun gejala sudah membaik, untuk memastikan eliminasi bakteri yang sempurna.

Pencegahan Sifilis pada Pria

Pencegahan sifilis pada pria melibatkan kombinasi antara perubahan perilaku, penggunaan alat pelindung, dan skrining rutin. Berikut adalah langkah-langkah yang dapat diambil untuk mencegah infeksi sifilis:

1. Praktik Seks Aman

  • Gunakan kondom dengan benar setiap kali melakukan hubungan seksual
  • Hindari berganti-ganti pasangan seksual
  • Hindari melakukan hubungan seksual di bawah pengaruh alkohol atau obat-obatan terlarang yang dapat mempengaruhi pengambilan keputusan

2. Komunikasi dengan Pasangan

  • Diskusikan riwayat seksual dan status kesehatan dengan pasangan sebelum melakukan hubungan intim
  • Dorong pasangan untuk melakukan tes IMS secara rutin

3. Skrining Rutin

  • Lakukan tes sifilis secara berkala, terutama jika Anda termasuk dalam kelompok berisiko tinggi
  • Ikuti rekomendasi skrining dari dokter atau lembaga kesehatan setempat

4. Edukasi dan Kesadaran

  • Pelajari tentang gejala sifilis dan infeksi menular seksual lainnya
  • Tingkatkan kesadaran tentang pentingnya kesehatan seksual di komunitas

5. Hindari Penggunaan Narkoba Suntik

  • Jika menggunakan narkoba suntik, gunakan jarum steril dan jangan berbagi peralatan suntik dengan orang lain
  • Cari bantuan untuk mengatasi ketergantungan narkoba

6. Pengobatan Pasangan

  • Jika didiagnosis sifilis, pastikan pasangan seksual juga mendapatkan evaluasi dan pengobatan yang sesuai

Dengan menerapkan langkah-langkah pencegahan ini, risiko terkena sifilis dan infeksi menular seksual lainnya dapat dikurangi secara signifikan.

Komplikasi Sifilis pada Pria

Jika tidak diobati dengan tepat, sifilis dapat menyebabkan berbagai komplikasi serius yang mempengaruhi berbagai sistem organ tubuh. Berikut adalah beberapa komplikasi yang mungkin terjadi pada pria dengan sifilis lanjut:

1. Komplikasi Neurologis

  • Neurosifilis: infeksi pada sistem saraf pusat yang dapat menyebabkan meningitis, stroke, atau demensia
  • Gangguan pendengaran dan keseimbangan
  • Kebutaan akibat kerusakan saraf optik

2. Komplikasi Kardiovaskular

  • Aneurisma aorta: pembengkakan abnormal pada pembuluh darah utama
  • Aortitis: peradangan pada aorta yang dapat menyebabkan insufisiensi katup aorta
  • Peningkatan risiko penyakit jantung koroner

3. Komplikasi Kulit dan Jaringan Lunak

  • Gumma: lesi granulomatosa yang dapat terbentuk di kulit, tulang, atau organ dalam
  • Kerusakan jaringan dan deformitas pada wajah atau ekstremitas

4. Komplikasi pada Sistem Reproduksi

  • Infertilitas atau penurunan kualitas sperma
  • Peningkatan risiko kanker penis

5. Komplikasi pada Sistem Imun

  • Peningkatan kerentanan terhadap infeksi HIV
  • Penurunan fungsi sistem kekebalan tubuh secara umum

6. Komplikasi pada Kehamilan (jika pasangan hamil)

  • Risiko transmisi sifilis kongenital ke janin
  • Peningkatan risiko keguguran, kelahiran prematur, atau kematian janin

Mengingat beratnya komplikasi yang dapat terjadi, sangat penting untuk mendiagnosis dan mengobati sifilis sedini mungkin. Pemeriksaan rutin dan pengobatan yang tepat dapat mencegah perkembangan penyakit ke tahap yang lebih parah dan menghindari komplikasi jangka panjang.

Mitos dan Fakta Seputar Sifilis pada Pria

Terdapat banyak mitos dan kesalahpahaman seputar sifilis yang dapat menghambat upaya pencegahan dan pengobatan. Berikut adalah beberapa mitos umum beserta faktanya:

Mitos 1: Sifilis hanya menyerang orang dengan gaya hidup tertentu

Fakta: Sifilis dapat menyerang siapa saja yang aktif secara seksual, terlepas dari latar belakang sosial atau gaya hidup. Meskipun ada kelompok yang berisiko lebih tinggi, siapa pun dapat terinfeksi jika melakukan kontak seksual dengan penderita sifilis.

Mitos 2: Sifilis dapat ditularkan melalui toilet umum atau kolam renang

Fakta: Sifilis tidak dapat menular melalui penggunaan toilet umum, berbagi handuk, atau berenang di kolam yang sama. Bakteri penyebab sifilis tidak dapat bertahan lama di luar tubuh manusia dan membutuhkan kontak langsung dengan lesi sifilis untuk menular.

Mitos 3: Jika gejala sifilis hilang, berarti penyakit sudah sembuh

Fakta: Hilangnya gejala tidak berarti infeksi telah sembuh. Sifilis dapat memasuki fase laten di mana tidak ada gejala yang terlihat, namun bakteri tetap ada dalam tubuh dan dapat menyebabkan komplikasi jika tidak diobati.

Mitos 4: Sifilis hanya menular melalui hubungan seksual penetratif

Fakta: Sifilis dapat menular melalui berbagai jenis kontak seksual, termasuk oral seks dan kontak langsung dengan lesi sifilis di area kulit atau selaput lendir.

Mitos 5: Penggunaan dua kondom memberikan perlindungan ganda terhadap sifilis

Fakta: Menggunakan dua kondom sekaligus justru dapat meningkatkan risiko keduanya rusak akibat gesekan. Satu kondom yang digunakan dengan benar sudah cukup efektif dalam mencegah penularan sifilis dan IMS lainnya.

Mitos 6: Sifilis dapat disembuhkan dengan pengobatan herbal atau alternatif

Fakta: Satu-satunya pengobatan efektif untuk sifilis adalah antibiotik yang diresepkan oleh dokter. Pengobatan herbal atau alternatif tidak terbukti efektif dan dapat menunda pengobatan yang sebenarnya dibutuhkan.

Mitos 7: Seseorang yang pernah mengalami sifilis menjadi kebal terhadap infeksi di masa depan

Fakta: Seseorang yang pernah terinfeksi dan sembuh dari sifilis tetap dapat terinfeksi kembali jika terpapar bakteri Treponema pallidum. Tidak ada kekebalan yang terbentuk setelah infeksi pertama.

Memahami fakta-fakta ini penting untuk menghilangkan stigma dan mendorong upaya pencegahan serta pengobatan yang tepat terhadap sifilis.

Kapan Harus Konsultasi ke Dokter?

Mengingat sifilis dapat berkembang tanpa gejala yang jelas, penting untuk mengetahui kapan seseorang harus berkonsultasi dengan dokter. Berikut adalah situasi-situasi di mana seorang pria sebaiknya segera mencari bantuan medis:

1. Gejala Mencurigakan

  • Munculnya luka yang tidak nyeri di area genital, anus, atau mulut
  • Ruam kemerahan di tubuh, terutama di telapak tangan dan kaki
  • Pembengkakan kelenjar getah bening
  • Gejala mirip flu yang muncul bersamaan dengan gejala kulit

2. Riwayat Kontak Berisiko

  • Setelah melakukan hubungan seksual tanpa pengaman dengan pasangan baru atau tidak dikenal
  • Jika mengetahui bahwa salah satu pasangan seksual didiagnosis dengan sifilis atau IMS lainnya

3. Skrining Rutin

  • Pria yang aktif secara seksual, terutama yang memiliki banyak pasangan, sebaiknya melakukan tes sifilis secara rutin
  • Pria yang berhubungan seks dengan pria (MSM) disarankan untuk melakukan skrining setidaknya sekali setahun

4. Kehamilan Pasangan

  • Jika pasangan sedang hamil, penting bagi kedua pasangan untuk melakukan tes sifilis untuk mencegah penularan ke janin

5. Diagnosis HIV

  • Individu yang baru didiagnosis HIV harus menjalani tes sifilis sebagai bagian dari evaluasi awal

6. Gejala Neurologis

  • Jika mengalami gejala seperti sakit kepala parah, masalah penglihatan, atau perubahan perilaku, terutama jika memiliki riwayat sifilis

7. Evaluasi Pasca Pengobatan

  • Setelah menjalani pengobatan sifilis, penting untuk melakukan pemeriksaan lanjutan sesuai jadwal yang ditentukan dokter

Jangan ragu untuk berkonsultasi dengan dokter jika Anda memiliki kekhawatiran tentang risiko sifilis atau IMS lainnya. Diagnosis dan pengobatan dini sangat penting untuk mencegah komplikasi serius dan menghentikan penyebaran infeksi.

Kesimpulan

Sifilis pada pria merupakan infeksi menular seksual yang serius namun dapat dicegah dan diobati. Penyebab utamanya adalah bakteri Treponema pallidum yang ditularkan melalui kontak langsung dengan lesi sifilis selama aktivitas seksual. Faktor risiko meliputi perilaku seksual berisiko tinggi, banyak pasangan seksual, dan tidak menggunakan pengaman.

Gejala sifilis berkembang dalam beberapa tahap, mulai dari luka tidak nyeri hingga komplikasi serius pada organ vital jika tidak diobati. Diagnosis melibatkan pemeriksaan fisik dan tes laboratorium, sementara pengobatan utama adalah dengan antibiotik penisilin.

Pencegahan sifilis meliputi praktik seks aman, komunikasi terbuka dengan pasangan, dan skrining rutin. Penting untuk menghilangkan mitos dan meningkatkan kesadaran tentang fakta seputar sifilis. Jika ada gejala mencurigakan atau riwayat kontak berisiko, segera konsultasikan ke dokter untuk evaluasi dan penanganan yang tepat.

Dengan pemahaman yang baik tentang penyebab, gejala, dan pencegahan sifilis, kita dapat mengurangi penyebaran penyakit ini dan menjaga kesehatan reproduksi pria secara optimal.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Disclaimer: Artikel ini ditulis ulang oleh redaksi dengan menggunakan Artificial Intelligence

Video Pilihan Hari Ini

EnamPlus

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya