Liputan6.com, Jakarta - Harga emas Pegadaian hari ini mayoritas lebih mahal. Kenaikan terjadi di semua jenis baik emas Antam, emas antam Batik, UBS dan Retro. Ukuran emas yang dijual oleh Pegadaian mulai dari 0,5 gram hingga 1.000 gram atau 1 kilogram.
Melansir laman Pegadaian, Selasa (19/7/2022), harga emas hari ini untuk emas Retro dijual 1 gram sebesar Rp 945.000, naik dibanding pada perdagangan Senin kemarin yang di angka Rp 935.000.
Baca Juga
Sedangkan harga emas jenis UBS dijual Rp 940.000 untuk ukuran 1 gram, naik Rp 3.000 jika dibandingkan dengan perdagangan kemarin yang dipatok Rp 937.000.
Advertisement
Emas Antam Batik kemarin dijual Rp 1.152.000 segram dan untuk hari Selasa ini naik Rp 1.000 menjadi Rp 1.153.000.
Harga emas setiap harinya menyesuaikan dengan harga pasar emas dunia dan lokal. Produk emas antam dan UBS selain ada di Pegadaian, juga tersedia di toko emas, butik masing-masing perusahaan. Dijual secara online maupun offline.
Berikut rangkuman harga emas hari ini di Pegadaian:
Harga Emas Antam
- 0,5 gram = Rp 551.000
- 1 gram = Rp 998.000
- 2 gram = Rp 1.931.000
- 3 gram = Rp 2.870.000
- 5 gram = Rp 4.749.000
- 10 gram = Rp 9.439.000
- 25 gram = Rp 23.467.000
- 50 gram = Rp 46.851.000
- 100 gram = Rp 93.619.000
- 250 gram = Rp 233.773.000
- 500 gram = Rp 467.326.000
- 1000 gram = Rp 934.611.000
Harga Emas Antam Batik
- 0,5 gram = Rp 623.000
- 1 gram = Rp 1.153.000
- 8 gram = Rp 8.715.000
Harga Emas Retro
- 0,5 gram = Rp 505.000
- 1 gram = Rp 945.000
- 2 gram = Rp 1.871.000
- 3 gram = Rp 2.779.000
- 5 gram = Rp 4.618.000
- 10 gram = Rp 9.178.000
- 25 gram = Rp 22.814.000
- 50 gram = Rp 45.544.000
- 100 gram = Rp 91.008.000
- 250 gram = Rp 227.243.000
- 500 gram = Rp 454.269.000
- 1000 gram = Rp 908.496.000
Harga Emas UBS
- 0,5 gram = Rp 502.000
- 1 gram = Rp 940.000
- 2 gram = Rp 1.865.000
- 5 gram = Rp 4.608.000
- 10 gram = Rp 9.168.000
- 25 gram = Rp 22.872.000
- 50 gram = Rp 45.650.000
- 100 gram = Rp 91.263.000
- 250 gram = Rp 228.087.000
- 500 gram = Rp 455.636.000.
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Akhirnya Harga Emas Kembali Perkasa
Harga emas menguat pada perdagangan hari Senin. Pelemahan dolar AS mampu membantu harga emas batangan kembali naik setelah mengalami kerugian beberapa waktu ini.
Sementara, adanya persepsi yang meredakan kekhawatiran kenaikan suku bunga 100 basis poin atau 1 persen oleh Bank Sentral Amerika Serikat (AS) atau the Federal Reserve (the Fed) juga ikut mendukung harga emas dunia hari ini.
Mengutip CNBC, Selasa (19/7/2022), harga emas di pasar spot naik 0,8 persen menjadi USD 1.720,81 per ounce pada 09.26 GMT, setelah jatuh ke level terendah dalam hampir satu tahun pada minggu lalu.
Sedangkan harga emas berjangka AS juga naik 0,8 persen menjadi USD 1.717,40 per ounce.
Indeks dolar AS turun dari level tertinggi dalam 20 tahun. Indeks dolar AS turun 0,3 persen, membuat harga emas batangan yang lebih murah bagi pembeli yang memegang mata uang di luar dolar AS.
"Pasar komoditas mengurangi kemungkinan kenaikan suku bunga the Fed 100 basis poin pada pertemuan kebijakan Juli ini, yang ternyata memberikan tenaga baru untuk emas," kata kepala analis pasar Exinity, Han Tan.
Konsumen AS juga mengurangi ekspektasi inflasi pada Juli di samping penurunan tajam harga bensin selama sebulan terakhir, perkembangan yang kemungkinan akan disambut oleh pejabat Federal Reserve yang khawatir bahwa ekspektasi inflasi yang tinggi dapat tertanam dan memperumit tugas mereka untuk mengendalikan kenaikan harga.
Kebijakan memerangi inflasi agresif Fed telah merusak daya tarik safe-haven emas, karena kenaikan suku bunga membuat aset tanpa bunga tampak kurang menarik.
Advertisement
Harga Emas Diprediksi Bisa Jatuh di Bawah USD 1.700
Analis Wall Street dan investor logam mulia pada pekan ini melihat bahwa sentimen bearish pada harga emas masih tinggi. Tekanan ini bisa mendorong harga emas hingga jatuh ke bawah USD 1.700 per ounce.
Sentimen di pasar emas memang telah memburuk dalam beberapa pekan ini. Hal ini karena investor melihat bahwa Bank Sentral As atau the Federal Reserve (the Fed) akan menaikkan suku bunga secara agresif untuk menekan inflasi.
Dengan sentimen ini ada dua tantangan yang harus dihadapi oleh harga emas. Pertama adalah kenaikan imbahl imbal hasil surat utang AS dan kedua kenaikan nilai tukar dolar AS.
Harga emas telah turun ke level terendah hampir satu tahun pada pekan lalu karena dolar AS menyentuh tonggak penting yaitu mencapai keseimbangan dengan euro untuk pertama kalinya dalam 20 tahun.
Analis mengatakan bahwa meskipun emas telah jatuh ke USD 1.700 per ounce, belum ada pergerakan kapitulasi besar di pasar.
Dealer logam mulia Alliance Financial Frank McGee mengatakan, dia memperkirakan harga emas turun lebih rendah karena lebih banyak pedagang dipaksa untuk melikuidasi posisi emas mereka yang hilang.
Analis teknikal senior Kitco.com Jim Wyckoff mencatat, prospek teknis menunjukkan bahwa sentimen bearish harga emas akan mengendalikan pasar dalam waktu dekat.
"Grafik sepenuhnya bearish dan jalur resistensi paling rendah untuk harga tetap sideways ke bawah," katanya.
Survei Kitco
Pada pekan ini, sebanyak 16 analis Wall Street berpartisipasi dalam survei emas Kitco News. Dari jumlah jumlah tersebut hanya ada tiga analis atau 19 persen yang optimis harga emas bakal naik dalam waktu dekat.
Pada saat yang sama enam analis atau 50 persen menyatakan bearish pada harga emas atau emas mengalami tekana. Selain itu ada lima analis atau 31 persen menyatakan netral terhadap logam mulia minggu ini.
Sementara itu, 1.107 suara diberikan dalam jajak pendapat Main Street online. Dari jumlah tersebut 441 responden atau 40 persen melihat harga emas akan naik minggu ini.
Sedangkan 458 lainnya atau 41 persen mengatakan harga emas akan lebih rendah dan 208 pemilih atau 19 persen menyatakan netral dalam waktu dekat.
Tidak hanya sentimen bearish di investor ritel yang meningkat minggu ini, tetapi partisipasi dalam survei mencapai level tertinggi dalam satu bulan. Hal ini menunjukkan bahwa lebih banyak investor memperhatikan pasar.
Advertisement