Liputan6.com, Jakarta - ExxonMobil Cepu Limited (EMCL) telah menunjuk Carole Gall sebagai Presiden, dan berlaku efektif pada 1 Juli 2022. Carole akan bertempat di Jakarta untuk ikut mengembangkan Blok Cepu, salah satunya proyek Banyu Urip di Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur.
Sebelum menempati posisi saat ini, Carole menjabat sebagai President of Esso Production & Exploration Chad Inc yang berbasis di Chad, Afrika Tengah.
Carole Gall menggantikan Irtiza Sayyed yang mendapatkan penugasan untuk memimpin bisnis ExxonMobil Low Carbon Solutions di wilayah Asia Pasifik.
Advertisement
"Besar harapan saya untuk terus melanjutkan kemitraan strategis dengan pemerintah Indonesia, mitra bisnis, dan masyarakat guna mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia," ujar Carole, Sabtu (20/8/2022).
Sebagai informasi, ExxonMobil memegang 45 persen dari total saham partisipasi Blok Cepu. KKS Cepu ini akan berlanjut hingga 2035. Sebuah Perjanjian Operasi Bersama atau Joint Operating Agreement (JOA) telah ditandatangani oleh pihak-pihak kontraktor, dimana ExxonMobil berperan sebagai operator dari KKS Cepu mewakili para Kontraktor.
Proyek Banyu Urip merupakan pengembangan awal di bawah Wilayah Kontrak Cepu dengan perkiraan cadangan minyak sebesar 450 juta barel yang diumumkan pada April 2001.
Pada produksi puncaknya, Banyu Urip memproduksi sebanyak 165.000 barel minyal per hari. Produksi awal lapangan Banyu Urip dimulai pada Desember 2008 melalui Fasilitas Produksi Awal (Early Production Facility/EPF) yang mulai berproduksi dengan kapasitas 20.000 barel minyak per hari pada Agustus 2009.
Pada April 2011, EMCL menemukan tambahan cadangan minyak di lapangan Kedung Keris, yang merupakan penemuan minyak kedua di Blok Cepu. Pengembangan sumur Kedung Keris sedang dilakukan untuk memproduksi minyak tersebut melalui CPF Banyu Urip menuju FSO.
EMCL juga telah menemukan empat cadangan gas di Blok Cepu sejak dimulainya kegiatan eksplorasi pada tahun 1999.
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Pertamina Gandeng ExxonMobil Kembangkan Teknologi Tekan Emisi Karbon
Sebagai perusahaan energi kelas dunia, Pertamina terus mengembangkan bisnisnya dengan menggandeng mitra global.
Sebagai perwujudan Go Global, Pertamina menggandeng perusahaan energi dunia, ExxonMobil untuk mengkaji penerapan teknologi Carbon Capture & Storage (CCS) dan Carbon Capture, Utilization & Storage (CCUS) di tiga wilayah lapangan migas. Ketiga wilayah tersebut meliputi Sumatera Selatan, Kalimantan Timur dan Jawa Barat
Kesepakatan kerja sama Pertamina dan ExxonMobil ini diwujudkan melalui Joint Study Agreement (JSA) sebagai tindak lanjut dari MOU yang ditandatangani kedua belah pihak pada COP 26 tahun lalu di Glasgow.
JSA ditandatangani Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati dan President of ExxonMobil Indonesia Irtiza H. Sayyed, di Amerika Serikat, Jumat 13 Mei 2022.
Penandatangan kesepakatan ini disaksikan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan dan Duta Besar Republik Indonesia untuk Amerika Serikat Rosan Roeslani.
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan investas,Luhut Binsar Panjaitan mengatakan, kerja sama ini merupakan jawaban yang sangat sederhana bagi beberapa negara maju yang ragu melihat negara berkembang seperti Indonesia, dalam membuat kebijakan terkait dengan masalah tentang perubahan iklim.
“Kami sangat hati-hati memperhatikan kebijakan yang satu ini. Seperti masalah reservoir yang menipis merupakan masalah yang sangat penting sebagai salah satu target kami karena industri terintegrasi di Kalimantan yang menggunakan reservoir yang habis di suatu tempat di Kalimantan timur sehingga kami dapat menyuntikkannya ke reservoir yang menipis,” kata Luhut.
* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS
Advertisement
Dukungan Pemerintah
Luhut mengatakan pemerintah akan mendukung Pertamina dan ExxonMobil melakukan investasi dengan menyiapkan segala hal yang dibutuhkan.
Selama ini ExxonMobil telah membuktikan dirinya dengan investasinya di Indonesia selama beberapa dekade dan pemerintah Indonesia menyambut baik untuk penambahan investasi ini.
Sementara itu, Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati mengatakan sebagai BUMN energi, Pertamina terus berkomitmen mendukung program Pemerintah untuk mempercepat transisi energi dan mencapai target penurunan emisi sebesar 29 persen pada tahun 2030. Pertamina mendukung target pemerintah mewujudkan Indonesia Net Zero Emission, melalui berbagai inisiatif yang dijalankan perseroan.
“Penerapan teknologi Carbon Capture & Storage (CCS) dan Carbon Capture, Utilization & Storage (CCUS) menjadi inisiatif penting menurunkan emisi sekaligus sebagai solusi untuk penerapan teknologi Enhance Oil/Gas Recovery (EOR/EGR) untuk meningkatkan produksi migas,” ujar Nicke.
Penerapan teknologi CCS dan CCUS, imbuh Nicke, diharapkan akan berperan penting dalam menurunkan gas rumah kaca di atmosfer, yang berkontribusi terhadap pemanasan global, perubahan iklim, pengasaman laut, dan hilangnya keanekaragaman hayati.
“Sektor energi memang berkontribusi paling besar terhadap emisi GRK sehingga transisi ke energi berkelanjutan sebagai tantangan paling mendesak yang kita hadapi saat ini,” imbuh Nicke.