Liputan6.com, Jakarta - Rupiah ditutup melemah 14 poin pada perdagangan Jumat, 23 September 2022 walaupun sempat melemah 15 poin di level Rp 15.037. Sedangkan, pada penutupan perdagangan sebelumnya Rupiah berada di posisi 15.203.
Direktur PT Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuaibi mengatakan, Rupiah berpotensi melemah pada perdagangan Senin, 26 September 2022. “Mata uang rupiah kemungkinan dibuka berfluktuatif namun ditutup melemah di rentang Rp 15.020 hingga Rp 15.070,” kata Ibrahim dalam keterangan tertulis, dikutip Sabtu, (24/9/2022).
Baca Juga
Secara Internal, di saat negara-negara lain bermasalah akibat krisis energi, fundamental ekonomi Indonesia relatif bagus karena telah berhasil bertahan di tengah gempuran pandemi Covid-19.
Advertisement
Adapun indikator terbilang relatif baik ialah dari sisi jumlah kasus harian, jumlah vaksinasi, dan juga kemampuan Indonesia dalam menangani dan merawat masyarakat yang terkena Covid-19.
"Hal itu tentu suatu hal yang luar biasa, lanjutnya, banyak negara jika bicara ASEAN, G20, atau negara -negara lain di luar G20 dan ASEAN, banyak bahkan sampai hari ini belum mencapai atau pulih ekonominya melewati kondisi pre-pandemi,” ujar Ibrahim.
Ini merupakan sebuah prestasi ketika berhubungan dengan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD).
Dengan menggunakan instrumen APBN yang relatif prudent, yaitu untuk bisa menangani Covid, memulihkan ekonomi, defisit dan tambahan utang negara itu relatif sangat terkendali dibandingkan dengan negara-negara lain di dunia.
Walaupun kenaikan suku bunga 50 basis poin kurang direspons pasar. Namun Bank Indonesia (BI) optimis pertumbuhan ekonomi diperkirakan tetap tumbuh di kisaran 4,5 persen hingga 5,3 persen dengan kecenderungan ke atas.
Perbaikan ekonomi nasional terus berlanjut dengan semakin membaiknya permintaan domestik dan tetap positifnya kinerja ekspor.
Indeks Dolar AS Menguat
Dorongan terhadap konsumsi rumah tangga juga didukung oleh kebijakan Pemerintah yang menambah bantuan sosial untuk menjaga daya beli masyarakat utamanya kelompok bawah dari dampak kenaikan inflasi sebagai konsekuensi pengalihan subsidi BBM.
Indeks Dolar AS Menguat
Dolar AS melonjak pada perdagangan Jumat, membukukan tertinggi baru 24 tahun terhadap yen setelah proyeksi suku bunga hawkish Federal Reserve kontras dengan sikap dovish Bank of Japan. Intervensi tersebut mengikuti keputusan Bank of Japan untuk mempertahankan kebijakan moneter ultra-mudahnya.
Ini memberikan kontras langsung dengan sikap yang diambil oleh The Fed pada Rabu ketika bank sentral AS menaikkan suku bunga sebesar 75 basis poin dan mengisyaratkan suku bunganya akan naik lebih tinggi.
BoE secara luas diperkirakan akan menaikkan suku bunga untuk pertemuan keenam berturut-turut di akhir sesi, dengan peningkatan 75 bps untuk menyamai langkah Fed - favorit pasar saat ini.
Advertisement
Rupiah Tembus 15.000 per Dolar AS, Sampai Kapan?
Sebelumnya, Direktur Riset Center of Reform on Econimics Piter Abdullah memprediksi pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat akan segera mereda. Lantaran adanya langkah Bank Indonesia yang menyesuaikan suku bunga acuannya.
Untuk diketahui, nilai tukar rupiah bertengger di 15.026 per dolar AS pada Jumat (23/9/2022) pagi. Sebelumnya, Bank Indonesia juga telah menaikkan suku bunga acuan sebesar 50 basis poin menjadi 4,25 persen, dalam merespon sentimen The Federal Reserve (The Fed).
"Dengan suku bunga acuan BI sudah naik saya perkirakan pelemahan rupiah akan segera mereda. Bahkan BI bisa mendorongnya kembali kebawah 15 ribu dengan upaya intervensi pasar," kata dia kepada Liputan6.com, Jumat (23/9/2022).
Piter mengatakan, tak ada angka pasti sebagai patokan ideal nilai tukar tersebut. Tapi, harapannya, perubahan nilai tukar tidak terjadi terlalu cepat, akibatnya dunia usaha tidak mampu melakukan perencanaan bisnis.
"Pelemahan rupiah dampaknya berbeda-beda. Perusahaan eksportir atau yang mendapatkan penerimaan dolar justru diuntungkan. Sebaliknya perusahaan-perusahaan yang memiliki kewajiban luar negeri yang besar dirugikan," terangnya.
"Tetapi selama pelemahan rupiah tidak berlanjut terus. Perusahaan-perusahaan bisa mengantisipasi pelemahan ini secara terukur," tambahnya.
Menurut catatan Liputan6.com, setidaknya posisi nilai tukar rupiah tembus di atas 15.000 per dolar AS telah terjadi dalam tiga hari terakhir. Per pagi ini, nilainya cenderung mengalami kenaikan dibanding dua hari lalu.
Tak Langsung Berpengaruh
Piter mengatakan kalau pelemahan nilai tukar ini tak akan langsung memberikan pengaruh ke harga barang impor di dalam negeri. Apalagi pelemahan rupiah belum terjadi berkepanjangan.
Dengan adanya pelemahan rupiah ini, biaya impor disebut akan menjadi lebih mahal. Ini imbas dari konversi biaya yang dilakukan dalam kegiatan impor. Maka, akan juga berpengaruh pada harga jual barang-barang yang sebagian atau seluruh komponennya adalah impor.
"Nggak langsung berpengaruh ke harga barang-barang impor, kalau pelemahannya berkelanjutan baru akan berpengaruh ke harga barang-barang impor," ungkapnya.
Piter menegaskan, dalam mengembalikan posisi nilai tukar rupiah, BI memiliki peran penting. Salah satunya dengan intervensinya kepada pasar.
"Tidak ada (hal lain) yang bisa dilakukan. Ini sama dengan badai di lautan, ga bisa kita apa-apain, kita hanya bisa mengurangi saja, yang punya kemampuan itu hanya BI dengan intervensinya," kata dia.
"Masyarakat perlu dihimbau tidak perlu khawatir, apalagi panik," pungkasnya.
Advertisement