Tak Hanya Digital Skill, Apa Saja Tuntutan Industri untuk Mahasiswa?

Perubahan zaman lewat proses digitalisasi menuntut para mahasiswa untuk mengembangkan banyak keahlian baru.

oleh Maulandy Rizki Bayu Kencana diperbarui 05 Okt 2022, 21:02 WIB
Diterbitkan 05 Okt 2022, 21:02 WIB
Kerja Kantoran
Ilustrasi Kerja Kantoran (sumber: pixabay)

Liputan6.com, Jakarta Perubahan zaman lewat proses digitalisasi menuntut para mahasiswa untuk mengembangkan banyak keahlian baru. Namun, Director Pijar Foundation Ageng Sajiwo menilai, mahasiswa harus mau memperkaya kompetensi di luar digital skill.

"Terkait skill, saat ini yang jelas essential skill sangat penting, yang mana dimulai dari empati, teknologi, digital skill, communication skill, itu semua wajib," ujar Ageng di Jakarta, dikutip Rabu (5/10/2022).

Menurut dia, mahasiswa harus mau meramu seluruh kompetensi itu. "Jadi apapun permintaan ke depan, esensial skill tinggal dirakit aja, udah bisa menjadi skill baru yang bisa digunakan saat ini," imbuhnya.

Ageng mengatakan, Pijar Foundation ingin menjembatani gap antara lulusan universitas dengan industrial demand. "Untuk saat ini memang kita mulai based on masalah adanya gap lulusan universitas dengan industri. Jadi memang tidak relevan dari lulusan manapun, baik universitas gede maupun kecil," sebutnya.

Salah satu caranya, Pijar Foundation terus menggalakkan program Future Skills yang kini sudah masuk ke dalam batch 6, untuk menggenjot upskilling dan reskilling generasi milenial yang kini duduk di bangku kuliah.

Dalam pelaksanaannya, Pijar Foundation juga telah menggaet berbagai mitra strategis dari korporasi besar baik dalam dan luar negeri, seperti Microsoft sampai Gojek.

"Di situ Future Skills berusaha menjembatani, bagaimana teman-teman kampus disrupt keluar dari kampus bisa tetap diterima (oleh industri). Kita coba training teman-teman yang unggul, dan ajak akademisi, dosen-dosen, pelaku industri sekitar sehingga bisa saling membangun," tutur Ageng.

Waspada, Ada 47 Juta Serangan Siber Sasar Pekerja Jarak Jauh di Asia Tenggara

Cara Mudah Tetap Sehat Selama Pandemi
Ilustrasi bekerja di kantor. (Credit: Shutterstock)

Sistem bekerja hybrid, yakni di rumah dan dari jarak jauh, terus diterapkan di Asia Tenggara. Kaspersky pun mengungkap pihaknya telah menggagalkan lebih dari 47 juta serangan siber remote desktop protocol (RDP) di kawasan ini sepanjang paruh pertama 2022.

Berdasarkan data Kaspersky, jumlah bruteforce.generic.RDP yang menarget pekerja jarak jauh di Asia Tenggara sebanyak 47,8 juta insiden, dari Januari-Juni 2022. Rata-rata, solusi Kaspersky memblokir 265 ribu serangan brute force di Asia Tenggara per harinya.

Mengutip keterangan Kaspersky, Senin (3/10/2022), pada periode tersebut Kaspersky mengamankan sebagian besar pengguna dari Vietnam, Indonesia, dan Thailand dari serangan jenis itu.

Sekadar informasi, RDP merupakan protokol milik Microsoft yang menyediakan pengguna dengan antarmuka grafis untuk terhubung ke komputer lain melalui jaringan.

RDP banyak digunakan oleh administrator sistem dan pengguna yang tidak terlalu teknis untuk mengontrol server dan PC lain dari jarak jauh.

Serangan bruteforce.generic.RDP mencoba menemukan pasangan login/sandi RDP yang valid dengan cara sistematik, memeriksa semua kemungkinan sandi hingga ditemukan yang benar.

Serangan bruteforce.generic.RDP yang berhasil memungkinkan penyerang untuk mendapatkan akses jarak jauh ke komputer host yang ditargetkan.

General Manager Asia Tenggara Kaspersky Yeo Siang Tiong menyebut, bekerja dari rumah atau di mana pun di luar kantor mengharuskan karyawan masuk ke sumber daya perusahaan dari jarak jauh, menggunakan perangkat pribadi mereka.

Serangan RDP Bukan Hal Baru

Menyalahgunakan Fasilitas Kantor
Ilustrasi Bekerja di Perusahaan Credit: pexels.com/fauxels

Menurut Yeo, salah satu alat yang paling umum digunakan untuk menjawab kebutuhan ini adalah RDP. Pasalnya, Microsoft 365 masih merupakan software pilihan yang dipakai oleh perusahaan dan Asia Tenggara memiliki 680 juta orang. Separuhnya berusia di bawah 30 tahun dan paham teknologi.

"Oleh karena itu, kami melihat penggunaan protokol ini terus berlanjut karena kerja jarak jauh tetap dilakukan dan potensi kejahatan siber terus ada, melalui serangan brutal," kata Yeo.

RDP sendiri bukanlah hal baru. Kaspersky mencatat, pelaku kejahatan siber mengeksploitasi tren terkini dan lingkungan jarak jauh dan hibrida untuk menarget perusahaan.

"Serangan brute force RDP bukanlah hal baru, tetapi belum pernah ada begitu banyak karyawan yang menggunakan protokol ini. Mungkin itulah alasan mengapa mereka terus menjadi fokus utama para penyerang di Asia Tenggara," katanya.

Kaspersky memandang, keamanan korporat dan perimeter tetap penting. Transisi ke pekerjaan jarak jauh atau hybrid memperlihatkan bahwa keamanan korporat terbaik pun tidak bisa mengimbangi kurangnya kesadaran pengguna. 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya