Mantan Menkeu AS Juga Yakin Negaranya Masuk Jurang Resesi

Mantan Menteri Keuangan Amerika Serikat, Larry Summers menyebutkan bahwa resesi Amerika hampir tak terelakkan mengingat tingkat inflasi yang tak kunjung redam.

oleh Natasha Khairunisa Amani diperbarui 21 Okt 2022, 12:44 WIB
Diterbitkan 21 Okt 2022, 12:44 WIB
Ilustrasi resesi, ekonomi
Ilustrasi resesi, ekonomi. (Gambar oleh Gerd Altmann dari Pixabay)

Liputan6.com, Jakarta - Mantan Menteri Keuangan Amerika Serikat, Larry Summers mengatakan bahwa ada kemungkinan besar Amerika memasuki resesi tahun depan.

Dilansir dari CNN Business, Jumat (21/10/2022) Summers menyebut, resesi AS menjadi "hampir tak terelakkan" setelah tingkat inflasi tumbuh di atas 5 persen. Pada September 2022, inflasi negara ekonomi terbesar di dunia itu mencapai 8,2 persen.

Tetapi Summers memprediksi, resesi ini kemungkinan akan relatif pendek dan ringan dan AS tidak akan melihat krisis keuangan seperti yang terlihat pada tahun 2008 silam.

"Saya tentu tidak berpikir itu akan menjadi seperti krisis keuangan (2008)… atau seperti hal-hal buruk yang terjadi setelah pandemi mulai datang," ujar Summers mengatakan kepada Wolf Blitzer CNN dalam segmen The Situation Room.

Namun, beberapa penurunan ekonomi sulit dihindari. “Pengangguran kemungkinan akan naik hingga 6 persen, itu hal yang sangat nyata dan bukan hal yang mudah," ungkapnya.

"Tetapi orang-orang perlu memahami bahwa lebih baik berusaha daripada membiarkan inflasi berakselerasi dan membiarkan semua orang memperkirakan inflasi, di mana Anda akan menghadapi kesulitan yang jauh lebih besar," lanjut Summers.

Seperti diketahui, ekonomi AS telah menunjukkan tanda-tanda risiko resesi dalam beberapa bulan terakhit.

Dalam seminggu terakhir saja, sejumlah pemimpin ekonomi – termasuk CEO JPMorgan Chase Jamie Dimon dan pendiri Amazon Jeff Bezos  mengatakan mereka khawatir resesi di AS akan segera terjadi.

Model probabilitas yang dijalankan oleh Ned Davis Research juga mengungkapkan, saat ini peluang 98,1 persen resesi global tahun depan.


Inflasi AS Belum Meredam, Kenaikan Suku Bunga The Fed Bakal Berlanjut

Indeks harga konsumen Amerika Serikat
Pejalan kaki melewati papan nama yang menawarkan uang tunai untuk barang berharga di luar toko gadai di Los Angeles, Jumat (11/3/2022). Laju inflasi AS pada Februari 2022 melonjak ke level tertinggi dalam 40 tahun didorong naiknya harga bensin, makanan dan perumahan. (Patrick T. FALLON/AFP)

 

Sementara itu, Ketua Federal Reserve Jerome Powell mengatakan bulan lalu dalam sebuah konferensi pers bahwa masih ada jalan untuk mengendalikan inflasi tanpa memicu penurunan.

Tetapi Powell mengakui bahwa jalan menjadi lebih sempit dan masyarakat Amerika bisa merasakan dampak ekonomi yang cukup membebankan, karena The Fed terpaksa menaikan suku bunga secara agresif untuk meredam inflasi.

Inflasi yang masih tinggi kemungkinan besar akan mendorong The Fed melanjutkan serangkaian kenaikan suku bunga.

"Saya pikir The Fed harus melakukan apa yang diperlukan untuk menahan inflasi," kata Summers.

“Pemerintahan Biden juga dapat memikirkan berbagai langkah untuk mengurangi biaya," katanya.

Menurut Summers, pengurangan biaya dapat memudahkan perusahaan energi untuk memulai pengeboran, mengurangi tarif dan pajak barang serta mengakhiri peraturan seputar pengiriman barang di AS.

Namun Summers mengakui, belum ada keajaiban untuk ekonomi AS terutama dalam tiga minggu menjelang pemilihan paruh waktu di negara itu.


Jeff Bezos Akui Ancaman Resesi di AS Sangat Nyata

Jeff Bezos
Jeff Bezos (AP PHOTO)

Pendiri Amazon Jeff Bezos telah masuk dalam sederet miliarder dan pemimpin perusahaan ternama yang memberikan komentar terkait ramalan resesi 2023. 

Dalam sebuah postingan di Twitter pada Selasa malam 18 Oktober 2022, Bezos memperingatkan bahwa ekonomi Amerika Serikat (AS) mungkin akan mengalami masa-masa sulit di masa depan.

CEO raksasa ritel online itu mengomentari pernyataan yang disampaikan oleh Kepala Eksekutif Goldman Sachs David Solomon kepada CNBC pada hari sebelumnya.

"Ya, probabilitas dalam ekonomi ini memperingatkan Anda," kata Bezos dalam komentarnya di Twitter, dikutip Kamis (20/10/2022). 

Solomon mengatakan bahwa sudah waktunya bagi para pemimpin perusahaan dan investor untuk memerhatkan risiko penurunan ekonomi hingga resesi, serta untuk mempersiapkannya.

Solomon berbicara setelah perusahaannya baru saja memposting hasil pendapatan kuartalan yang melampaui perkiraan Wall Street. Namun dia mengatakan resesi bisa membayangi karena ekonomi berurusan dengan inflasi yang terus tinggi dan Federal Reserve mencoba menurunkan harga melalui serangkaian kenaikan suku bunga yang agresif.

"Saya pikir Anda harus bersiap ada lebih banyak volatilitas yang terlihat," tutur Solomon, dikutip dari CNBC International.

"Sekarang, itu tidak berarti pasti bahwa kita memiliki skenario ekonomi yang sangat sulit. Tetapi pada distribusi hasil, ada peluang besar bahwa kita bakal mengalami resesi di Amerika Serikat," tambahnya.

Adapun CEO JPMorgan Chase Jamie Dimon yang sebelumnya juga sudah memperingatkan ancaman resesi di AS yang "sangat, sangat serius" dan dapat terjadi dalam enam bulan ke depan.

"Ini (resesi) adalah hal-hal yang sangat, sangat serius yang menurut saya kemungkinan akan mendorong AS dan dunia — maksud saya, Eropa sudah dalam resesi, dan mereka kemungkinan akan menempatkan AS dalam semacam resesi enam hingga sembilan bulan dari sekarang," ujarnya.

Infografis Peringatan IMF dan Antisipasi Indonesia Hadapi Resesi Global. (Liputan6.com/Trieyasni)
Infografis Peringatan IMF dan Antisipasi Indonesia Hadapi Resesi Global. (Liputan6.com/Trieyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya