Stok Kedelai Tinggal 7 Hari, Masyarakat Tak Perlu Panik

Badan Pangan Nasional atau National Food Agency memastikan stok kedelai masih dalam keadaan aman karena surplus hingga Desember 2022

oleh Arief Rahman H diperbarui 26 Okt 2022, 13:19 WIB
Diterbitkan 26 Okt 2022, 13:19 WIB
FOTO: Imbas Kenaikan Harga Kedelai, Produsen Tahu Kurangi Produksi
Pekerja menyelesaikan pembuatan tahu di kawasan Pondok Cabe Udik, Tangerang Selatan, Banten, Selasa (15/2/2022). Produsen tahu dan tempe akan menggelar aksi mogok produksi massal pada 21-22 Februari mendatang disebabkan kenaikan harga kedelai hingga mencapai Rp 11.200/kg. (merdeka.com/Arie Basuki)

Liputan6.com, Jakarta Badan Pangan Nasional atau National Food Agency memastikan stok kedelai masih dalam keadaan aman karena surplus hingga Desember 2022. Tercatat surplusnya mencapai 54.983 ton.

Sebelumnya, BPN menyebut kalau stok kedelai hanya tersisa untuk 7 hari. Hitungan ini mengacu pada Neraca Pangan Nasional sampai akhir November 2022. Mengacu tingkat surplus, angka kecukupan 7 hari tersebut adalah hitungan kebutuhan harian dari besaran surplus.

Deputi 1 Bidang Ketersediaan dan Stabilisasi NFA I Gusti Ketut Astawa mengatakan stok kedelai tinggal 7 hari itu bukan dihitung per hari ini namun dihitung setelah bulan November 2022. Karena berdasarkan Neraca Pangan Nasional sampai dengan akhir November 2022 stok kedelai surplus 54.983 ton.

“Stok 54.983 ton tersebut apabila dibagi rata-rata konsumsi harian nasional sebesar 8.191 ton perhari maka dapat memenuhi kebutuhan sekitar 7 hari. Jadi stok kedelai untuk 7 hari itu dihitung per setelah November 2022,” terangnya dalam keterangan resmi, Rabu (26/10/2022).

Ketut menjelaskan, berdasarkan perhitungan prognosa Januari–November 2022, stok akhir kedelai diperkirakan masih dalam kondisi surplus sebanyak 54.983 ton. Ini merupakan hasil perhitungan dari ketersediaan 2.758.151 ton dikurangi kebutuhan selama Januari-November 2022 sebesar 2.703.169 ton.

Dengan asumsi kebutuhan satu bulan diperkirakan mencapai 245.743 ton atau 8.191 ton per hari, maka stok di akhir November sebesar 54.983 ton tersebut diperkirakan tersedia untuk 7 hari.

Namun demikian, Ketut meminta masyarakat khususnya para pengrajin tahu-tempe tidak perlu panik, karena pemerintah akan melakukan importasi untuk memperpanjang ketersediaan kedelai di dalam negeri. Untuk itu, NFA mendorong percepatan importasi untuk memenuhi ketahanan stok kedelai.

“Jadi kita mendorong percepatan realisasi importasi kedelai untuk memenuhi dan memperpanjang kecukupan stok kedelai,” ujarnya.

 

Cukup 1,5 Bulan

Aksi Mogok Produksi Tahu Tempe di Cimanggis
Perajin tempe melakukan aksi mogok produksi di Sentra Produksi Tempe Kelurahan Tugu, Cimanggis, Depok, Senin (21/02/2022). Harga kedelai impor yang mencapai Rp1,1 juta/kwintal membuat ratusan perajin tahu-tempe di Jabodetabek menggelar mogok produksi tiga hari ke depan. (merdeka.com/Arie Basuki)

Sementara itu, Kepala NFA Arief Prasetyo Adi mengatakan, dengan basis stok 7 hari setelah akhir November tersebut, pihaknya menjamin bahwa stok kedelai cukup hingga 1,5 bulan ke depan. Untuk itu, Arief meminta masyarakat tidak khawatir dengan ketersediaan kedelai di pasaran.

Arief juga mengatakan, melalui realisasi impor, maka berdasarkan Prognosa Neraca Pangan Nasional Januari-Desember 2022, komoditas kedelai diperkirakan surplus sebesar 250 ribu ton pada akhir Desember 2022. Menurutnya, importir memang merencanakan impor dengan hati hati terkait fluktuasi nilai tukar rupiah dan harga Kedelai, sehingga biasanya merencanakan 3 sampai dengan 4 bulan.

Di sisi lain, dengan kondisi perdagangan global yang penuh ketidakpastian dan fluktuasi harga kedelai di pasar internasional, Arief juga melihat bahwa situasi ini menjadi momentum untuk meningkatkan produksi kedelai dalam negeri dan melepas ketergantungan terhadap impor.

 

Harga Acuan

Aksi Mogok Produksi Tahu Tempe di Cimanggis
Perajin menunjukkan kedelai saat aksi mogok produksi di Sentra Produksi Tempe Kelurahan Tugu, Cimanggis, Depok, Senin (21/02/2022). Harga kedelai impor yang mencapai Rp1,1 juta/kwintal membuat ratusan perajin tahu-tempe di Jabodetabek mogok produksi tiga hari ke depan. (merdeka.com/Arie Basuki)

Sebelumnya, Presiden Joko Widodo telah mengarahkan Kementerian Pertanian untuk meningkatkan produksi kedelai dalam negeri melalui perluasan lahan produksi kedelai, dan hasilnya dibeli dengan harga Rp 10 ribu per kg. Tapi, mengacu kondisi di lapangan, petani tidak bisa menanam kedelai jika harganya di bawah Rp 10 ribu per kg, karena akan kalah dengan harga kedelai impor yang hanya sekitar Rp 7 ribu per kg.

“Dengan penetapan kebijakan harga acuan tersebut, ini akan menarik petani untuk lebih semangat berproduksi karena harganya diatur sehingga tidak merugikan petani. Keterlibatan BUMN pangan di sini penting dalam aspek penugasan untuk membeli kedelai dari petani sesuai harga yang ditentukan,” ujar Arief.

Dari sisi perlindungan usaha bagi pengrajin tahu-tempe, NFA telah mendorong pemberlakuan kembali program Bantuan Penggantian Selisih Harga Pembelian Kedelai untuk Pengrajin Tahu dan Tempe. Hal tersebut untuk membantu para pengrajin tahu-tempe agar tetap berproduksi di tengah lonjakan harga komoditas kedelai saat ini.

Menurut Arief, program ini sangat penting dan strategis untuk menjaga produktivitas dan keberlangsungan usaha pengrajin. Melalui bantuan penggantian selisih harga tersebut pengrajin tahu dan tempe akan memperoleh subsidi Rp 1.000 untuk setiap kg pembelian kedelai.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya