Liputan6.com, Jakarta Menteri Keuangan Sri Mulyani melantik 3 pejabat eselon I di lingkungan Kementerian Keuangan. Mereka adalah Astera Primanto Bhakti menjadi Dirjen Perbendaharaan menggantikan Hadiyanto yang memasuki masa pensiun.
Kemudian Luky Firmansyah sebagai Dirjen Perimbangan Keuangan menggantikan, Astera Primanto Bhakti. Lalu Suminto sebagai Dirjen Pengelolaan Pembiayaan Risiko (PPR) yang menggantikan Luki Firmansyah.
Baca Juga
"Bapak-bapak bertiga, tak memiliki waktu untuk mempelajari jabatan baru. Saya beranggapan selama ini Anda semua sudah belajar dalam setiap unit eselon I karena selalu bekerja bersama dan berkolaborasi," kata Sri Mulyani di Kementerian Keuangan, Jakarta Pusat, Selasa (1/11).
Advertisement
Kepada Dirjen Perbendaharaan yang baru, Sri Mulyani meminta meningkatkan kualitas pengelolaan perbendaharaan negara. Perbendaharaan tidak hanya tentang cash management di pusat dan daerah, namun terus meningkatkan real fungsi sebagai treasurer.
"Apalagi dalam situasi dunia bergerak dan bergejolak dengan kenaikan inflasi, kenaikan suku bunga, dan penguatan kurs USD. Ini harus direspon dan juga saat yang sama dijaga kemampuan kiat jaga pelaksanaan APBN dan fungsi treasurer," kata dia.
Selain itu, dia meminta Astera untuk terus memonitor realisasi belanja negara yang baru 61,6 persen. Sehingga dalam sisa waktu 3 bulan harus segera terealisasi dengan optimal.
Kepada Dirjen Perimbangan Keuangan, Sri Mulyani berpesan untuk menyelesaikan implementasi UU HKPD yang aturan turunannya segera diselesaikan. Mengingat pembahasannya sudah cukup intensif.
"Aturan turunan harus diselesaikan dan sudah bahas cukup intensif, harus tetap momentumnya penyelesaian bisa diselesaikan sesuai amanat undang-undang," kata dia.
Belanja APBN
Tak hanya itu, belanja di daerah merupakan salah satu elemen sangat signifikan dalam APBN. Kualitas dan pola belanja sangat menentukan dampak APBN ke perekonomian.
"Kami semua memahami, hingga akhir September, Belanja APBD baru 53,4 persen, lebih kecil dari belanja tingkat pusat. Sehingga perlu terus dorong efektivitas dan kualitas belanja daerah," kata dia.
Sementara itu, kepada Dirjen Pembiayaan yang baru Sri Mulyani meminta untuk memahami kondisi ekonomi global yang tengah bergejolak. Utamanya dalam hal menjaga pengelolaan pembiayaan dan menjaga risiko keuangan negara. Kenaikan cost of fund, perubahan nilai tukar kemungkinan terjadinya resesi dunia. Semua hal tersebut akan memengaruhi kemampuan mendapatkan pembiayaan kompetitif, aman dan sustainable.
"Saya minta Pak Suminto tingkatkan inovasi pembiayaan dalam mendorong pembangunan baik di kementerian/lembaga," pungkasnya.
Reporter: Anisyah Al Faqir
Sumber: Merdeka.com
Advertisement
Sri Mulyani: Ekonomi Global Tertekan, Indonesia Pasti Kena Imbas
Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati mengajak masyarakat dan jajarannya untuk terus bersiap, bahwa akan selalu ada tantangan-tantangan baru ke depan dengan tingkat kesulitan yang terus naik.
Sang Bendahara Negara pun bersyukur, ekonomi Indonesia bisa pulih dengan cepat dan kuat pasca pandemi Covid-19. Namun, dirinya enggan larut dalam sukacita berlebih.
"Kita mengawal pemulihan ekonomi, maka tentu kita juga melihat munculnya tantangan-tantangan baru yang selalu tidak lebih mudah. Kita lihat sekarang, dunia geopolitik dan ekonomi global yang mengalami tekanan yang bertubi-tubi, pasti akan memberikan imbas kepada perekonomian Indonesia," kata Sri Mulyani dalam Upacara Peringatan Hari Oeang RI ke-76, Senin (31/10/2022).
Dalam hal ini, Sri Mulyani pun menuntut Kementerian Keuangan selaku lembaga pengelola keuangan negara, untuk terus sigap merespon segala situasi.
"Kebijakan fiskal dan keuangan negara yang adaptif, responsif, fleksibel, namun tetap akuntabel dan transparan, serta dengan tata kelola yang baik, jadi kunci untuk terus menjaga masyarakat Indonesia, perekonomian Indonesia, dan menjaga keuangan negara sendiri," imbuhnya.
Sri Mulyani menyadari, meskipun telah mampu menangani pandemi, tantangan-tantangan baru akan hadir. Sehingga pemerintah dan masyarakat harus sigap menghadapinya.
"Ini juga merupakan tantangan yang bisa mencelakai, atau menurunkan daya pemulihan ekonomi nasional. Oleh karena itu, kita harus tangguh terus mengawal pemulihan," desak dia.
Dia berharap, peringatan Hari Oeang RI ke-77 tidak hanya dijadikan ajang untuk sukacita perayaan. Namun juga titik tekad bagi jajarannya untuk sigap menghadapi tantangan dan tangguh terus mengawal pemulihan ekonomi Indonesia.
"Karena setiap tantangan, apapun bentuknya, dia akan terus merongrong atau terus mencelakai terwujudnya cita-cita kemerdekaan RI," tegas Sri Mulyani.
Ekonomi Global 2023 Diramal Makin Suram, Bagaimana Nasib Indonesia?
Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati mengatakan, situasi dan kondisi ekonomi global diprediksi masih akan tertekan sampai 2023. Hal itu disebabkan, inflasi di berbagai negara masih cenderung tinggi.
Sri Mulyani menjelaskan, seiring dengan gejolak harga dan pengetatan moneter maupun fiskal di berbagai negara, maka outlook perekonomian global menjadi melemah dan menjadi korban karena gejolak dan respons kebijakan.
Jika dilihat proyeksi pertumbuhan ekonomi dunia terus dikoreksi menurun, untuk tahun 2022 proyeksi dari World Economic Outlook dari IMF hanya 3,2 persen, dan tahun depan akan semakin melemah.
“Artinya, pesan yang muncul juga dari pertemuan IMF world bank, G20, dan central bank yang baru terjadi minggu lalu itu mengkonfirmasi bahwa situasi ekonomi masih akan tertekan sampai 2023, dan inflasi masih cenderung tinggi,” ujar Menkeu dalam Konferensi Pers APBN KITA, Jumat (21/10/2022).
Bendahara negara ini menegaskan, tahun depan inflasi memang diramal masih cenderung tinggi walaupun diperkirakan sedikit mengalami penurunan. Namun masih pada level yang diperkirakan tinggi jika menggunakan standar 10 tahun terkahir.
Bahkan proyeksi pertumbuhan ekonomi dari negara-negara terbesar seperti Amerika Serikat (AS), Eropa, dan Tiongkok, semuanya menunjukkan tren pelemahan tahun ini dan tahun depan. Kendati begitu, Indonesia masih diproyeksikan oleh berbagai lembaga dunia cukup baik yaitu sekitar 5 persen.
“Namun kita tidak boleh tidak waspada karena guncangan ekonomi ini sangat-sangat kencang dan sangat besar yang harus terus kita kelola dan waspadai secara baik,” ujar Menkeu.
Saat ini koreksi pertumbuhan ekonomi terjadi di semua negara, kalau dunia tadi mengalami penurunan 3,2 persen dan tahun depan melemah di 2,7 persen. Berarti dalam hal ini sudah terjadi koreksi ke bawah, dan nanti bulan Desember akan melihat lagi proyeksi untuk 2023 yang mana diperkirakan situasi dunia akan semakin kompleks.
Hal itu disebabkan, karena tidak tahu kepastian kapan berakhirnya perang dan ini menimbulkan spillover yang sangat besar. Kedua, munculnya musim dingin atau winter yang akan menyebabkan permintaan energi meningkat, sementara pasokan tidak pasti dan ini akan memberikan tekanan pada harga-harga energi.
“Tentu kita lihat dengan inflasi yang tinggi, kenaikan suku bunga yang semakin drastis dan makin tinggi oleh bank-bank sentral akan makin melemahkan sisi permintaan. Ini yang harus kita waspadai sampai akhir tahun dan sampai tahun 2023,” pungkasnya.
Advertisement